u-7

1.1K 209 19
                                    

"Aduh!" teriak Athifa reflek.

Ervin yang sedang melamun pun ikut terkejut dibuatnya, "Anjrit!"

Athifa langsung menoleh dengan khawatir. "Kenapa, Vin?" tanyanya lalu memerhatikan Ervin meletakkan tangan kanannya di pipi dengan mulut ternganga serta mata terpejam kuat. "Vin? Ada apa?" tanya Athifa lagi.

Ervin mengatur napasnya. "Kaget doang," ucapnya setelah merasa rasa sakitnya mereda. "Lo kenapa tadi tiba-tiba teriak?"

"Kegores kertas," ucap Athifa lalu menunjukkan map tipis yang ada tergeletak di lantai akibat dilempar Athifa. "Serius kaget doang? Tadi kenapa kayak orang kesurupan gitu sih?" tanya Athifa sambil menahan tawanya saat kembali membayangkan ekspresi Ervin tadi.

"Tadi kaget, jadinya teriak, tapi pas mau teriak kegigit dinding mulutnya, kayaknya bakal jadi sariawan nih." Ervin menjelaskan. "Kok bisa sampe kegores gitu?" tanya Ervin lalu mengelus berkali-kali telapak tangan Athifa yang tergores kertas.

Athifa mengedikkan bahu. "Gak tau gue juga, ya udah, kegores doang."

Ervin yang tadinya menatap luka bergaris pendek di telapak tangan Athifa, menjadi menatap Athifa yang sedang menatap Ervin mengelus telapak tangannya. "Beneran? Mau pake obat atau apa gitu?" tanya Ervin memastikan.

Athifa mengangguk lalu menggenggam tangan Ervin. "Nah, udah biasa aja, kan?" ujar Athifa lalu melepas genggamannya. "Kalo lo gimana? Minum air putih yang banyak sana, biar gak jadi sariawan. Nanti jadi susah makannya, kan, sayang kalo gak bisa nyobain makanan khas sini."

"Akhirnya dipanggil sayang sama si sayangku! Penantian ini!" ucap Ervin dengan mata berbinar-binar.

"Ah, tuh mulai kumat, kan!" gerutu Athifa lalu memasangkan earphone ke ponselnya. Mereka sebenarnya sedang di dalam kereta yang menuju Shanghai, lumayan memakan waktu berjam-jam.

"Yah, jadi sebenernya kapan proposal gue diterima, sih?" tanya Ervin dengan nada kesal dibuatnya. "Lo udah buka power point yang gue bikin, kan? Masa hati lo gak tergerak gitu buat ngomong apa? Atau melakukan apa?"

Athifa menghelas napas panjang. "Vin."

"Apa?" balas Ervin pendek.

"Gue udah liat kok, kalo mau tau reaksi gue, gue iba." Athifa melanjutkan ucapannya.

Ervin merutuk dalam hati, apakah dia semenyedihkan itu?

"Gue bukan dosen lo. Kok lo ngasih tugas Bu Weni ke gue? Segala judul file-nya 'udah direvisi fix banged anjrot kagak mau ngulang matkulnya lagi kapok.ppt'." Athifa mengernyitkan dahinya heran pada Ervin.

Mendadak mata Ervin membulat kaget. "LAH? YANG GUE KIRIM TUGAS BU WENI? YA ELAH MAMPUS!" seru Ervin masih dengan raut terkejut. "Bakal ngulang matkul-nya nih. Berarti minggu kemaren gue belom ngirim tugasnya ke dia. Tapi gue merasa udah ngirim dah."

"EH TAPI," seru Ervin lagi. "JANGAN-JANGAN GUE NGIRIM POWER POINT YANG SEHARUSNYA KIRIM KE LO MALAH KE BU WENI?"

Tamat sudah pendidikan perguruan tingginya. Ervin malah mengirim file pada Bu Weni yang berjudul Reasons Why You Should Date Me.

---
a.n: wey!!! maap yak late update wkakak lagi di malang hiw jadinya lupa apdet. semoga masih ditunggu ya!

unrequited.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang