20 januari 2016
* Dalam KamarDanu tiba-tiba bangun dari tidurnya.
panas bener, kamfret. Danu menengok ke sebuah kipas angin setengah rusak di sampingnya, tutup kipas itu bahkan terbuka.
Andi, lu rebahan disini aja dong, bawa kipas angin lu kesini. Teriak Danu sambil memutar-mutar baling-baling kipas angin
Hening.. tidak ada siapa pun yang menyahut.
Hmmp.. pake lupa, kalo sekarang sendiri. Mellow bener hidup gua sekarang. Danu menghela nafasnya.
Matanya mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan kipas.
Dia mengambil satu draft proposalnya yang sudah lama tidak ia sentuh.
Bukan, bukan untuk kembali dikerjakan, hanya sekedar menjadi kipas manual alternatif di cuaca sepanas itu.Ini kota mungkin sudah dikutuk, dijadikan tuhan contoh bagi penghuni-penghuni neraka, panasnya sampai kek gini. Danu bicara sendiri sambil mengipaskan draft proposalnya.
Danu berdiri dari tempat tidurnya, lalu mengambil segelas cangkir dan mengarahkannya pada keran dispenser kecil miliknya.
Ya allah.. ini kah neraka yang kau janjikan. Ucap Danu kesal sambil memukul galon kosong itu.Kalo gini mah kepaksa ngelewatin siratul mustakim buat dapat oasis namanya. Keluh Danu.
Pikirannya sudah mulai kemana-mana.
Danu mulai membayangkan. Jika ia harus keluar untuk mengisi air galon itu, dia harus berjalan keluar kostnya yang di depannya adalah rumah Ibu kost killer yang dia anggap sebagai jembatan siratul mustakim.Baginya, ibu kost itu mungkin bukan manusia, tapi seperti malaikat mungkar dan nangkir yang selalu mengingatkan untuk berbuat baik dan menghindari berbuat jahat.
Baik memang, tapi ocehannya yang sama setiap hari ditambah bumbu-bumbu pembicaraan tentang “biaya sewa kost” membuat Danu lebih sering kesal.
Hah.. kepaksa udah kalo gini mau apalagi coba. Danu menarik nafasnya panjang.
Dia berdiri kemudian mencari-cari kunci motornya yang tidak bisa dia temukan.
Susah emang jadi orang pelupa kayakgini. Mana ga ada yang ngingetin juga. Parah ey.
Danu terus melebarkan matanya untuk mencari kunci motornya. Ia menyisir seluruh bagian kamarnya yang memang banyak barang-barang itu.
Ia angkat satu persatu benda yang ada di kamarnya. Sampai akhirnya dia menemukan kunci motornya ada di dalam kardus berisi piala, dan sebuah photo 4 orang laki-laki.
Gimana ya mereka sekarang?
Danu menatap tajam photo itu seolah banyak tergambar gambaran lain selain photo yang terlukis. Kemudian dia meletakkan kembali photo itu kedalam kardus.Dah ah dari tadi mellow mulu. Kayak india aja. Bentar lagi nyanyi nih gua.
Tiba-tiba, di kost sebelah ada suara orang menyanyikan lagu “Semua Tentang Kita-Peterpan”
Tuh kan kamfret bener, pake pas lagi nyanyi nya. Danu menggerutu.
Tidak ingin larut, Ia segera mengangkat tubuhnya keluar dari kost itu dan bersiap melewati siratul mustaqim itu
***
Danu sudah siap untuk keluar rumah, dengan jaket, kaca mata dan sarung tangan serta masker yang menutupi tubuhnya. Ia berharap dengan berpakain selengkap ini tidak akan dikenali oleh ibu kost itu.Kamar Danu dan rumah ibu kost itu terpisah, tapi tempat itu hanya punya satu halaman. So.. motor Danu pastinya ada di depan pintu rumah ibu kost.
Eeeee.. nak Danu lengkap sekali pakaiannya. Mau kemana? Ketemu pacar ya? atau sekarang udah mulai kerja jadi GOJEK ya? nah bagus itu, bisa nambah-nambah buat bayar kost kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST
Humorpernah ga lu mikir tentang membangun rumah tangga? tapi.. bukan sama istri yang lu nikahin. bukan sama cewe cantik juga. ini sama orang baru yang bener-bener baru lu kenal? beda sifat, beda karakter. KOST bukan rumah, tapi juga bukan sekedar tempat...