Satu

14 2 0
                                    


Tepat pukul 13.00. Liona melihat ke arah kanan dan ke kiri. Banyak orang di sini. Di bandara ini. Tapi sosok yang di carinya tak muncul juga.

Liona akhirnya kembali duduk setelah setengah jam berdiri.

"Liona!" teriak seseorang dari kejauhan.

Liona menoleh ke arah sumber suara dan senyumnya mengembang.

Seorang wanita berkulit kuning langsat, tinggi semampai dan nampak anggun berjalan dengan sedikit tergesa. Nampak senyuman di wajah wanita itu seraya dengan langkah kakinya yang semakin mendekat.

"Apa kabar sayang?" wanita paruh baya itu memeluk Liona.

"Baik tante. Tante Wina sendiri apa kabar?" Liona balas memeluknya.

"Syukurlah. Baik, tante senang banget kamu pulang lagi. Tante udah kangen banget sama kamu. Yuk kita pulang."

Mereka pun pergi bersama ke rumah Liona. Kembali pulang.

***

"Kamar kamu udah tante beresin ya Lin, kamu taruh barang barangmu di sana ya. Tante mau beresin barang-barang di mobil dulu." Ucap Tante Wina sembari membawa makanan yang tadi mereka beli di perjalalan ke dapur.

"Iya tante, terima kasih. Aku naik dulu ya." Ucapnya sambil menaiki tangga.

Ia menaiki anak tangga itu satu persatu. Ia ingat dulu ia tinggal di rumah ini, tangga ini tempat favoritnya untuk bermain berseluncur. Masih lekat di ingatannya, ini merupakan rumah yang nyaman dan hangat hingga ia berumur 8 tahun.

Ia tersenyum saat melihat pintu kamarnya. Setiap sticker princess dan tokoh animasi yang ia tempel di depan pintu kamarnya masih ada. Semua masih sama.

Cekreeeek...

Liona membuka pintu kamarnya.

Kamarnya nampak rapih dan nyaman. Kamar dengan cat berwarna putih. Tante Wina pasti sudah merapikannya dengan teliti.

Liona mendekati jendela dan melihat ke luar.

"Di dalam masih sama, tapi di luar banyak berubah."

Ya, banyak yang berubah di luar kamarnya. Sudah banyak bangunan di depan jendelanya. Yang dulunya lapangan baseball dan perkebunan kini berubah menjadi deretan rumah mewah yang berjejer rapi. Area taman bermain yang dulu sering ia jadikan base camp juga berubah menjadi toko siap saji.

"Liona."

Liona menoleh.

"Bagaimana rasanya pulang?" Tante Wina tersenyum di samping pintu.

"Kangen hehe"

Tante Wina masuk ke dalam kamar dan duduk di atas tempat tidur Liona. "Kamu akan terus tinggal di sini kan?"

Liona hanya tersenyum.

"Tinggal saja di sini. Ini rumahmu. Aku keluargamu. Kamu tidak sendiri Liona"

Liona terdiam mendengar kata-kata tulus tante Wina.

"Iya tante, terimakasih" Liona tersenyum lalu pergi memeluk tante Wina.

"Oh iya, sudah kamu bereskan barang-barangmu?" Tante wina bertanya sambil melihat ke arah koper Liona yang masih bertengger manis di samping pintu.

"Oh iya, sampai lupa" Liona pun bangun dan membuka kunci kopernya.

"Yaudah tante mau turun dulu ya, tante mau belanja sama masak buat makan malam nih." tante Wina berdiri dan berjalan ke arah pintu.

"Oh iya tante" Liona mengeluarkan semua pakaiannya dari koper dan merapikannya ke dalam lemari.

Cekrek.

Pintu kamar Liona ditutup.

Liona menoleh ke arah jendela, kemudian kembali melihat ke kaca.

Dia melihat ada sesosok pria yang sedang berjalan dengan membawa sesuatu.

Ia mencoba memfokuskan pandangannya pada benda yang pria itu bawa.

"Tangan kanan bola... eh, balon... eh bola balon. tangan kiri... Apa itu? Warna warni."

Liona terus memperhatikannya.

🎶 Triing

Bunyi itu sedikit mengagetkannya, Liona menoleh ke arah kasur dan memeriksa handphonenya.

Ada pesan yang masuk, Liona pun membukanya.

- Pesan -
Stella: Are you already home sunshine?

Liona pun tersenyum.

- pesan -
Me : Yup, and this is so nice. My bedroom still the same.

Liona asik berbincang-bincang dengan Stella. Sahabatnya di Australi, tempat tinggalnya dulu.

Liona's TearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang