1.▫ Cium ▫

30 6 14
                                    

"EH! TIANG LISTRIK!" Lunga berteriak.

Tapi Zirga dan anak cowok itu tetap berjalan, lagian salah Lunga sendiri. Mana ada orang namanya tiang listrik.

"Itu Lunga lo katain apaan dah Ger?" Zirga penasaran.

"Botis, cacat mental."

"A en je a ye! Ngamuk noh orang!" Zirga tertawa.

"Lo kenal dia?"

"Kenal banget, dia itu cewek yang tiap hari makan pedes, sukanya ngamuk."

"Kalau udah botis mau di apain lagi tetep jadi botis," Gergio mengusap dagunya.

"Tapi cantik kan? Manis gitu!"

"Mata lo katarak? Muka udah kayak keramik lumutan lo bilang cantik?" Gergio memastikan.

"Lo seleranya terlalu tinggi sih! Mentang-mentang ganteng!" maki Zirga.

Gergio diam tidak menjawab, ia lebih memilih berjalan dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam kantung celananya, terlihat cool.

"Aduh! Ampun Lung, eh maksud gue Lunga! Gue tadi gak sengaja!"

"Lo pikir maaf bisa nyelesain segalanya gitu hah? Kaki gue tambah sakit. Mending lo injek di jari, lah ini! Di pinggiran kaki gue, sakit tolol!"

Gergio mengerutkan alis mendengar ribut-ribut, ia berbalik. Lalu saat melihat siapa yang bertengkar ternyata Lunga sedang memukul kepala Zirga, bahkan Lunga sampai harus loncat-loncat biar pukulannya kena sasaran.

"Eh! Cebol!" panggil Gergio.

Lunga memberhentikan pukulan di kepala Zirga dan menatap kesal Gergio.

"Lo manggil siapa hah?!"

Gergio diam, ia memainkan lidahnya di dalam mulutnya sendiri.

"Lo kan pendek, jadi dia ngatain lo cebol," bisik Zirga sambil meringis karena rambutnya masih di jambak oleh Lunga.

Lunga melepaskan jambakannya, Zirga mengelus dada. Akhirnya bisa terbebas dari mak lampir.

Lunga berhadapan dengan Gergio. Lagi, Lunga harus menengadah menatap Gergio.

"Lo bilang gue cebol?! Adanya juga lo yang ketinggian!" Lunga menatap sinis Gergio.

"Lo yang kurang gizi, sampai harus ngadah liat gue doang," Gergio menyentil dahi Lunga.

Lunga meringis mengusap kasar dahinya dan menatap Gergio nyalang.

"Lo kenapa sih! Ngurusin banget urusan gue! Make segala nyentil-nyentil gue bilang aja lo mau mo–"

"Diem kan?" Gergio tersenyum licik.

"Dus," lanjut Lunga tapi belum tersadar dari ke kagetannya.

"Bibir lo pait kayak obat," Gergio menjilati bibirnya perlahan.

Zirga tercengang bukan main, matanya membulat. Dan para siswa siswi yang berlalu lalang di koridor lantai 1 menatap Lunga dan Gergio, desah-desuh terdengar di telinga Gergio, tapi ia biarkan.

Gergio menatap Lunga yang tengah menunduk sembari memegang mulutnya.

Lunga kembali menatap Gergio dengan pandangan berkaca-kaca.

Cengeng ah.

"BRENGSEK!" maki Lunga.

Ia memberi bogeman mentah yang sialnya selalu mendarat di telapak tangan Gergio, bahkan Gergio terlihat tenang saat harus menghindari bogeman yang di berikan Lunga.

SPICY ENTHUSIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang