= 8 =

1.4K 159 23
                                    




YUUKI mengerjapkan matanya ketika berusaha menyesuaikan dengan sinar matahari yang masuk dari jendela apartmentnya. Dirinya beringsut duduk untuk meregangkan badannya.


Namun, selang beberapa detik kemudian matanya membulat sempurna ketika di laci meja sebelah kasurnya, terdapat secarik kertas hasil dari tulisan tangan seseorang yang terlihat begitu menyita perhatiannya.


'Maaf. Tapi, aku harus pergi, Yuki.'


Yuuki menyeringai ketika selesai membaca tulisan itu, "Sepertinya aku tak salah memilihmu, Marcus. Okay ... kita lihat sejauh mana kau berada sekarang."


Gadis itu lantas bangkit dari kasur dan mengambil ponselnya yang tergeletak di sofa. Dihidupkannya benda kotak tersebut dan langsung menelpon seseorang yang ia butuhkan.


Mengacuhkan ribuan pesan dan ratusan misscall dari sahabat-sahabatnya yang sudah muncul memenuhi notifikasinya begitu ponselnya berada dalam mode on.


"Holla, guys ...," sapa Yuuki santai, "merindukanku?"


***


Yuuki duduk di ruang utama dengan santai sembari menyesap susu coklatnya dengan damai. Pagi ini ia langsung bergegas pulang ke mansion setelah membaca 'ucapan manis' dari Marcus ketika ia bangun dari tidurnya.


"Kupikir gadis di hadapan kita ini minta dibunuh." sindir Mike emosi ketika dirinya tak juga diajak bicara, bahkan semenjak kedatangan gadis itu yang seenak jidatnya pagi ini.


Di lain sisi, Xiumin hanya menggeleng pelan. Ia sudah lelah berdebat. Bahkan dengan Yuuki sekalipun. Hari ini saja ia terpaksa membolos -ah tidak, tapi libur paksa- karena Yuuki berhasil menyabotase jadwal prakteknya berkat Phantomnya. Dan mengharuskan ia terjebak dalam kondisi tak tentu arah seperti ini.


Sedangkan Kevin dan Alex pun hanya membisu. Tidak berniat memulai pembicaraan. Entah karena mereka malas atau hanya menunggu kepastian dari Yuuki.


"I need your help guys ...," akhirnya Yuuki buka suara ketika selesai meletakkan cangkirnya di samping kursinya, "for some reason, I can't do it by myself."


"Jadi ... kau masih berani meminta bantuan kami, bahkan setelah kau nekat melakukan hal itu kemarin bersama Phantom? Di pusat kota? Lalu kau kemanakan Phantommu sampai harus meminta bantuan dari kami? Huh?" potong Mike tak terima. Dan Yuuki hanya menatap datar sosok itu sembari menyandarkan badannya pada sanggahan kursi.


"Kau ... berani membantah ucapanku?"


Mike tertegun mendengar ucapan yang keluar dari mulut Yuuki sangat mengintimidasi. Ia baru sadar jika Yuuki sedang tidak bermain-main. Matanya mencoba menatap Yuuki serius . Berusaha untuk tidak termakan aura dingin gadis itu.


"Kau menjadi overdose nekat semenjak menemukan orang itu. Maumu apa?" balas Mike berusaha tenang. Walau bagaimanapun juga, meskipun dihadapannya ini seorang gadis berusia 22 tahun yang terlihat seperti bocah, tapi dia adalah monster di saat yang bersamaan jika dia sedang serius seperti ini.


"Menikahinya."


"Jangan bercanda, Esther!" kali ini Xiumin juga ikut membantah ucapan Yuuki, "aku sudah memperingatimu semenjak di Café. Ini bukan tentang kau seorang. Tapi keselamatan semua Klan!"


Yuuki terdiam. Namun, mata gadis itu menoleh pada sosok Kevin dan Alex. "Kalian?"


Ditanya seperti itu Alex hanya mengangkat bahunya acuh. "Jika itu permintaan adikku tersayang, senekat apapun itu akan kuturuti."


Yuuki kemudian beralih fokus pada sosok Kevin.


Sedangkan Kevin yang mendadak ditatap seperti itu hanya mendesah pelan. "Well, karena hidup cuma sekali, aku ikut ikut saja. Sekali-kali nekat berujung kematian, boleh juga." seringainya tak berdosa.


Dan akhirnya Yuuki kembali menatap sosok Mike dan Xiumin. "Kalian para pecundang diam di mansion saja. Biar aku bersama Alex dan Kevin."


Mendengar itu, Mike langsung mendesis tak suka. Sementara Xiumin hanya kembali menggeleng pasrah.


"Mulutmu butuh filter rupanya. Lain kali, ijinkan aku untuk menjahit mulutmu, Esther," balas Mike dingin. Yuuki hanya terkekeh tak berniat menyahut.


"Aku ikut." sambung Mike.


Yuuki tersenyum puas. Mata gadis itu kini melirik sosok Xiumin yang masih tak bersuara.


"Pada akhirnya, aku pun harus ikut kan?" Xiumin akhirnya menyahut malas. Sedangkan Yuuki hanya menyeringai tak berdosa.


"Pantas saja dia jadi ketua mafia," batin Xiumin lelah.


"Jadi ... karena semua ikut, biarkan aku yang mengatur pergerakan kita kedepannya," Yuuki bergegas bangkit dari kursinya dan langsung menatap satu-persatu manusia di hadapannya.


"Pertama-tama, kita butuh bantuan Klan Jade Clover," smirk Yuuki tercetak jelas di mukanya, "karena, mungkin misi ini akan menimbulkan perang dunia ketiga."



= TO BE CONTINUED =



Since : 22-04-2017

GUARDIAN [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang