Aku tahu, seberapapun aku mencoba melupakan segala kisah kita, terlihat mudah, tetap saja hatiku mengingatkan tentang kita. -Autumn Missing The Winter-10-
Salju mulai turun satu-persatu ke permukaan bumi. Kristal-kristal es itu jatuh di atas kepalaku, memberikan sensasi sejuk yang kurindukan setiap satu tahun sekali. Tidak terasa ini sudah musim dingin ketiga yang kulewati.
Musim dingin, the winter season.
Aku tersenyum, menelan pil pahit kehidupan yang harusnya aku sadari penyakit ingin bertemu ini tidak akan pernah sampai. Aku terlalu berharap untuk menganggap dia kembali, sedangkan dia, berada di ujung dunia sana.
Mungkin aku terlalu berharap hingga tiga tahun itu menjadi kenangan yang menyakitkan bagiku.
Tapi tidak kini, aku memiliki Summer, yang selalu hadir ketika aku membutuhkannya. Tapi... Aku tidak bisa berbohong dengan perasaanku lagi. Kalau aku.. Pintu kafe yang berjarak lima meter dariku pun terbuka, Summer dengan baju hangat yang hampir menutupi seluruh tubuh atasnya terlihat sedangkan tangan kanannya membawa papper bag. Dia tersenyum padaku.
Lelaki itu pun duduk di hadapanku, mengatur posisi nyamannya, sambil bertanya, "Sudah lama, kah?" Aku menggeleng sambil tersenyum, "Hanya lima menit." Ini belum sepahit aku menunggu tiga tahun.
Summer mengeluarkan apa yang ada di dalam papper bag itu, sebuah bingkisan yang dibungkus indah dengan pita merah di atasnya. Cantik sekali.
Aku tersenyum senang, menerima hadiah itu dan mengucapkan terimakasih. "Selamat hari jadi kedua kalinya!" Ucapnya membuatku langsung terdiam.
Aku, tidak pernah mengingat kapan hari jadi kami. Dari awal aku dan Summer memiliki hubungan, selalu saja aku yang tidak pernah mempersiapkan kado ataupun kue untuknya.
Melihat ekspresiku, Summer tersenyum seperti biasanya, "Hadiah terbaikku adalah dirimu." Ucapnya berusaha menggapaiku, lalu memelukku erat.
Aku menitikkan air mata, karena setiap kalinya, aku hanya bisa meminta maaf, maaf dan maaf. Hubungan ini akan menyiksa Summer lebih dalam.
Kami kembali pada posisi awal, di mana aku, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun karena niatku hari ini, semakin sulit kulakukan.
Aku ingin mengakhiri hubungan ini...
___________
Karma bukanlah do'a dari sebuah dendam. Namun itu semua refleksi yang dipantulkan untukmu, agar kau tahu bagaimana menjadi orang yang sudah kau lukai.
Autumn Missing The Winter-11-
Angin berhembus kencang, menerbangkan butiran salju yang mengikuti haluan angin. Tidak ada matahari terlihat, sebagian langit menjadi gelap dengan badai salju yang ekstrim.
Lelaki itu diam, menundukkan kepalanya sedangkan kedua tangannya ia sembunyikan di balik mantel hangat. Nafasnya tidak teratur, asap tebal selalu keluar dari mulut dan hidungnya. Sungguh dingin saat itu.
Ia duduk di bawah pohon yang tertimbun salju. Mencoba berteduh di sana melawan badai namun tetap saja angin bisa menusuk ke badannya. Yang dilakukan adalah... Menunggu.
Menunggu sebuah harapan agar gadis yang ia cintai datang pada tempat yang mereka janjikan.. tiga tahun lalu.
Winter merasa sangat tersiksa. Bukan, bukan karena badai yang menghantam dirinya, tetapi penantian yang tidak tahu kabarnya. Kini ia tahu bagaimana rasanya menjadi Autumn. Sangatlah tidak menyenangkan. Sehari saja dia menunggu di taman itu dari pagi hingga malam, rasanya ingin menjerit kesakitan seakan darah mengalir dari seluruh tubuh.
Lalu, bagaimana yang menunggu itu lebih dari tiga tahun? Winter rasa, tidak ada lagi puing-puing tubuh yang tersisa di sana.
Maaf.. itu yang ia bisa bisikkan pada bayangan di depannya. Maaf untuk dirinya, karena dia sudah menyiksa tubuhnya sejauh ini. Dan maaf untuk gadis yang sudah terluka hatinya.
Harapannya kali ini, bukan mengetahui jawaban apa yang akan gadis itu berikan. Tetapi sebuah balasan atas permohon maaf yang akan ia ucapkan padanya.
Winter menggenggam erat tubuhnya.
Sedangkan di sebrang sana, seorang lelaki berjalan tak tentu arah. Ia hanya mengikuti alur yang ada di depannya. Matanya kosong, tapi senyum tetap ia paksakan ketika tidak sengaja melewati orang-orang yang ia kenal. Tapi dalam hatinya, ia sakit.
Namun ada kelegaan di dalam sana, mendengar isi hati dari seorang gadis yang ia temani kurang lebih dua tahun ini. Gadis yang sering ia lihat sangat istimewa di matanya. Pancaran matanya yang sebagian besar mirip dengan dirinya. Summer cukup bahagia bisa mengenal Autumn.
________
12 -before last
Autumn Missing The Winter
Autumn berjalan melewati berbagai toko. Kakinya melangkah pelan, mengikuti nada gerakan yang ia buat.
Setelah tadi dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan Summer, Autumn merasa lega, karena tidak ada lagi hati yang tersakiti karenanya. Autumn tahu hal itu.
Summer sudah berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Lalu gadis itu memberinya harapan, dan meminta agar Summer tidak terlalu mengharapkan lebih dari seorang gadis yang patah hati seperti dia. Karena kemungkinan besar, ia masih tidak bisa mengikhlaskan hatinya untuk yang lain. Dan Summer menerima itu.
Lalu, apakah Summer memerimanya begitu saja penolakan dari sang pujaannya? Lelaki itu berusaha terlihat tegar dan tersenyum seperti biasa. Dialah yang terbaik selama ini. Terimakasih Summer... Autumn teringat, akan luka yang lama. Apakah dia masih merasakan sakit iti bila datang ke kenangan masa lalunya? Maka gadis itu berjalan ke arah taman.
Jantungnya berdegup kencang, namun tidak tahu kenapa serasa ada beban saat ini. Kemudian dia mempercepat langkahnya, dan di situ gadis itu.. Diam, berdiri mematung tanpa mengubah ekspresi terkejutnya. Matanya melebar bulat melihat objek yang ada di depan mata. Niatnya melewati jalan ini hanya sekedar mengenang masa lalunya yang menyakitkan. Namun berbeda ketika lelaki itu, juga ikut menatapnya terkejut.
Autumn tahu siapa yang ia lihat saat ini. Begitu juga Winter, lelaki itu mencoba berjalan di antara gemetar hebat di bagian lutut kakinya. Ia melihat tangis gadis itu pecah, dan Winter berusaha menggapai untuk memeluk gadis itu.
Dia, menangis dalam diam. Hatinya hancur, namun mereka berbicara kalau mereka kini merasa bahagia.
Winter menggenggam pundak gadis yang tengah menangis tersedu di depannya. Mengangkat dagu gadis itu untuk dapat dilihat olehnya, lalu berkata, "Maaf.." "Maaf.." Dan "Maaf.." "A-aku.. tidak bisa, menepati janjiku." Autumn diselimuti tangisnya sendiri hanya bisa mendengarkan. Bibirnya tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Sosok Winter yang berdiri tegap di depannya membuat ia sesak, bertanya kenapa dia tidak pernah datang meskipun gadis itu menunggunya selama tiga tahun.
Perasaan dulu yang sempat ia coba untuk dipendam, akhirnya kembali tertanam di hatinya. Dia tidak menghiraukan rasa sakit itu lagi. Terbuai akan pahitnya menunggu membuat ia tidak bisa berhenti memikirkan lelaki ini. Karena Autumn tahu,
Dia sangat mencintai Winter.
___________
Di ujung sana, seorang lelaki mengisi kedai yang sempat mencuri perhatiannya. Ditambah, musim dingin kali ini kurang bersahabat untuknya. Dia tidak menyukai salju, karena sifatnya yang hangat dan sangat menyukai musim panas membuat musim ini lebih buruk lagi setelah mendapatkan kabar akhir dari hubungannya. Yah, setidaknya, Summer telah berusaha cukup keras dan lelaki itu juga tidak ingin memaksa perasaan Autumn untuknya.
Tak cukup semenit, seorang perempuan baru saja masuk ke kafe yang sama dengan pakaian tebalnya yang bermotif bunga-bunga menarik perhatian Summer. Gadis itu baru saja datang dan memberikan senyum ramah pada pelayan yang menghampirinya. Ia menggosok kedua telapak tangannya, kemudian mengambil posisi duduk bersebelahan dengan Summer.
Di saat itu, ia sempat melirik ke arah samping, kemudian tersenyum memergoki Summer tengah menatapnya.
____The End____

KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Missing the Winter
Short Storyshort story Sebuah kisah menceritakan tentang perpisahan dan pertemuan. copyright2017