Tetesan air hujan turun jatuh membasahi tubuh seorang gadis dengan tubuh semampai yang sedang berdiam diri di depan jembatan sepi tanpa ada yang mengawasi. Rambut sepanjang bahunya yang begitu hitam legam menjadi basah dan menutupi wajahnya. Angin berhembus dan membuat bulu kuduknya berdiri. Tapi ia tidak bergeming. Entah tak bisa bergerak atau tidak mau bergerak. Pantulan dirinya nampak di dasar sungai di bawah jembatan sana.
Ia tak memikirkan apapun. Pikirannya kosong. Hatinya hampa.
Tetapi kemudian ia kembali mengingat semuanya.
Deg!
Ia mengerutkan keningnya. Matanya bergerak melihat pantulan dirinya di dasar sungai, tetapi bukan itu yang ia lihat. Yang ia lihat dalam pikirannya adalah semua rekaman kejadian yang ia alami.
Deg!
Ingatannya terus berputar. Semakin lama semakin cepat. Kepalanya sakit.
"AKKKHHH!!" ia berteriak kencang.
Tapi tak ada yang mendengar.
Hujan semakin lebat. Ia mengeratkan pegangannya pada jembatan itu. Melihat gambar dirinya, ingin sekali ia melompat. Ia mencondongkan tubuhnya, tetapi pegangannya justru makin keras.
Satu. Ia melihat lihat langit.
Dua. Ia melihat ke kiri lalu kanan.
Tiga. Ia melihat ke dasar air sungai.
Hujan semakin deras.
"Lompat" bisik hatinya.
Ia mengangkat kaki kanannya, kemudian menutup matanya.
"LIONA!" teriak seseorang dari kejauhan.
Deg!
Ia mengenal suara ini.
Tidak. Aku harus pergi. Pikirnya.
Liona menurunkan kembali kakinya. Dan ia langsung berlari dari tempat awalnya. Ia berlari, berlari sekencang-kencangnya.
Orang itu mengejarnya, membuat Liona semakin panik.
"LIONA TUNGGU!!"
Tiiin! Tiiinnnnnn! Brug!
Ia menengok. Matanya terbelalak. Orang yang tadi mengejarnya tergeletak lemah di depan sebuah mobil mini bus.
"Tidak" Liona berbisik. Ia mendekati orang itu. Liona berdiri di depan tubuh tak berdaya itu. Darah. Orang itu mengeluarkan darah.
"Tidak" Air matanya menetes. Lagi.