Extra

10.7K 1.6K 135
                                    

Seokjin membuka matanya dengan gerakan malas, kepalanya terasa berdenyut mengerikan dan Seokjin mengerang lemah.

Sial, inilah alasan kenapa Seokjin benci minum.

Dia benci hangover.

Erangan Seokjin terdengar semakin menyakitkan ketika dia mencoba untuk bangun, selimut yang menutupi Seokjin terjatuh dan Seokjin tertegun saat menyadari dia tidak memakai apapun di tubuhnya selain selimut tebalnya.

Pandangan Seokjin berputar ke sekitar tempatnya berada dan dia memang benar berada di kamarnya.

Lantas kenapa dia tidak berpakaian?

Seokjin masih sibuk dengan pikirannya sendiri ketika tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka dan Namjoon melangkah masuk ke dalam dengan rambut berantakan dan yang lebih mengejutkan Seokjin adalah Namjoon bertelanjang dada, dia hanya mengenakan celana katun panjang yang menggantung malas di pinggulnya.

Astaga, apa yang sudah terjadi?

"K-kenapa.."

"Kau sudah bangun? Pasti kau merasa pusing." Namjoon berjalan menghampiri Seokjin dan menyentuh dahinya. "Aku sudah menyiapkan sarapan sederhana dan aspirin. Cuci mukamu dan makanlah."

"K-kenapa kau ada di sini?" tanya Seokjin gugup.

"Aku mengantarmu pulang, dan kau menahanku pergi."

"A-aku menahanmu.. pergi?"

Namjoon mengangguk-angguk, "Kau buas sekali semalam." Namjoon mendekatkan wajahnya pada Seokjin, "Jinseokku yang sedang mabuk memang yang terbaik." Namjoon tersenyum miring kemudian mengedipkan sebelah matanya.

Tolong jangan tanya bagaimana meronanya wajah Seokjin sekarang.

"A-aku.. apa yang sudah kulakukan?"

"Kau tidak tahu? Apa kau lupa kebiasaanmu saat mabuk?"

Astaga, matilah dia.

Kebiasaan Seokjin saat mabuk adalah mendadak menjadi agresif.

Oke, dia rasa itu bisa menjelaskan kenapa dia tidak berpakaian di balik selimutnya.

"K-kita.. me-melakukannya?"

Namjoon diam memperhatikan wajah gugup Seokjin dan setelahnya dia tertawa terbahak-bahak.

Tunggu, kenapa Namjoon tertawa?

"N-Namjoon! Apa yang lucu?!"

Namjoon masih tertawa, dia bergerak untuk menangkup wajah Seokjin. "Duh, imutnya." Pria itu maju dan menggesekkan ujung hidungnya dengan ujung hidung Seokjin.

Dan itu membuat Seokjin merona. Lagi.

Namjoon tersenyum manis pada Seokjin, "Kalau kau mengkhawatirkan soal itu, maka tidak, kita tidak melakukannya. Aku cuma melepaskan pakaianmu karena kau mengeluh panas. Dan semalam, ya, kau buas sekali, kau menahanku agar tidak pergi, kau memelukku erat-erat dan meracau soal aku yang terlihat baik-baik saja setelah kita berpisah dan tentang kau yang menginginkanku kembali dan blablabla.."

Namjoon tersenyum, dia mengusap-usap pipi Seokjin, "Kau sangat jujur."

Wajah Seokjin sudah benar-benar memerah matang, dia hanya sanggup menatap Namjoon dengan ragu-ragu, "A-apa kau.. m-marah?"

"Marah? Tentu saja tidak, sudah sejak lama aku ingin memintamu kembali. Tapi kau selalu menghindariku dan kupikir kau sudah benar-benar membenciku."

"Itu karena kau selalu dekat dengan orang lain." Seokjin merengut lucu.

"Sayang, aku ini memang ramah dengan siapa saja. Tapi aku tetap hanya cinta padamu, bagaimana mungkin setelah nyaris lima tahun bersama kau masih belum sadar juga?"

"A-aku kan.."

"Oh, sudahlah, kita bicarakan ini setelah sarapan, dan tentunya setelah kau memakai sesuatu karena sungguh, pemandangan ini sangat mengganggu hormon pagiku."

Seokjin merona, dia mengangguk malu-malu dan Namjoon memeluknya kuat-kuat.

"Jadi.. kita kembali bersama, kan?" tanya Seokjin malu-malu.

"Kau bercanda? Tentu saja, aku tidak akan melepaskanmu selamanya."

End

.

.

Ditunggu selalu tanggapannya~ :* 

Get You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang