Hampir genap dua minggu Arthaya sekolah di HIS tapi, dia masih belum bisa melupakan sekolah lamanya. Arthaya sering berkunjung ke sana untuk melepaskan kerinduannya pada tempat yang telah banyak mengajarkan akan arti sebuah kehidupan.
Sampai kapan Arthaya akan bisa menerima kenyataan bahwa dia sudah pindah dari sana? Mungkin sampai ada orang yang mengisi ke kosongan di hatinya dengan begitu dia bisa menerima kenyataan itu. Tapi, sampai sekarang masih belum ada...
Arthaya penasaran sama siapa ketua kelasnya yang katanya juga mencalonkan diri sebagai ketua osis di sekolahnya.
"Arkhan? Yaldi? Atau Aldi? Siapa sih sebenernya? Gak tau! Ya udah, pilih yang pertama ajalah, Arkhan ketua kelas ku! " batin Arthaya yang asal menebak karena dia teringat akan sosok Arkhan pacar temanya di ABS dulu. Cuma akal-akalan sih Arthaya aja yang menganggap mereka pacaran.
***
Menjadi anak baru ternyata tak seindah anak baru yang ada di dalam novel yang Arthaya baca. (Ya iyalah, namanya juga novel karangan penulis.)
Hari ini para kandidat calon osis yang terdiri dari Aldi, Ryan, Radit, dan Putra, sedang mengadakan kampanye untuk membacakan visi dan misinya masing-masing di lapangan sekolah.
Artha tidak begitu tertarik dengan apa yang mereka sampaikan karena dia lebih suka melihat kampanye di sekolah lama nya dari pada di sini. Adapun para team suksesnya pun tidak begitu semangat dengan prosesi pemilihan ini. Seakan semuanya hanya formalitas dan sang OSIS pun sudah di tentukan dari awal. Jadinya, para murid pada cerita semua, termasuk Vienna.
"Tha, lo lihat gak cowok yang di depan tadi?" tanya Vienna sambil menunjuk ke arah depan.
"Yang mana? Perasaan semuanya cowok yang ada di depan tadi lah," jawab Arthaya sambil mengingat cowok mana yang di maksudkan.
"Itu..." tunjuk Vienna pada sosok cowok yang ada di depan sana, "Itu, Ryan namanya... gue suka sama dia. Udahlah ganteng, pintar, putih dan anak dokter pula lagi. Sayangnya udah sold out."
"Hm, lumayan..." gumam Arthaya sambil berjalan ke kelas setelah acara kampanye telah selesai berlangsung.
"Milih siapa Tha? Kelas kita katanya banyak yang milih ketua kelas kita? Kalau gue sih pingin milih doi, tapi gak jadilah. Dia terlalu perfect kalau ke pilih jadi ketos."
"Entah la Na... Lihat aja besok..." jawab Arthaya yang malas harus berurusan dengan namanya memilih sebuah keputusan karena dia aja masih ragu dengan dirinya sendiri. Apalagi pilihannya kali ini menentukan yang terbaik untuk HIS atau malah sebaliknya.
"Tha, gua dengar, pemilihan osis di ABS setelah lebaran Idul Adha baru akan di adakan pemilihan," kata Raisya memberitahukan Arthaya yang baru saja duduk di kursinya sebelum guru pelajaran selanjutnya datang
"Kapan anti ke ABS Sya?"
"Kemarin sore gua ke sana, katanya yang mencalon di cowok berpasangan ketos sama wakos, berdua langsung."
"Kalau di akhwat nya bagaimana? Kalau gak salah dengar, Arkhan sama Nando ya? dan Iqbal sama Vicki?"
"Iya, kalau yang akhwat nya, biasa seperti di sini..." ujar Raisya kembali ke kursinya saat guru masuk ke kelas.
***
Hari ini seluruh anak HIS tidak belajar di karenakan hari pemilihan ketua osis HIS yang telah ditetapkan. Semua siswa-siswi di beri sebuah kertas yang sudah ada stempel HIS di kertas tersebut untuk menuliskan nama kandidat yang kami pilih, bukan mencoblos orangnya seperti pemilu-pemilu aparat negara melainkan menulis namanya.
Arthaya sedang mode malas untuk sekedar menulis. Jadinya, dia memberikan kepada teman yang ada di sampingnya untuk menuliskan siapa yang di pilihnya.
Arthya hanya mencuri pandang dengan sosok di seberang sana sambil melihat tingkah lakunya yang terlalu kekanakan, karena bentuk meja kelasnya berbentuk later U setelah terjadi perombakan kelas.
Arthaya hanya bisa pasrah dengan siapa yang di tuliskan di kertasnya, ya siapa lagi kalau bukan si ketua kelas nya, Aryan Aldi Arsyalendra namanya, bukan Arkhan nama yang hanya bisa di tebak Arthaya.
***
Saat menghitung suara terbanyak, terlihat sekali kalau IPA dan IPS tak pernah berdamai, saling menyoraki satu sama lain, Arthaya hanya bisa diam sambil mendengarkan mereka.
Begitu sampai pada suara yang terakhir, "Dan jatuhlah pada anak IPA yang memenangkan pemilihan yaitu... Aryan Aldi Arsyalendra dari kelas XI IPA 1," ujar guru yang mendampingi para anggota osis lama pada pemilihan itu.
Terdengar sorakan bahagia dari anak IPA dan kekecewaan pada anak IPS
Dan akhirnya selesai, kami di perbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Selamat ya Al..." ujar seorang cewek kepada Aldi yang membuat Arthaya merasa ada yang aneh di hatinya, rasa ingin menjadi perempuan yang bersama Aldi, ingin menjadi wanita yang ramah seperti perempuan itu. Tapi, apalah daya seorang Arthaya yang introver ini.
***
Masih ada yang menunggu kelanjutannya? Walaupun author nya sedikit kepedean hehehehe.....
Yang masih Setia menunggu, author ucapkan terimakasih, yang tidak Setia menunggu ya tidak apa-apa...
Sekali lagi author ucapkan terimakasih yang masih mau membacanya dan jangan lupa ya, vote and comment nya demi kelanjutan ceritanya, dan satu lagi, jangan cuma comment next, comment yang lain yang membuat author nya tambah semangat untuk melanjutkannya...
Good bye....
KAMU SEDANG MEMBACA
Gardenia
Teen FictionBerawal dari sebuah keputusan yang harus membuatnya pergi dari kehidupan sebelumnya. Meninggalkan semua kenangan yang pernah ada dalam hidupnya dan berusaha untuk mewujudkan kembali semua impian dan cita-cita yang pernah dirancang sebelumnya, walaup...