Gadis

5K 331 11
                                    

“Aku mencintai seseorang.” Hatiku seperti ditikam mendengar pernyataan itu.

“Apa dia baik?” tanyaku pada Genta.

“Tidak dia tidak baik, dia ‘Gadis’ paling egois yang pernah aku temui.” Matanya menerawang jauh kedepan ketika menjawab pertanyaanku.

“Berarti dia cantik.” Itu bukan sebuah pertanyaan, tapi pernyataan dariku. Genta tertawa mendengar kata-kataku.

“Kecantikan tidak selalu menjadi tolak ukur dalam cinta, Gadis.” Ujar Genta setelah tawanya benar-benar berhenti.

Aku menatap Genta dengan bingung. “Lalu? Apa yang membuatmu jatuh cinta padanya?” tanyaku pada akhirnya.

“Keegoisannyalah yang membuatku jatuh cinta pada ‘Gadis’-ku itu.”

Selanjutnya tak ada permbicaraan apapun di antara kami. Hiruk pikuk yang terjadi di kantin sama sekali tak menghilangkan kesunyian di antara kami berdua.

Aku sendiri, masih telalu syok mendengar pengakuan Genta. Bagaimanapun juga, tidak setiap hari aku mendengar orang yang ku cintai, mencintai orang lain. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha menahan air mataku agar tidak tumpah.

***

            “Mau apa kita kesini?” Aku menatap Genta dengan heran. Mau apa dia membawaku ke toko perhiasan.

            “Sudalah, kita masuk saja dulu, nanti akanku beritahu.” Akhirnya dengan pasrah aku mengikuti Genta masuk ke dalam toko perhiasan itu.

            “Gadis, menurutmu mana yang lebih bagus, cincin yang ini atau cincin yang itu?” Walapun Genta bertanya padaku, namun tatapannya tak pernah lepas dari ke dua cincin itu.

            “Cobaku lihat.” Aku mengambil dua buah cincin yang sedari tadi menguras seluruh perhatian Genta. Kedua cincin itu sangan indah dengan caranya sendiri, pantas saja Genta tak bisa melepas pandangannya dari kedua cincin itu.

“Mana menurutmu yang lebih indah?” Aku tertegun mendengar kelembutan dalam suara Genta ketika bertanya padaku.

            “Hmmm...” Aku berfikir dengan keras, walaupun kedua cincin itu sangat indah, namun tak ada satupun yang dapat memikat hatiku. Tanpa sadar pandanganku melayang pada sebuah cincin yang ada dalam lemari kaca. Dibandingkan dengan cincin yang lain, cincin itu terkesan jauh lebih sederhana dan simple. Hanya saja dalam kesederhanannya itu dia terlihat lebih menonjol di banding cincin-cincin lain di sekelilingnya.

            “Yang itu.” Tanpa kusadari, aku malah menunjuk pada cincin yang masih berada di dalam lemari itu.

            Dengan bingung Genta mengikuti pandanganku dan senyumpun mengembang di wajahnya.

            “Mbak, saya ingin melihat cincin yang itu.” Genta ingin melihat cincin yang ku pilih! Aku sama sekali tak menduganya.

            “Cantik sekali.” Gunamku.

            “Ya, memang cantik sekali. Tidak salah aku meminta bantuanmu untuk memilih cincin.” Jawab Genta yang sepertinya mendengar gunamanku.

            “Memang untuk apa cincin itu?” Tanyaku penasaran.

            Senyum misterius mengembang di wajah Genta, dan itu malah semakin membuat aku penasaran. “Gadis...”

            “Ya?” aku terhipnotis oleh senyuman Genta.

            “Bes... besok aku akan menyatakan perasaankupada ‘Gadis’ yang aku cintai.”

Album MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang