UNKNOWN

6 1 0
                                    

Theresa, selalu di sudut jalan buntu itu, termenung dan sendiri. Setidaknya nyaliku cukup besar untuk mendekatinya hari ini. Tapi wanita itu seolah tidak mempedulikanku saat gesekan ranting yang tidak sengaja terinjak olehku menyeruak.

Wanita berambut hitam itu masih memunggungiku. Tapi dari sudutku yang cukup dekat dengannya, dapat terlihat bahwa ia sedang membawa sebuah benda yang seolah menyita perhatiannya.

" Theresa,"

Dengan cepat ia memutar tubuhnya dan mendapatiku. Wajah itu kembali murung. Tetapi salah satu tangannya menyelinapkan benda itu agar tak terlihat olehku.

" Kau mulai berani mendatangiku."

" Aku harus berbicara denganmu."

" Cukup, Rave! Aku tidak ingin mendengarkanmu lagi."

Suaranya meninggi. Bahkan kini wajahnya semakin memerah karena kemarahannya.

" Ini tentang kekasihmu. "

Sejenak ia terdiam, menahan perkataan yang lebih buruk dari dalam mulutnya. Lalu seketika ia mengubah pandangannya padaku yang cukup lebih teduh dari sebelumnya.

Aku masih tidak percaya dan sekali lagi, kulemparkan batu kecil cukup jauh hingga air itu benar-benar nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih tidak percaya dan sekali lagi, kulemparkan batu kecil cukup jauh hingga air itu benar-benar nyata.

" Jadi, disini kau banyak menghabiskan waktu dengannya. "

" Malam itu dia tidak seperti biasanya. Pandangan kacau itu, seolah semakin mengaburkan dirinya bahwa ada diriku saat itu."

Kami tenggelam dalam senja yang berubah menjadi semakin gelap. Di atas bis tua itu, kamj terduduk dengan pandangan kosong.

" benda ini," tangannya mengangkat tablet yang sejak awal dipegangnya. " Kutemukan di atas kasurku setelah ia tidak kembali lagi."

Bayangan Will yang saat itu tergesa-gesa dan meminta ku untuk membunuh Marth semakin menembus pikiranku. Gesekan guguran daun mengusik perhatianku hingga kudapati Theresa sudah tidak di sebelahku lagi.

Dia menghilang.

Cukup lama tubuhku terdiam. Gesekan halus dari tumpukan daun memaksaku untuk memastikan apa yang terjadi.

Perlahan kakiku melangkah, lalu bayangan itu mendekat dengan sangat cepat dengan kilatan benda tajam di tangannya.

Tubuhku terjatuh cukup jauh, lalu ia segera menyerang kembali. Menodongkan belati tajam miliknya.

" Apa aku akan membiarkanmu per pergi begitu saja? Itu terlalu cepat."

" Kau tidak akan bisa melakukannya."

" Ya. Aku bisa. "

Diayunkannya pisau itu lalu tubuhku menepis. Meleset.

Tapi itu baru permulaan yang kemudian disusul dengan tusukan-tusukan membabi butanya. Berkali-kali hingga memaksaku untuk terus menghindar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PARTICULARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang