[PENTAGON LEE HWITAEK] CóLERA

448 27 2
                                    

Jinji menelan makan siangnya sambil diam-diam memperhatikan sekelompok mahasiswa yang sedang tertawa-tawa dan sesekali mengejek salah satu dari barisan mahasiswa yang sedang mengantri makanan di dapur cafetaria. Seorang pria berjalan kearah mereka sambil membawa nampan berisi makanan, ia berjalan menunduk dan takut, pria itu kembali menjadi sorotan dikantin.

"Hwitaek kemarilah letakkan disini" ucap seorang laki-lakk bernama Yuto yang tampan, tubuh perfeksionis, selera fashionnya juga tidak main-main begitu juga dengan teman-temannya yang ikut duduk disana membully pria bernama Lee Hwitaek. Ia mengetukkan tiga kali jari telunjuknya di atas meja.

Hwitaek meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja itu, masih dengan wajah sedikit menunduk dan tak ada ekspresi diwajahnya.

Yuto memandang isi nampan itu, kemudian melihat kearah Hwitaek

"Sudah berapa sering kau mengulang kesalahan yang sama.." ucap Yuto kemudian berdiri dari duduknya membuat Hwitaek terlihat sedikit pendek darinya.

Jinji mencoba tidak memperdulikan tontonan gratis yang terjadi hampir setiap hari dikampusnya itu, namun bohong juga bila ia mengatakan itu membosankan. Bullying disini sudah ibarat hiburan wajib bagi para mahasiswa yang tidak ada kerjaan, menggunakan popularitas dan harta mereka untuk menindas orang yang berada jauh dibawah dari ratingan mereka. Dan orang seperti itu dapat dihitung di kampusnya yang elite, anak tergolong miskin yang bisa belajar di universitas itu berkat beasiswa tahunan kalau tidakpun karna otak mereka yang cerdas, dan Lee Hwitaek dapat melanjutkan sekolahnya disini karna lolos diseleksi beasiswa orang miskin, otaknya tidak pintar dan tidak bodoh, sayangnya ia terkena sial karna harus jadi mainan Yuto dan teman-temannya yang merupakan orang-orang yang bisa melakukan apa saja karna popularitas mereka.

Yuto meraih nampan itu dan mencurahkan isinya keatas kepala Hwitaek yang berjinjit pelan karna kuah sayur yang masih panas, lagi-lagi kepalanya harus bau rempah makanan. Hwitaek menggertakan rahangnya menahan amarah, ia mengepalkan telapak tangan tak berdaya nya yang sama sekali tak berguna itu. Orang di cafetaria itu hanya berseru, tertawa, takjub, mengambil foto dan video, lalu kembali mengunggahnya di sns tanpa ada hati nurani mereka sebagai makhluk Tuhan.

Yuto kemudian melemparkan nampan yang terbuat dari besi  almunium itu mengenai wajah Hui sampai nampan itu jatuh kelantai dengan suara krontang nya.

"Jangan lupa dibersihkan Hwitaek-ssi, hari ini jadwal kau membersihkan lingkungan satu kampus, lakukan dengan baik mengerti? Dasar sampah" kata Yuto sambil pergi melewati Hwitaek dengan menolak tubuh pria itu hingga membuatnya terjatuh hingga mengenai meja dan kursi cafetaria.

Jinji menyelesaikan makan siang nya kemudian pergi membawa nampan kosongnya melewati Hwitaek yang masih diam tak bergeming menahan amarahnya.

Esok harinya, Hwitaek berada di perpustakaan untuk menyelesaikan tugas, matanya cepat membaca baris kalimat dibuku kemudian menyalinnya di buku. Hwitaek menghela nafas panjang setelah menyelesaikan tugasnya. Ia menutup buku tulis dan memasukkan kedalam tas lusuhnya. Lalu mengemaskan buku-buku yang ada diatas meja dan mengembalikkannya ke rak buku.

"Hwitaek-ssi bantu sonsaengnim kembalikan buku-buku ini ke rak ya, sudah hampir jam pulang" kata ibu penjaga perpustakkaan itu sambil menyodorkan troli berisi tumpukan buku kepada Hwitaek

"Ne? Ah baiklah.." ucap Hwitaek sambil mengelus tengkuknya, ia melihat jam yang sudah menunjukkan hampir pukul enam sore, ia juga menyadari kalau di perpustakaan sudah sepi dan sepertinya tinggal dirinya saja. Hwitaek mulai meletakkan buku-buku itu sesuai dengan urutan nomornya. Kurang dari 20menit Hwitaek akhirnya selesai menyusun buku. Hwitaek berjalan sambil mendorong troli kosongnya dan bersiap untuk pulang, namun suara buku yang jatuh dari salah satu rak yang ada dibelakang membuat Hwitaek mengurungkan langkah kakinya untuk kearah pintu. Hwitaek mencari asal suara buku itu dan menemukan buku tergeletak dilantai, ia berjalan dan mengambil buku itu kembali meletakkan ketempatnya. Saat ia ingin berbalik pergi, suara pelan yang berasal dari balik rak didekat jendela membuat Hwitaek berhenti dan berjalan pelan kearah tirai jendela yang mengayun pelan tertiup angin.

PENTAGON FANFICT ONESHOOT COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang