PROLOG

26 8 12
                                    

"Demi pantat bayi! Ini enak banget!" Lunga memakan ayam yang di sirami saus pedas dengan lahap.

Orlin hanya mampu mendengus menatap Lunga yang setiap hari itu tidak ada yang namanya kata pedas. Selalu dan selalu Orlin menemani Lunga untuk makan yang pedas-pedas.

"Udah apa Nga! Muka lo udah merah!" peringat Orlin.

"Gue cuman ke panasan gak ke pedesan!" bantah Lunga.

Padahal mulut Lunga suka mangap-mangap dan nafasnya cepat, apalagi kalau bukan ke pedesan? Dasar cewek sok kuat.

"Mau nyoba gak?" Lunga memberikan sepotong ayam paha atas ke arah Orlin.

"Enggak! Makasih!"

Lunga tetap asik memakan, sampai mulutnya penuh saus. Banyak pasang mata yang melihat ke arah Lunga dan Orlin. Orlin jadi malu sendiri, sahabatnya itu kalau makan pedas serasa dunia milik Lunga seorang.

"Nga ayo buruan! Malu, lo makan udah kayak bocah tau gak?!"

Plak!

Orlin membeku dengan mata tertutup, tau apa yang sudah di lakukan Lunga pada Orlin? Lunga menampar muka Orlin dengan saus pedas, dan apesnya sausnya itu kena mata Orlin.

"LUNGA LO BENER-BENER YA! MATA GUE! ARGH!"

Sedangkan Lunga lebih memilih kembali memakan ayamnya yang masih banyak, udah tau lagi makan pedes. Biasanya kan orang kalau makan pedes bawaannya emosi dan tidak terkontrol, dan Orlin mengganggu makan siang Lunga. Jadi lah Lunga menampar Orlin.

◾◾◾◾

"Gue kesel Nga!" Orlin mengguncang-guncangkan bahu Lunga.

"Diem lo! Gue tampar lagi nih!" ancam Lunga.

Mereka sedang istirahat dan makan di kantin, menu pedas Lunga kali ini adalah ayam kremes dengan sambal ijo.

Lunga suka pedas dari saat dia tinggal di Bandung, sekitar kelas 2 SD. Waktu itu Bandung lagi tenar-tenarnya sama yang namanya 'Tahu Jeletot' dengan seharga seribu lima ratus rupiah. Akhirnya Lunga membeli bersama Omnya, awalnya Lunga sampai nangis-nangis dan bolak balik ke wastafel untuk kumur-kumur biar mengurangi pedas. Tapi sesudah itu ia ketagihan meski sampai sekarang sehabis makan pedas ia selalu sakit perut dan buang air besar.

"Lunga gue serius! Masa gue liat Doni pegang-pegang tangan cewek anak kelas 11-2!" Orlin mulai bercerita.

Lunga mengangguk lalu berkata, "Ribet amat hidup lo! Liat gue! Gue hepi cuman makan pedes. Hepi gak usah dari pacar doang kan? Gak usah di pikirin elah!" Lunga kembali mencomot ayamnya yang tinggal sedikit.

"Lo mah! Lo gak pernah ngerasain patah hati kan?! Mangkannya asal jeplak aja, tai lo!" ucap Orlin lalu memilih meninggalkan Lunga.

Lunga tersenyum getir, hah! Seasik apapun Lunga ia tetap cewek yang bersembunyi di balik rahasiannya tanpa mau membongkar rahasiannya sedikit pun.

Lunga berdiri lalu mengambil hpnya dan memasukkannya ke kantung rok.

"ANJIR KAKI GUE!" spontan Lunga berteriak ketika ada orang yang menginjak kakinya, mana ia tidak pakai sepatu.

Lunga menatap kesal laki-laki yang sekarang sudah menatapnya juga.

"Eh, Lunga! Sori ya? Gue kagak sengaja!"

"Sori lo bilang? Kaki gue merah gara-gara lo Zirga!" Lunga mengelus-ngelus kakinya.

Lunga kenal orang yang menginjak kakinya, namanya Zirga anak sebelah kelas Lunga, rumor-rumor yang beredar Zirga ini punya pacar di setiap sekolahan SMA dekat sekolah SMA-nya.

"Ya maaf, gue gak sengaja Lung."

"Hah? Lung? Lo kira gue anak mulung?! Enak aja lo manggil gue Lung!" Lunga membentak.

Ia paling tidak terima cowok yang hanya bisa minta maaf saja. Bagi Lunga cowok begitu tidak tanggung jawab. Mangkannya Lunga marah.

"Emang iya."

Lunga mengerutkan alis, suara tadi bukan Zirga karena suaranya lebih berat dari milik Zirga, terus siapa?

"Kalau bukan anak mulung apa namanya? Sekolah gak make sepatu?"

Cowok yang tadi berbicara memunculkan wujudnya, dengan hoodie berwarna marun yang cowok itu kenakan. Lunga sampai harus menengadah, karena cowok itu tinggi bak tiang listrik. Maklum lah Lunga itu pendek, jadi liat cowok tinggi bilangnya setinggi tiang listrik.

"Siapa lo? Sok ikut campur urusan gue!" Lunga menantang.

Si cowok menepuk-nepuk kepala Lunga dan mendekatkan mulutnya ke telinga Lunga, Lunga bukannya menghindar tapi diam dengan jantung yang sudah deg-deg ser.

"Lo mirip botis yang cacat mental di atas rata-rata," bisik cowok itu tepat di depan telinga Lunga.

Zirga dan cowok itu pergi, Lunga diam menetralkan detak jantungnya. Apa tadi? Cacat mental? Cowok itu mengatakan Lunga cacat mental?

Oke biar Lunga ulangi dan lebih dramatis! COWOK ITU MENGATAI LUNGA CACAT MENTAL?!

Kenapa laki-laki itu? Lunga tidak terima. Alasannya :

Pertama, dia mengurusi urusannya dengan Zirga.
Kedua, dia mengatai Lunga cacat mental dan botis.
Ketiga, dia bikin hati Lunga dag dig dug tidak karuan.
Dan keempat, kenapa cowok itu terlalu ganteng tapi kelakuannya begitu membuat Lunga darah tinggi?!









A/N

Cerita baru... Bhaq :"

Semoga suka ya, silahkan kirsarnya.
Tengkyu.

Raza-240417🎀










SPICY ENTHUSIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang