1. We Meet

5.8K 287 37
                                    


"Permisi..." Aku cukup sopan untuk mengatakan kata-kata manis seperti itu didalam bar yang penuh dengan bau alkohol yang menyengat disana disini. Yah~ inilah pekerjaanku, pelayan bar.

Setiap hari atau tepatnya setiap pulang kuliah aku selalu mengunjungi tempat ini, sumber dari penghasilanku beserta keluargaku yang tinggal di Okinawa. Aku tinggal seorang diri dikota Tokyo dengan membiayai segala keperluan kekuargaku. Bisa dibilang mendadak menjadi seorang Kepala Keluarga.

Mau bagaimana lagi, Ibuku telah meninggal sejak Hanabi -adikku lahir dan Ayahku yang saat ini terbaring diranjang rumah sakit. Aku tak perlu cemas akan keadaan Hanabi yang syukurnya sudah menginjak kelas 2 SMP. Ia bisa mengurus Ayah tanpa bantuanku disisinya.

Akan kuceritakan sesuatu yang menarik dan alasan mengapa aku memilih pekerjaan beralkohol semacam ini. Gaji besar, kamar tidur, tak perlu lelah hanya memberikan para pelanggan pesanannya, dan paling penting adalah disini tempat nyaman untuk menghilangkan stress.

Suara deruan yang menggebu beserta suara desahan menjadi pendengaran para pelayan bar disini. Kadang kali aku sempat menengok para lacur yang sedang digagahi tanpa ampun oleh pelanggannya.

Walau begitu aku memahaminya apa yang mereka (para wanita) lakukan adalah jalan mereka masing-masing. Jika kalian bertanya apa cita-cita ku... Maka akan aku jawab, menjadi seorang Pegawai Kantor Pusat. Tapi ada sebuah keinginan tersendiri untukku. Menjadi seorang Pelacur yang dibeli oleh pengusaha sukses.

Orang yang melihatku satu kali pasti beranggapan jika aku adalah seorang gadis polos yang dibiayai oleh orangtuanya untuk tinggal di Tokyo. But that's really wrong, cause yeah... Aku sering melakukan manstrubasi sendirian, bermain solo itulah yang orang lain katakan.

Aku juga sering melihat seorang pemuda tampan dengan paras memukau dan ohh rahang tegas juga tubuh tegap nan kekar. Betapa indahnya dia dipandangan kaum hawa.

Jika kalian bertanya mengapa aku begitu hina karna melakukan permainan solo menjijikan itu jawabannya adalah karna pria tampan berambut pirang, Namikaze Naruto.

Melihat pemuda itu begitu lihai bermain dengan para wanitanya yang berada di bar ini sungguh membuatku iri. Aku juga ingin disentuhnya sedemikian rupa hingga aku lupa caranya berhenti mendesahkan namanya, ugh membayangkan aku terbaring dibawah kukungannya saja membuatku benar-benar ingin menarik lelaki itu keatas kasur sesegera mungkin.

Baiklah hentikan dulu bayangan mesum itu dari kepalaku atau aku akan melakukan hal hina (masturbasi) itu sekarang, tak peduli diperhatikan banyak orang.

"Ekhem Hinata? Hey!" lambaian tangan seseorang tepat didepan mataku membuatku menoleh dan seseorang berdiri didepanku. Lelaki dengan kacamata hitam dan kerah yang menutupi leher hingga dagunya. Pemilik bar, Aburame Shino.

"Y-ya?" Ia tampak berkacak pinggang sambil menarik lenganku kearah meja bar kembali. Ia memperhatikan penampilan ku, entah apa yang dipikirkan lelaki pecinta serangga itu melihat tubuhku yang menggunakan pakaian kurang bahan -sexy.

"Hhh- banyak orang yang sebenarnya ingin membelimu kau tahu, mengingat kau adalah satu-satunya perempuan bar disini yang masih perawan. Bahkan banyak jutawan datang mengincarmu Hinata" tuturnya dan ia meneguk anggur merah diatas meja dalam beberapa teguk.

"Baiklah... Jadi apa yang akan kita bahas sekarang Aburame-kun. Siapa lagi yang tertarik padaku" ucapku terkekeh pelan saat mengatakan kalimat terakhir itu. Pria didepanku menghela nafas dan ia menunjuk seseorang dengan dagu lancipnya.

Sorotku langsung tertuju pada satu objek. Pria itu, Namikaze Naruto 'kah? Benarkan? Atau lelaki yang tengah mabuk disampingnya?

"Namikaze Naruto, pria yang memborong para lacur disini. Banyak yang tertarik dengannya mungkin juga kau melihat sekarang, mulutmu membuka lebar mengajak nyamuk memasuki mulutmu" guraunya tapi ia tak berbohong, mulutku memang terbuka cukup lebar.

My Obsession (Marry You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang