Part 2 (END)

284 34 5
                                    



WARNING : tidak sesuai EYD! Typo adalah virus yang susah dihilangkan(tidak diedit). Anyway, ini fic yang biasa-biasa aja, walaupun gitu, saya tetap publish X'D

-miring = flashback-

Berkat Soonyoung, Jihoon melukis senyum manis sebelum ia mengunjungi dunia mimpi. Mama Lee yang notabene sempat bingung melihat kelakuan anaknya seminggu kemarin jadi semakin bingung melihat Jihoon yang sangat ceria semenjak pulang sekolah. Mama Lee bahkan sempat bertanya, "Jihoonie, apa terjadi sesuatu yang baik di sekolah hari ini?". sang anak hanya tersenyum seraya menjawab "Biasa saja, Eomma".

Lee Jihoon menatap keluar jendela yang berada di samping ranjangnya. Masih terngiang di ingatannya bagaimana Soonyoung setiap hari mengatakan lelucon aneh supaya dia tersenyum. Entah kenapa baru hari ini ia bisa mengabulkan harapan Soonyoung. Salahkan saja Jihoon yang buta akan cintanya pada Choi Seungcheol.

"Terimakasih, Soonyoungie"

-0o0-

Jihoon memang sangat mencintai Seungcheol. Semuanya bermula semenjak pertemuan pertama di stand ekskul seni. Tahun ajaran baru dimulai saat musim semi datang. Udara hangat dan bunga-bunga bermekaran menyambut siswa-siswi yang baru saja menginjakkan kaki di jenjang pendidikan baru, sekaligus yang masih menjalani pendidikan satu-dua tahun lagi di sekolah yang sama.

Saat itu, seminggu setelah kegiatan orientasi, Jihoon dan Soonyoung berniat menjadi anggota ekskul seni, dengan cabang yang berbeda. Soonyoung masuk klub dance dan Jihoon klub vocal. Seungcheol yang menjaga stand waktu itu menyambut mereka dengan ramah, bahkan ia sempat meyingkirkan kelopak sakura yang tak sengaja jatuh di rambut karamel yang lebih pendek. Detik itu juga Jihoon jatuh cinta pada laki-laki bermarga Choi itu. Keduanya semakin dekat karena berada di klub yang sama. Seungcheol acap kali memuji kepandaian Jihoon dalam menyanyi dan mengomposisi lagu.

Jihoon dekat dengan semua anggota klub –karena Seungcheol membantunya bersosialisasi dengan yang lain. Tahu sendiri, Jihoon itu agak pasif– namun, yang paling sering mengobrol dengannya adalah Seungcheol, Jeonghan, dan Seungkwan. Mereka anak-anak yang sama menyenangkannya seperti Seungcheol. Seungkwan sering mengajaknya pulang dan belajar bersama dan berakhir dengan mereka pulang bertiga bersama Soonyoung. Sementara Jeonghan menganggap Jihoon sebagai adik kecilnya –terkadang anak–, baginya Jihoon itu sosok perfeksionis yang imut dibalik sikap cuek dan pemarahnya.

Jihoon tahu, sangat tahu kalau Seungcheol dan Jeonghan itu sangat lengket, seperti ia dan sahabatnya yang pecicilan. Tapi, kenyataan keduanya saling mencintai adalah hal yang membuat Jihoon merasa tersisih. Mereka terlihat biasa saja selama ini, bahkan Jihoon akan menekankan kalau hubungan keduanya seperti ia dan Soonyoung. Kalau tahu begitu, Jihoon bisa mundur sedari awal, ia tak akan membiarkan perasaan bodoh itu tumbuh.

Sayang sekali, saat Jihoon telah menetapkan Choi Seungcheol sebagai orang yang ia cintai, laki-laki itu malah menyatakan cintanya pada Yoon Jeonghan di hadapan semua penghuni sekolah. Jihoon terluka tentu saja. Perlakuan Seungcheol telah menghantarkan perasaannya ke langit, dan sekarang semuanya menimpa Jihoon bagai hujan deras. Jihoon tersenyum pahit di tengah kerumunan, menarik Soonyoung menjauh tak lama setelah itu. Tak mau berlama-lama melihat kemesraan kedua kakak kelas yang disayanginya.

Soonyoung yang tahu seluk-beluk perasaan Jihoon mengusap punggung si pendek lembut. Ya, Jihoon menangis. "Jihoonie, jangan menangis lagi oke? Keimutanmu jadi bertambah," Soonyoung mencubit kedua pipi Jihoon gemas.

"Sswunyoung bodoh! Lewpaskan!" Jihoon menampik tangan Soonyoung cukup kasar.

"aih... jangan galak begitu Jihoonie, aku kan namja yang sensitif."

CORONA (SOONHOON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang