The End • taegi™ •

Today We Fight - Yoongi POV

Aku masuk kedalam mobilnya, hp tetap berada di tanganku, tas pun masih di pundak. Duduk di kursi depan, berusaha untuk merenung sejenak.

Aku disuruhnya menunggu di mobil sendirian, aku iyakan
Aku dibilang ngga boleh ganggu dia, aku iyakan

Tapi, kalau dia bilang aku untuk tetap tinggal, tetap bertahan, apa aku juga bilang iya?

Sebelum pacaran, saat aku terlebih dulu suka dia diam-diam, lebih suka untuk menyendiri, bisa dibilang lebih menjauhinya. Takut-takut kalau muka aku tiba-tiba memerah dan melakukan hal-hal aneh dihadapannya.

Hal seperti itu kembali berputar lagi.

It's like replay again but not for this time. That's make worst.

Hubungan kami seperti mundur. kembali ke awal, tapi dalam hal yang buruk.

Aku ingat, dia sangat hangat 24 jam pada masa-masa kita sedang pdkt.

Tentu rasa suka aku makin bertambah.

Masa-masa annive bulan-bulan pertama, dia memberiku banyak benda yang merupakan favoritku.

Tentu rasa tak mau kehilanganku  semakin tumbuh.

Tapi sekarang, saat sudah setengah jalan kepemimpinannya sebagai Gubernur di salah satu fakultas dari Universitas tempat kami kuliah, hal-hal hangat itu semakin terkikis. Dia semakin dingin.

Bisa didengar dari durasi voice note-nya yang semakin singkat. Gaya bicaranya pun tak lagi hangat.

Bisa dilihat dari raut wajahnya saat berbicara padaku. Matanya tidak berbinar menyenangkan lagi.

Namun, setelah itu, dia selalu bisa menutupinya kembali, seperti yang dilakukannya tadi.

Saat menyuruhku untuk menunggu di mobil -setelah dia membentakku- , tangannya menyetuh pundakku lembut, dan itu seperti sihir.

Hey, ayolah! Aku lebih tua darinya, kenapa aku mau saja menurutinya?!

Karena dia tetap pacarku,

My boyfriend was so cold, but still warm.

Aku menghembuskan nafas panjang.

Takut kehilangan itu masih ada
namun,
Takut untuk sakit juga semakin meruak.

So, what will i do?

"Kalau begini terus, apa aku harus melakukannya...."