"Liburnya cepat sekali, besok harus masuk sekolah lagi. Hufts.." Ucap ku dongkol dalam hati
Tak terasa minggu besok adalah hari kelulusan ku, rasanya baru kemarin aku masuk SMK diantar oleh ayah, tapi sekarang udah mau lulus saja. Setiap hal yang ku torehkan dimasa SMK adalah bukti bahwa aku pernah mengalami hirup pikuk jauh dengan orang tua, bagaimana tidak aku hanya pulang kerumah 1minggu sekali, karena jarak sekolah ku yang jauh membuat ku harus menetap di kost dan jauh dengan orang tua serta adik-adik ku.
Namun aku bersyukur dengan ini aku bisa menjadi mandiri, dan memiliki orang tua kedua yaitu Pak Imron, beliau sangat baik kepada anak-anak yang menetap di kost-an nya. Meski sudah lanjut usia dan lama ditinggal pergi sang istri, beliau tetap berusaha untuk menjadi ayah merangkap ibu bagi anak satu-satunya Nisa.
"Kak.. besok ayah tidak bisa antar kakak kesekolah karena ayah harus antar pesanan bunga untuk pelanggan, tapi ayah sudah pesan kepada ayah Satria untuk sekalian mengantarkan mu." Ucap ayah menghampiriku sepulang dari taman
"Oh begitu ya yah.. baiklah kalau begitu." Jawab ku menatap muka ayah
"Nanti uang jajan selama seminggu ayah titip ibu, sekarang ayah tidak pegang uang." Sambung ayah tersenyum sambil menepuk pundah ku
"Baik yah, kalau memang tidak ada tidak usah yah, kebetulan kakak kan masih ada uang sisa minggu kemarin, itu aja udah cukup kok." Ucap ku sambil tersenyum
"Meskipun uang jajan kemarin kakak masih ada, tetap saja kewajiban ayah kan harus dilaksanakan, itu juga sudah menjadi komitmen Ayah untuk tiap minggu memberi uang jajan kakak." Ucap ayah menasehati ku dengan kelembutan
"Kalau memang itu mau ayah, ya sudah. Tapi jangan dipaksakan ya yah?" jawab ku dengan senyuman
"iya, ya sudah Ayah mandi dulu. Bentar lagi Dzuhur, kita ke mesjid sama-sama. Kamu beritahu adik-adikmu juga ya untuk siap-siap?" ujar ayah dan meninggalkan ku
"Siap Komandan." Jawab ku dengan gurauan dan tangan menghormat
Ayah adalah orang tua yang baik, demi anaknya dia mau berkorban apa saja. Meski keadaan ekomoni sedang terhimpit dia tetap mau memberikan hak-hak untuk anaknya. Terkadang aku ingin sekali membantu ayah untuk berjualan bunga dan hiasan taman, tapi aku malah terus membuat ayah susah. Ucap ku dalam hati
Hanya hari liburlah aku bisa merasakan sholat berjamaah dengan ayah dan adik-adik ku dimesjid. Sampai nanti minggu besok aku lulus dalam benak ku masih berkeinginan untuk bekerja meski dalam hati kecilku ingin rasanya untuk melanjutkan kuliah, ditambah dorongan dari guru-guru dan teman yang menyayangkan prestasiku jika tidak dilanjutkan kependidikan yang lebih tinggi, entah bagaimana nanti ayah mengijinkan nya, yang pasti dalam hati kecilku sebisa mungkin aku tidak mau merepotkan ayah dan ibu lagi.
***
Pukul 03:30 dihari Senin yang dingin dengan hiasan air yang mengembun dikaca jendela rumah. Sayang-nya suasana sejuk perumahan ini akan ku tinggalin satu minggu kedepan karena hari ini waktunya aku harus berangkat kembali ke kost-an, meski sekolah ku masih didaerah Bandung namun cukup jauh untuk pulang pergi rumah-sekolah.
Satria sudah menjemput ku untuk berangkat bareng ke sekolah dengan ayahnya, persiapan sudah selesai waktunya pamit kepada ayah dan ibu, adik-adik ku belum sempat dibangunkan sama ibu, lagian waktu masih jauh untuk sampai ke jam sholat subuh. Aku harus pamit,karena takut terjebak macet jika berangkat agak siangan.
"Semua seragam sudah dimasukan, alat mandi, alat sholat, sudah dimasukan, ets... lupa cemilan dan Mie Instan harus dibawa sebagai amunisi." Ucapku sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Harus Berlabuh
Teen FictionKu tak pernah tahu Allah melabuhkan cinta ini pada siapa, namun yang perlu ku tahu bahwa Allah maha tahu pelabuhan cinta mana yang pantas untuk ku. Karena bukan cinta yang memilih mu, tapi Allah yang memilih mu untuk ku cintai.