PROLOG (Revisi)

55 7 39
                                    

Terlahir di dunia dengan segala kekurangan dan kelebihan semata. Berdiri di atas tanah dengan sekuat tenaga kaki menapak.

Bernafas dengan menghirup hembusan udara yang merangkup segala rasa dalam jutaan harpa. Melihat, mendengar, meraba, bercakap-cakap tentang segala kehidupan didunia.

Hidup kesepian diantara keramaian dunia telah menjadi prioritasku selama belasan tahun. Berusaha berdiri tegap dengan kaki yang ditopang pundak. Dengan rasa pilu menahan tetesan air mata yang meluap dibalik kelopak mata. Kenapa dunia ini begitu kejam?

Terlahir dengan takdir kesepian. Hidup dengan derita kemalangan. Bertahan dengan rasa kemauan. Namun, ketika itu juga aku harus merasakan sakitnya jatuh karena kesendirian serta kekosongan. Takdir yang terus membawaku hanyut dalam kesendirian. Menikmati kegelapan yang terus menutupi keindahan mentari pagi.

Sampai akhirnya aku menemukan celah harapan. Harapan yang membawaku kembali menikmati keindahan mentari. Harapan yang dipercaya akan membawaku pada kebahagiaan. Harapan yang selangkah lagi aku genggam. Harapan yang disebut dengan cinta oleh banyak manusia.

Namun....

Saat aku menikmatinya, nyatanya harapan itu nihil, semua sia-sia. Lagi-lagi aku dibodohi takdir. Dari awal kulahir, dunia ini sukar akan kebahagiaan. Dunia ini sukar akan penerangan. Dunia ini sukar akan keberuntungan. Dan semua itu hanya berlaku padaku. Nasibku buruk. Sangatlah buruk.

Dan hal yang bernama Cinta.... Seketika lenyap.

Teng...teng.. teng

Bel pulang sekolah berbunyi. Seperti hari-hari biasa, hari ini pun selalu berakhir dengan keceriaan. Aku yang kini duduk di bangku kelas 1 SMK terfavorit di kota ku.

Aku pulang dengan teman sebangku dan juga teman kecilku, sepanjang jalan tak hentinya kami mengobrol, tentang sekolah, orang yang di suka bahkan kadang saling mengejek.

Tidak pernah ada beban yang terasa, tidak pernah ada masalah yang benar-benar aku fikirkan, hanya sekolah, tugas, bersosialisasi selalu penuh canda dan tawa, walau terkadang sikapku menjengkelkan. Mereka menerimaku, tapi kadang aku merasa mereka tak suka denganku, namun hal itu, tak pernah benar-benar aku fikirkan, selagi mereka nyaman dan ingin berteman denganku, tak kan pernah aku menjauhi mereka.

Sampai rumah seperti biasa, aku selalu nonton acara televisi kesukaan ku. Bisa dibilang aku ini anak rumahan, karena jarang sekali aku keluar rumah. Tapi tidak hari ini, entah kenapa aku pengen sekali keluar rumah, akhirnya aku memutus kan untuk menemui teman ku, Hani namanya, dia bekerja di salah satu toko di terminal yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku.

"Hay Han, bosen banget nih di rumah." sapaku, sambil menarik kursi untuk duduk.

Dia berdiri, meninggalkan pekerjaannya dan melangkah mendekatiku. "Hay Chi, bantuin gue aja disini deh kalau emang bosen, dari pada cuma ngeliatin!" perintahnya.

"Itu mah kesenengan loe han. Makan gaji buta itu namanya apalagi gue gak kebagian gajinya." candaku.

"Hm.... Gak ikhlas banget sih bantuin temennya." gerutu Hani. Dan memulai kembali pekerjaan yang dia tinggalkan.

Aku berdiri dari kursi dan mendekatinya untuk membantu,"Iya deh, sini gue bantuin."

Kami mengerjakan pekerjaan dengan mengobrol dan bercerita banyak hal. Hingga tak terasa hari semakin sore, aku pun memutuskan untuk pulang.

"Hani, udah jam segini nih. Gue pulang dulu ya, nanti kesorean di cariin nenek lagi." pamitku.

Aku berdiri dikuti hani. Dia mengantar ku hingga keluar toko.

Sambil melambaikan tangan hani berkata,"Hati-hati Chi, nanti mampir ke rumah orang."

"Oke." kataku.

****

Masa-masa itu memang indah. Tak pernah terbersit rasa kesal,sedih, ataupun kecewa.

Tak pernah benar-benar memikirkan masalah sekecil apapun itu.

Namun kini aku sadar, sesungguhnya dunia ini bukanlah duniaku sendiri, dunia yang bisa ku ubah sesukaku.

Tuhan...
Jika aku bisa memutar ulang waktu
Aku ingin kembali ke masa itu
Masa dimana hanya ada kepolosan
Masa dimana hanya ada kehangatan
Dunia ini begitu dingin
Dunia ini begitu kejam

Tuhan...
Hembuskanlah sedikit angin kehangatan
Yang akan membuat ku tetap hangat

Tuhan...
Deru ombak itu terus mamanggil ku untuk berenang
Aku tak sanggup menarik diri untuk tidak berenang
Namun...
Saat aku berenang tubuh ini menjadi berat....
Hanyut... Dan mulai tenggelam

Sajak ini....
Selalu terfikir dalam pikiranku. Mampukah aku melewati semua ini. Saat semua orang disekitarku tak bisa ku percaya lagi.

Keceriaan yang dulu sirna. Harapan, impian, semangat, apa itu semua? Aku telah lupa.

Aku ingat saat itu, saat semua berubah. Waktu itu aku bahagia namun seketika....

"Ochi, kenapa kamu?" suara itu mengbuyarkan lamunanku.

Suara seseorang yang tak asing bagiku. Ya dia Chacha sahabat karip ku

"Gak kenapa-kenapa Cha, sejak kapan loe disini?" tanyaku, dengan wajah kaget.

"Ya ampun, loe mikirin apa sih? Sampai sahabat dateng gak tau. " godanya.

"Gak mikirin apa-apa kok." kataku dengan nada sinis.

"Ya udah, gue kesini mau ngasih undangan pernikahan nya Ocha, sekalian pengen ngajak jalan sih. Tapi.... Sudahlah." katanya.

Aku menerima undangan itu,"Hm, cepet banget ya? Perasaan baru kemaren dia di lamar." candaku mencairkan suasana.

"Iya, perlahan kita semua akan memiliki kehidupan masing-masing dan saling melupakan satu sama lain kan?" tanya chacha dengan nada sedih.

"Iya." jawabku.

"Yaudah, gue pulang dulu ya. Yang lalu jangan diingat lagi, gue selalu ada buat loe kok." katanya dengan senyum indah di bibirnya.

Aku membalas senyuman itu walau terasa hambar. Dia pun pergi dengan wajah sedikit kecewa karna tak berhasil menenangkanku.

Ya, masa itu tak kan pernah membuat ku tenang, masa dimana semuanya hancur berantakan. Aku ingat dulu sewaktu aku pulang dari toko hani, semua itu adalah awal dari kehancuranku.

____________________
Ini cerita pertamaku 😊 voment kalian sangat berharga.. kritik dan sarannya juga tolong karna sangat membantuku untuk memperbaiki ceritaku... Thanks

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jeritan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang