Prologue.

93 14 17
                                    

"Aku terbiasa menjadi aku dan semenjak ada kamu, aku belajar menjadi kita"

   Sore hari seperti biasa pada hari kamis dan Sabtu SMA Cendrawasih latihan basket. Hari ini tidak seperti biasa karena SMA Cendrawasih akan diajak bertanding dengan Sekolah sebelah yaitu SMA Merak. Dalam sejarahnya dari dulu memang SMA Cendrawasih dengan SMA Merak adalah saingan kalau soal estrakulikuler basketnya. Tapi mereka tidak bermusuhan layaknya sekolah-sekolah lain. Tidak ada yang bermusuhan atau ada maksud tujuan tertentu dari pertandingan ini. Hanya untuk latihan bersama dan menguatkan tali silahturahmi.

Cindy: gue didepan rumah lo nih

Icha: ok wait

Cindy mematikan mesin mobilnya didepan halaman rumah sahabatnya Meilissa atau yang biasa dipanggil Icha. Setelah Icha pamit dengan mamanya ia keluar dengan wajahnya ceria.

"Dih, kenapa lo?" tanya Cindy. Icha hanya tersenyum lalu masuk ke mobil Cindy.

"Tau orang gila yang suka teriak-teriak deket pasar?" tanya Cindy sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Persis." Icha mencibir sendiri mendengrkan ucapan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Cindy sebenarnya mendengar tapi ia tak peduli. Cindy tak sengaja melihat sesuatu.

"OHH SEPATU BARU YAA CA?"

"buset suara lo!" protes Icha sambil mengelus kupingnya.

"Cieee baruuuuu" seriusan suara Cindy cempreng banget.

"Uuuuu dibeliin yayang Haris ya? Gue juga mau ihh" Benar, Icha dibelikan sepatu baru itu oleh Haris, bagaimana Cindy bisa tau?. Sebenarnya mereka tak ada hubungan spesial apa-apa mereka memang dekat, tapi Haris belum berani untuk mengungkapkan perasaanya langsung kepada Icha. Icha itu tipe cewek yang gampang baper sama cowo, gengsian kalo udah keluar sifat aslinya cerewetnya bakal ngalahin cerewetnya Cindy.

"Brisik!" tanpa mendengarkan godaan Cindy, Icha pura-pura fokus kepada ponselnya. Sampai dilapangan basket gor kota, Cindy dan Icha memasuki ruangan yang luasnya kira-kira 1 hektar.

"BAAANG!" panggil Cindy kepada coach mereka.

"kecilin napa sih suara lo Cin!" bentak Icha. Cindy tak menggubris perkataan Icha, ia langsung berlari menuju Bagas-- pelatih basket di SMA Cendrawasih.

"Tumben telat Cin. Nih absen dulu" ujar Bagas sambil memberi kertas absen estrakulikuler basket.

"Iya, nunggu si itu tuh" adu Cindy sambil mengangkat dagunya menunjuk ke arah Icha. Icha berjalan sambil membawa botol minum Cindy dan miliknya dan misuh-misuh sendiri karena Cindy meninggalkanya.

Icha menaruh botol mereka di tempat duduk anak-anak menaruh tas, lalu Bagas mengangkat tanganya beniat tos kepada Icha. Icha membalas tos itu. Sekalian Icha juga menanda tangani absen.

"Udah kan? Lari 5 kali abis itu ikut mereka pemanasan" suruh Bagas. Cindy melihat ke arah lapangan, rupanya mereka belum telat sebagian besar anak Cendrawasih tengan berlari mengitari lapangan, Cindy dan Icha langsung menyusul lainya.

"Hai Cin, Ca" sapa seorang cewek agak keturun arab yaitu Indira Shalista biasa disapa Dira sih.

"Ehh.. Hahhhh hai" sapa Icha sambil jogging disebelah Dira. Cindy menanggapinya dengan tersenyum. Icha sangat akrab denganya karena mereka statusnya masih sepupu kandung.

Take it or Leave? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang