"Aku baru saja mendengar Leo-oppa bermain piano di ruangan sebelah," katamu kepada Hongbin, saat kalian memasuki ruang latihan Jellyfish Entertainment.
"Aku juga mendengarnya. Permainan yang benar-benar bagus, bukan?" Hongbin melepaskan mantelnya dan menarik napas, meregangkan tubuhnya. "Ya, baru-baru ini kau mengambil kursus piano juga, kan? Bagaimana kalau sekarang kau yang bermain untukku?"
"He...? Eh," kamu terkejut mendengar permintaannya. "Kau ini. Aku masih dalam proses belajar. Kau yang lebih ahli!"
Hongbin tersenyum lebar, sampai-sampai lesung pipitnya terlihat. Dia menatapmu dengan mata bulatnya. Kamu sangat terpesona dengannya tapi kau segera menundukkan kepalamu.
"Ayo," Hongbin menarik tanganmu dan membawamu keluar dari ruang latihan.
Kalian mulai berjalan cepat-cepat di lorong. Langkah-langkah kaki kalian yang terburu-buru menimbulkan suara berisik. Beberapa kali kalian melewati ruangan-ruangan serupa tempat latihan kalian tadi. Rata-rata dihuni trainee yang tengah berlatih. Mereka semua spontan menyapa kalian ketika bertemu pandang. Kamu dan Hongbin membalasnya dengan senyum. Kalian berdua tidak melepaskan pegangan tangan dan terus menuju tempat yang kalian tuju.
Kamu terkejut melihat ke mana Hongbin membawamu. Ini adalah ruangan Leo bermain piano tadi. Tapi dia sudah pergi sekarang.
Hongbin langsung menarikmu ke piano kecil di sudut ruangan.
"Omo. Oppa, kau serius?"
Namja itu mengangguk. "Mainkan sesuatu untukku."
Mau tidak mau kamu duduk di depan piano. Kamu mempersiapkan dirimu terlebih dahulu sebelum memainkan serangkaian nada-nada.
"Fur Elise? Ckck... kau ini klasik sekali, ya."
"Maaf, ya, Hongbin. Tapi karena hanya ini yang sudah berhasil kukuasai!"
Hongbin melipat tangannya di bagian atas piano yang berbentuk persegi panjang. "Yah, gwaenchanha," katanya.
Kamu terus bermain dengan lancar, tanpa buku not. Saat kamu melirik ke arah Hongbin, dia melemparkan senyum mautnya yang seperti biasa. Kamu turut tersenyum, apalagi setelah melihat lesung pipitnya yang mempesona. Kedua benda itulah yang memikatmu ketika kalian bertemu untuk pertama kalinya. Kamu menarik napas dan menghembuskan pelan-pelan. Kamu harus menjaga konsentrasimu. Kalau konsentrasimu hancur dan permainan pianomu berantakan, kamu pasti akan jadi bahan tertawaan Hongbin.
Namja bertinggi 183 cm itu berhenti menopang tubuhnya pada piano. Dia memutari piano besar beserta tubuhmu. Tangannya pelan-pelan menyentuh bahu kirimu. Seiring dia berjalan, tangannya ikut bergerak ke punggungmu. Dia melepaskan tangannya ketika berada di sebelah kananmu. Tepat dengan itu permainanmu berakhir. Hongbin bertepuk tangan.
"Bagus! Kemajuanmu cepat sekali, ya. Aku suka." Hongbin sedikit menundukkan badannya untuk melihatmu.
"Oke, sekarang giliranmu yang main. Ayo, gantian," kamu menarik-narik tangannya. "Error! Ah, ya. Error! Aku ingin mendengar Error!"
"Hmm... bagaimana kalau aku mengajarimu saja?" usulnya. Kemudian Hongbin tertawa melihatmu cemberut, "oke, oke. Aku main!"
Kamu menggeser pantatmu, mempersilakan Hongbin untuk duduk di sampingmu. Sebelum bermain, Hongbin mengeluarkan ponselnya lalu meletakkannya di tempat partitur. Kamu melirik layar ponsel itu. Ternyata isinya not balok untuk lagu "Error."
"Curang! Kau bawa contekan!"
"Hahaha..." Hongbin tertawa keras, "Mau bagaimana lagi? Aku harus tampil sempurna saat seorang tuan putri memintaku bermain piano."
"Ya ampun..."
Hongbin tersenyum penuh kemenangan. Dia mengacak pelan rambutmu dan menatapmu lekat-lekat. Kamu sangat menyukai cara dia menatapmu. Tatapan itu tidak berubah dari sejak kalian saling mengutarakan isi hati. Padahal itu sudah lama sekali. Hongbin selalu menatapmu seperti memandang sebuah lukisan. Seperti sebuah karya seni yang dihormati. Bukan hanya tatapan, tapi juga sentuhannya. Penuh kehati-hatian dan kelembutan.
Diraihnya tanganmu yang tergeletak kaku di atas paha. Dia menggenggam tangan kananmu, menyelipkan jari-jarinya di antara jari-jarimu. Tangan kirinya yang besar itu membawa tanganmu ke depan wajahnya. Hongbin mengecup punggung tanganmu. Sejak itu kamu merasa waktu berjalan sangat lambat. Mata Hongbin tertutup. Dia seolah sangat menikmati momen ini. Kamu pun berusaha menikmatinya dalam sisa-sisa kekagetanmu.
Beberapa detik kemudian dia melepaskan genggamanmu lalu mengembalikan tanganmu ke atas paha.
"Aku sangat menyukai tangan kecil ini," Hongbin tersenyum, "nah, ayo dengarkan permainan pianoku."
Hongbin langsung menarikan tangannya di atas tuts-tuts piano. Tidak lupa dia melirik "contekan"-nya. Sekali lagi kamu merasa di dunia ini hanya ada kalian berdua, meskipun kau tahu kalau Leo sebenarnya masih berada di suatu tempat di ruangan ini.
--
cerita pertama END yaa :D duhh akhirnya ke-publish juga nih FF VIXX! Terima kasih sudah membaca. Tunggu cast yang lain juga, ya! ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
[ONESHOOT COLLECTIONS] ETERNITY
FanfictionKumpulan cerita yang terinspirasi dari MV Eternity - VIXX. Tapi perlu dicatat ya, readers sekalian, FF ini tidak SAD ENDING macam MV-nya. Hehehe Genre FLUFF dan romance ringan hanya untuk Starlights! Cast: All member of VIXX and You