Aroma embun pagi mulai tercium dan membuatku sadar bahwa hari telah berganti. Aku mulai membuka mata dan bergumam "Hmm..Sudah pagi lagi ya." sambil melihat langit yang masih gelap lewat jendela kamarku.
Aku pun beranjak menuruni kasur. Ya butuh usaha ekstra sih, kalian tahu maksudku kan. Bangun pagi-pagi sekali dengan udara ekstra dingin dengan godaan kehangatan kasur empuk dikamarmu, serasa gravitasi bumi bertambah dua ratus kali lipat dari biasanya.
Aku berjalan ke meja belajarku dan melihat jam weker yang menunjukkan pukul 4 pagi. "Bangun jam segini lagi ya." Seperti biasanya aku selalu bangun jam 4 pagi, entah kenapa. Oh ya ini hari pertama aku sekolah di SMA Bhineka. Namanya sedikit unik sih tapi SMA ini adalah salah satu SMA terbaik di kotaku.
"Adrii.. cepet bangun ntar terlambat ke sekolah lo.. Kamu ndak mau mendapat pengalaman terlambat di hari pertama sekolah kan," teriak ibuku dari dapur
"He eh.."
Oh iya Adri itu namaku, tinggiku 173 cm. Ya lumayan tinggi sih untuk anak yang baru masuk SMA. Aku punya satu adik yang imut, tapi kadang menjengkelkan sih. Tau sendiri kan gimana rasanya punya adek imut tapi kerjaannya suka bikin jengkel.
Ku buka pintu kamarku dan kurasakan bau udara pukul 4 pagi yang sangat menyegarkan. Aku pun berjalan ke arah tangga rumahku yang letaknya tidak jauh dari kamarku. Ku mulai menuruni anak tangga satu persatu dan menuju ke ruang makan untuk sarapan. Setelah sarapan aku pun bersegera untuk berangkat ke sekolah
"Aku berangkat!"
"Iya kak, jangan lupa cari pacar ya! Biar gak jomblo terus!" teriak adikku
"Hoi bazeng! Ngaca woy!" balasku sambil berjalan keluar rumah
Aku ke sekolah jalan kaki meskipun jarak dari rumah ke sekolah agak jauh sih. Oh ya biasanya aku lewat jalan utama ke sekolah, tapi hari ini aku lewat jalan kecil di perumahan. Jalannya agak rumit sih banyak tanjakan apa lagi tikungannya. Gapapalah yang penting cepet sampai.
"Woy! Dri tunggu gue!" teriak seseorang dari belakang
Ku toleh sumber suara itu "Oh lo ternyata,"
Perkenalkan dia temenku Daniel. Kami berteman sejak SMP dan kebetulan satu SMA juga. Dia seorang aktor muda yang terkenal di kotaku. Lumayan tinggi sih tapi masih tinggian aku dikit.
Saat SMP kami sering main bareng, ngumpul bareng, dan masih banyak lagi. Aku sering berjalan bersamanya dan setiap kali bersamanya serasa diriku menjadi pusat perhatian. Ya kalian tau lah gimana jika kalian punya temen yang terkenal. Ada yang minta nomornya lah, ada yang minta nama akun Facebooknya. Percayalah itu benar-benar mengganggu sekali.
"Tumben Dri lewat sini, gue dah nunggu di ujung jalan. Lo malah lewat sini. Untung gue lihat lo waktu belok."
"Hari pertama gini biasanya di sana rame, lagian ngapain nunggu gue."
"Yak elah, gue kan se SMA sama lo, masak temen gak boleh berangkat bareng. Lagi pula gue belom punya temen di SMA selain lo."
"Halah bentar lagi banyak cewek kok ndeketin lo. Lo kan artis."
"Jangan bawa-bawa 'artis' dong, gue gak suka disebut gitu sama temen sendiri."
"Tapi kenyataannya begitu kan. Dari SMP lo sering dideketin cewek mulai adek kelas sampe kakak kelas. Apalah daya gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night Without Star
Teen FictionAdri adalah seorang siswa yang akan memulai masa SMAnya tahun ini. Dia anak yang biasa aja, tetapi dia juga cerdas, tetapi dia sama sekali belum pernah merasakan yang dinamakan pacaran. Kisah percintaannya tidak terlalu baik. Dia pernah ditolak dua...