bagian 19

134 5 3
                                    

"Hah? Gapapa apaan" ucap ku

"Ya gapapa, gue anter sekalian lu ke gramed" ucap ka Ali

"Gak usah deh ka, takut ngerepotin lagian udah sore juga kan, nanti lu di cariin emak lu lagi" tolak ku secara halus. Walaupun sebenernya hati ku sudah bersorak sekuat tenaga karena merasa dirinya sudah tersapa walau tak yakin jika dia dia anggap bermakna

"Gue bukan anak SD kali yang pulang telat trus di cariin Emak," ucap ka Ali memasang helm nya "udah ayo buruan naik" sambung ka Ali menarik tanggan kanan ku agar segera naik ke sepeda motor nya

"Lah.. Eh.. Ehh mau ngapain?" kata ku panik

"Kata nya mau ke Gramed. Yaudah naik buruan" umpat ka Ali

"Ya ta...pi kan," ucap ku yang lalu di potong langsung oleh ka Ali "Zahra" ucap ka Ali

"Iya naek nih naek" ucap ku
Lalu ka Ali menyalakan mesin motor dan kami mulai menyusuri jalan dengan penuh keheningan

Kenapa ka Ali tiba-tiba bisa bersikap seolah-olah kami telah berteman lama dan saling mengenal padahal ngobrol aja bisa di hitung pake jari untuk saat ini, tapi gak ada yang tau kedepan nya akan seperti apa

Siapa yang akan bertanggung jawab kalau aku sampai BAPER
Aku takut jika nanti sikap ka Ali masih terus seperti ini pada akhirnya aku lagi lah yang akan merasakan sesek kala malam datang bersama hujan

Lebih baik tak usah memberikan kenangan jika pada akhirnya memberikan kekecewaan

*****

Keadaan Mall saat ini sangat ramai mungkin karena sudah menuju akhir pekan mereka lebih memelih menghabiskan waktu untuk sekedar mencuci mata dan menonton flim nya baru saja tayang mungkin.

Aku sudah berada pada tujuan awal ku ke Mall ini untuk mencari novel incaran ku sejak lama di Gramedia. Untung saja ka Ali berbaik hati untuk mengantar ku jika tidak mungkin aku sudah kehilangan novel yang ku impi-impikan

Jika kalian bertanya apa saja yang kami lakukan berdua saat  dijalan menuju ke sini
Jawaban nya hanya satu, kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing dan suasan pun menjadi canggung

Entah kenapa rasanya tadi aku sangat susah untuk memecah keheningan yang ada, padahal biasa nya aku sangat pandai berinteraksi dengan orang baru yang ku temui, hanya bedanya saat aku pertama kali bersama dia dengan jarak dekat, hati ku sudah penuh dengan nama nya sedari dulu.

*****

Novel yang ku cari sudah di depan mata tetapi aku merasa kesal ketika melihat tumpukan novel itu berasa di paling atas, apakah pegawai di sini tidak berfikir bahwa tidak semua orang memiliki postur tinggi, contohnya adalah aku yang kalau dibandingkan ka Ali hanya sebatas pundak nya. 

Aku berusaha sampai berjijit untuk mengambil novel itu tetapi tetap saja gagal terus
tiba-tiba saja seseorang di belakang ku mengambil nya dengan sangat mudah

"kalo gk bisa ya minta tolong, gengsi amat sih" ucap ka Ali memberikan novel nya pada ku, perasaan tadi ka Ali bilang ke aku kalau dia mau cari lego kenapa sekarang dia ada di depan aku

"Yaudah sih biasa, kalo gk ikhlas ya gk usah bantuin" ucap ku, aduh kenapa aku tiba-tiba jadi sinis gitu sama ka Ali

"kalo gitu gue ikhlas gimana?, sini gue balikin lagi tuh novel ke alam nya" ucap ka Ali menjulurkan tangan nya

"Yah jangan sih ka" ucap ku dengan nada memohon lalu bejalan menuju kasir

"Dasar pendek" umpat ka Ali dari belakang

"Dih biarin dari pada lu overdosis kalsium" balas ku lalu berlari menuju kasir

Setelah membayar novel dan lego kami langsung menuju parkiran, sebenernya tadi ka Ali mengajak untuk makan dulu tapi karena sekarang sudah sangat sore jadi aku menolak nya dengan alasan takut pulang malam

