Salahkah aku mencintainya? (Bagian 3)

3.9K 302 37
                                    

Cinta memang tak selamanya harus memiliki

Namun saat cinta itu bahagia dengan yang lain

Sanggupkah hati ini menerimanya?

-indrii-

 

***

               

                Sudah seminggu sejak kejadian dikamar Nasya waktu itu. Ajaibnya sejak hari itu Nasya sudah mulai kembali bicara. Tawanya kini kembali menghiasi seisi rumah. Ayah dan bunda sangat bahagia melihat putri kecilnya telah kembali. Sekarang segalanya ‘hampir’ kembali seperti semula.

                Ya... segalanya ‘hampir’ kembali seperti semula.

                Nasya memang sudah kembali bicara. Candatawanyapun kembali menghiasi rumah ini. Hanya saja candatawa itu terdengar hampa, bagaikan sebuah raga yang ditinggalkan jiwanya. Entah ayah dan bunda menyadarinya atau tidak. Tapi aku bisa melihat kepedihan dalam kedua matanya. Seperti kata orang, bibir selalu bisa berdusta tetapi mata akan terus menampakkan kejujuran.

                Sejak kejadian seminggu yang lalu, Nasya selalu mencoba menghindariku atau saat dia terpaksa berada di dekatku Nasya selalu bertingkah seolah-olah kejadian di kamarnya itu tak pernah terjadi.

Tolong... tolong pergilah dari hidupku!

Hatiku selalu sakit ketika mengingat kata-kata itu. Sebenarnya apa ke salahan yang telah aku lakukan hingga Nasya menginginkan aku pergi dari hidupnya.

“Kelvin kenapa makanannya hanya di aduk-aduk seperti itu? Apa sekarang masakan bunda sudah tidak enak lagi.” Ayah, bunda bahkan Nasya kita memperhatikanku yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanan di hadapanku.

“Tidak apa-apa bun, hanya sedikit tidak enak badan.” Lalu dengan susah payah aku menyuapkan nasi ke dalam mulutku.

“Kelvin, bagaimana rencana pernikahanmu dengan Naya? Kapan kami bisa melamar Naya pada orang tuanya.”

Hampir saya aku tersedak mendengar ayah menanyakan hubunganku dengan Naya. Sebenarnya semenjak Naya memutuskan pertunangan kami secara sepihak aku belum sempat menemuinya. Pikiranku terlalu terfokus pada Nasya.

Ah Naya, apa kabar wanita yang ku cintai itu?

‘Wanita yang kau cintai? Apa benarnya kau mencintai Naya?’

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku berusaha menghilangkan suara-suara itu.

‘Jika kau memang mencintainya, seharusnya kau tidak membiarkan Naya membatalkan pertunangan kalian begitu saja.”

Suara itu datang lagi.

‘Sadarlah, kau tidak mencintai Naya sebesar cintamu pada...’

“Kelvin?” Aku merasakan sebuah tangan hangat menyentuh pundakku dan suara-suara itu langsung menghilang. “Ada apa? Tidak biasanya kau melamun seperti ini.”

Album MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang