Sore ini hujan kembali turun disertai suara gemuruh dan kilatan petir di kota Bandung. Angin berhembus kencang membuat suhu menjadi agak bertambah dingin dari biasanya. Halaman belakang rumah terlihat basah karena tidak tertutup oleh atap membuat aroma khas tanah tercium dari sini. Gemericik air juga terdengar dari kolam ikan yang terletak di halaman belakang pula.
Aku sedang duduk di kursi roda sambil memerhatikan turunnya air hujan. Sebuah novel yang hendak dibaca ku biarkan terbuka tanpa maksud apapun. Lagu berbahasa Jepang mengalun dari ruang tengah membuat hati menjadi tenang. Namun, maksud lagu itu bukanlah membuat hati menjadi tenang, melainkan pesan seorang laki-laki yang memohon untuk diberikan waktu sekali lagi dan kesempatan sekali lagi demi mencari cinta sejatinya yang hilang.
Aku tersenyum...
Pesan lagu itu persis seperti seseorang yang pernah dekat denganku. Seseorang yang selalu menemani hari-hari hampaku. Dia bagaikan matahari dan rembulan yang selalu hadir dalam hidupku. Dia bisa menjadi seramah kucing dan segarang singa yang sedang kelaparan. Sayangnya, ia harus pergi meninggalkanku. Entah karena apa, aku tidak tau sampai sekarang.
Hanya satu perkataannya yang masih terngiang dalam pikiranku. Perkataan yang kadang membuatku berpikir apa maksudnya. Perkataan yang kadang membuatku berharap kalau ia akan kembali. Perkataan yang seolah-olah menyerang pikiranku dengan kalimat tanya.
"Baik-baik disini, aku akan kembali"
Kata-kata singkat namun memiliki banyak makna. Sampai-sampai aku harus memikirkannya demi menjawab apa makna perkataannya tersebut. Tetapi, sekali lagi, aku benar-benar menyerah dalam mencari makna perkataan tadi. Entah aku yang terlalu lemah ataupun makna yang begitu berat di dalamnya.
Aku menghela nafas panjang sambil memejamkan mata. Berharap hujan sudah reda dan digantikan dengan pelangi yang indah. Namun, ketika ku buka mata, hujan malah bertambah deras disertai dengan bayangannya yang berada di balik jendela. Entah ini mimpi atau bukan tapi aku melihat bayangan tubuhnya disertai senyuman manisnya di jendela. Aku menoleh ke belakang, tetapi tidak ada siapa-siapa. Kemudian, aku melihat lagi ke arah jendela dan bayangannya masih ada disana.
Aku mencubit tanganku untuk memastikan kalau dia bukanlah ilusi yang aku buat. Aku mengaduh pelan lalu kembali menatap jendela kaca dan bayangannya masih ada. Aku tersenyum dan memanggil namanya. Mengulurkan tangan agar aku bisa memegang tangannya setelah sekian lama. Namun, ia hanya berdiri tanpa melakukan apapun. Lama-kelamaan bayangannya menghilang bersama senyuman manisnya.
Aku kecewa? Iya, aku sangat kecewa.
Aku sedih? Iya, aku sangat sedih.
Aku kesal? Iya, aku sangat kesal.
Namun, seandainya aku melakukan itu semua apakah ia akan mendengar?
Apakah ia akan datang kembali?
Apakah ia akan memelukku lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
TANPA JUDUL
Short Story[Terbit setiap Mood] Hanya berisi karya sastra Copyright©2017