Lagi-lagi hanya suasana hening yang kali tercipta di antara kami
Tak ada yang berusaha untuk memecah keheningan ini, sampai gerimis lah yang kini mulai turun, berhasil membuat salah satu di antara kami bersuara

"Gerimis Zah, Mau neduh gk?" ka Ali mulai bersuara

"Enggak usah deh ka, takut kemaleman" ucap ku

"Gerimis nih neduh gk?" tanya ka Ali lagi

"Enggak" ucap ku

"Yaudah" ucap ka Ali

Setelah beberapa meter kami lalui gemeris yang damai di gantikan dengan hujan yang cukup kecang

"Ujan nya gede nih, neduh aja ya" teriak ka Ali

"Yaudah deh" guman ku pasrah lalu ka Ali menepikan motor nya untuk meneduh

Beberapa lama menepi di depan rukok yang sudah tutup aku mulai gelisah melihat jam yang sudah menunjukan pukul 6, aku takut bunda khawatir dirumah karena aku hanya izin sebentar untuk pergi tidak sampai larut

"Mau langsung aja" tanya ka Ali

"Langsung aja deh ka, takut kemaleman" ucap ku

"Yaudah ayo" ucap ka Ali yang lalu membuka jaket dan meberikan topi nya pada ku

"Buat apaan" kaget ku mengambil jaket dan topi ka Ali

"Ya di pake lah Zahra" ucap ka Ali yang membuat pipi ku menjadi seperti kepiting rebus setiap ka Ali memanggil nama ku lenkap

"HAH? Trus nanti lu gimana?" ucap ku tak percaya

"Ya gue mah gampang, yaudah itu pake apa mau di pakein" gumannka Ali

"Eh enggak-enggak gue bisa sendiri" ucap ku langsung memakai jaket dan topi ka Alii

Akhirnya kami menerobos lebat nya hujan di sore ini, tak pernah terbesit sedikit pun di benak ku akan mereka merasakan hal seperti ini bersama ka Ali bahkan bagi ku hal seperti ini sangat di larang untuk dibayangkan. Karena sama saja seperti mengharapkan hujan di musim kemarau

Tapi tak ada yang tahu rencana indah Tuhan. Yang memberikan kebahagian tanpa kira-kira pada umat nya, rasa bahagia ini tak bisa di gambarkan dengan apa pun. Saking menikmati hujan kini aku sudah sampai di depan rumah ku, tapi ka Ali tau dari mana? Bahkan selama di perjalanan tadi aku gk nunjukin sama sekali arah jalan ke rumah ku, Ajaib emang nih orang.

"Makasih banyak ya ka" ucap ku mengusap wajah ku yang terkena air hujan

"Iya. Udah sana cepetan masuk nanti masuk angin lagi" ucap ka Ali sambil tersenyum

"Sipp" ucap ku memberikan ibu jari

"Jangan lupa mandi air anget biar gk sakit" ucap ka Ali saat aku sudah berjalan beberapa meter dari dia, namun aku tetap mendengar jelas ucapan nya tadi
Yang membuat ku meleleh seketika

Aku sudah berada di dalam rumah tanpa sadar aku menciumi topi ka Ali yang tadi di pinjamjam kan kepada ku

"Kamu kenapa seneng banget main ujan sih dek" ucap ayah memergoki ku. Aku hanya membalas dengan cengiran saja

"Perasaan tadi izin nya sama bunda pergi nya sama Tiara kenapa pulang nya dianter cowok" sindir Bunda

"Yah bunda, dingin nih nanti aja bahas itu nya" ucap ku

"Mengalihkan pembicaraan aja kamu, udah sana mandi" ucap Bunda, aku pun menuruti nya dan bergegas menuju kamar pribadi ku

Kejadian tadi seperti keset rusak yang terus menerus terputar tak henti henti nya di otak ku, sampai aku senyum-senyum sendiri memikirkan nya
Betapa indah hari ini yang ku lalui bersama dia
Takkan ada yang menghianati perjuangan yang tulus dan jujur

Tapi yang masih jadi pernyatanyaan besar ku saat ini apakah ka Ali memang benar sudah jadian dengan ka Vita? Aku tak mau membuat masalah baru atau membuat hati lain terluka saat aku bahagia

Bersambung ....

Vote and komen nya guys
Karena mau bulan Ramadhan aku minta maaf sebesar-besar nya dan tolong di hargain walaupun ini masih receh bgt 

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang