2;- Pengakuan singkat p.2

45 10 6
                                    

    ;- Dan sekarang ia merasakannya. Perasaan sayang disertai rasa ingin melindungi.
---------------------------------------------------------------------

   Dias masih menunggu bahkan disaat jam sudah menunjukkan jam setengah empat. Sudah dua jam waktu ia habiskan untuk menunggu Saadia.

   Sedang yang ditunggu belum memunculkan dirinya. 'Gue ada rapat sebentar, katanya sih ada alumni yang dateng' kira kira seperti itulah yang dikatakan Saadia sebelum pergi.

   Menunggu dengan perasaan tidak karuan yang kini dipenuhi berbagai opini, 'apakah diterima atau sebaliknya'

🍁🍁

   "Saad, gue mau ngomong, penting. Tapi gak bercanda ya."

   "Mau ngomong apaan sih? Kok tegang gitu?"

   Dias dan Saadia sedang berada di depan sebuah minimarket. Sedang duduk di kursi yang memang disediakan oleh pihak minimarket untuk sekedar bersantai.

   Bersamaan dengan menikmati suara bising mesin mobil dan motor yang bersahutan diikuti dengan kepulan asapnya. Jalanan memang agak macet, mungkin bertepatan dengan jam pulang kerja.

   Cukup lama Dias terdiam, dengan Saadia yang masih menatap Dias penasaran.

   Suaranya tercekat diujung lidah. Matanya menatap ke sembarang arah.

   "Gue cium bau-bau mau nembak." Tebak Saadia tepat sasaran.

   "Loh, kok?-..."

   "Jadi bener?"

   "Siapa yang tanya?"

   "Iqbal. Tadi siang, pas istirahat."

   Dias memutar matanya kesal, 'astaga, Iqbal memang gak bisa diandalin" kesalnya

   "Lo emang gak ngebantu banget sih, setidaknya buat gue hadi cowok romantis, sekali aja, kalo lo udah tau ya pura-pura gak tau aja."

     "Gak usah sok jadi romantis, gini aja gue udah suka kok."

   "Biarpun Iqbal gak ngasih tau, gue udah tau kok. Lo suka kan sama gue?"

    "Heh, tau dari mana?"

   "Kata orang, antara persahabatan cewek dan cowok pasti selalu ada cinta muncul di tengah-tengah mereka. Entah itu perasaan sepihak atau sebaliknya dan itu emang bener. Terjadi sama kita. Gue sih udah tau lo suka sama gue udah lama, cuman nungguin lo berani resmiin aja." Ucap Saadia

   "Resmi gimana? Gue harus buat semacam perjanjian yang pake materai sama tanda tangan dulu gitu?" Saadia tertawa, meskipun itu adalah kalimat biasa, namun jika itu diucapkan Dias seakan terasa lucu. yang selalu membuatnya tertawa.

   "Lanjutin dong nembaknya,"

   "Gak, ah. Udah gak romantis. Toh lo nya juga udah tau."

   "Gue cuman pengen dengar aja kok"

   "Lo kan udah sering denger dari para fans lo"

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang