Dva

29 3 1
                                    


"Panggilan kepada Olivia Syahira dari kelas XII-IPA 2. Tolong segera datang ke ruang kepala sekolah. Sekali lagi panggilan kepada Olivia Syahira dimohon untuk segera datang ke ruang kepala sekolah. Terima kasih"

Suara radio SJP pun terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Dan dengan terpaksa Oliv pun benar-benar datang ke ruang kepala sekolah. Ketika sampai di ruang kepala sekolah, Oliv langsung dihadapkan dengan para orang penting di SJP.

"Kenapa manggil saya?" tanya Oliv dengan aura dinginnya. Oliv memang begitu kepada siapapun, mau itu kepada teman sebayanya atau kepada gurunya sekalipun, dia akan tetap dingin.

Pak Bambang menghela napas, "Jadi gini, kamu kan sangat pintar dalam mata pelajaran matematika. Jadi bapak sudah memutuskan agar kamu menjadi wakil sekolah ini untuk olimpiade matematika 2 bulan lagi" jelas Pak Bambang.

"Gaada yang lain?" tanya Oliv singkat. Pak Bambang menggelengkan kepalanya, "Tidak ada. Tapi kamu akan ditutori dengan salah satu murid dari kelas XII-IPA 4. Namany-"

Omongan Pak Bambang terpotong ketika Javier tiba-tiba masuk dan menatap semua orang dengan tatapan tajam. Pak Bambang tersenyum, "Nah ini dia orangnya. Javier Erlandio, kamu akan mentutori Olivia belajar. Saya mau kamu ajari dia sampai dia bisa memenangi olimpiade ini, paham?" Javier membalas omongan Pak Bambang dengan anggukan dan langsung melenggang pergi. Lalu disusul dengan Oliv yang langsung keluar dari ruang kepsek itu.

Oliv pun mencari teman-temannya di kantin, namun tidak ada. Lalu dia pergi ke warung Bu Herni, tapi tidak ada juga. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rooftop IPA. Ketika sampai di rooftop IPA dia hanya melihat Gio dkk. Dan ternyata Gio dkk menyadari kehadiran Oliv.

"Eh, lo temennya si gila kan?" celetuk Gio tanpa beranjak dari sofa. Oliv tidak menjawab dan malah duduk di sebelah barat rooftop itu. Melihat sikap aneh Oliv, Xavier pun menghampiri gadis itu.

Xavier mendaratkan bokongnya di samping Oliv dan bertanya, "Lo kenapa, Liv?" tanya Xavier, "Apa soal dia lagi?" lanjutnya.

Mendengar kata dia, Oliv pun peka dan menengok ke Xavier. Lalu dia tersenyum tipis, sangat tipis, bahkan tidak terlihat. "Siapa lagi yang bisa bikin gue kaya gini?" ujar Oliv lembut. Nada bicara yang jarang sekali orang lain dengar. Hanya teman-teman SMPnya yang pernah merasakan kehangatan dari diri Oliv, termasuk Xavier. Bahkan sampai sekarang, ketika Oliv berbicara dengan Xavier dia akan berubah 180 derajat. Hanya kepada Xavier saja.

Xavier tersenyum melihat sahabatnya ini tidak pernah berubah kepadanya. "Liv, lo udah SMA kelas 3. Lo tau apa yang baik buat lo dan yang nggak. Lo tau apa yang salah dan apa yang benar. Jadi gue simpulin kalo lo tau bahwa dia gak bisa lo milikin. Dan yang harus lo lakuin sekarang adalah lupain dia,"

"I know, Xav. But you know it's not as simple as it said. I've tried but i failed" Oliv memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa sakit yang ada di dirinya sekarang.

Xavier merangkul Oliv,"Lo udah berusaha buat lupain dia. Oke. Tapi lo belom coba buat buka hati lo lagi. Hati lo masih tertutup, Liv. Dan ketika hati lo masih tertutup, gimana caranya dia bisa keluar?" ujar Xavier.

"Buka hati? Susah, Xav. Kalo gue bisa buka hati dengan mudah, mungkin sekarang gue udah jadian sama Dilan kali" Oliv memutar bola matanya.

"Bego. Jangan sama Dilanlah. Lo gak cocok sama yang takilan gitu. Sebenernya lo bukannya gabisa buka hati, tapi belom ada orang yang pas buat nerima hati lo itu. Suatu saat nanti lo bakal ngerasain perasaan yang sama ke seseorang. Dan perasaan itu adalah perasaan yang lo rasain pas lo lagi sama dia" jelas Xavier.

Oliv menyernyit, "Lo ngomong apaansi?" kekeh Oliv. "Ah bego. Maksud gue ya gitu lah. Pokoknya nanti lo bakal ngerasa nyaman dideket seseorang dan orang itu bukan si dia" ujar Xavier.

Oliv mengangguk, "Oh iya, lo kok gabilang kalo lo punya kembaran?" selidik Oliv.

"Oh? Lo udah tau ya? Haha. Maaf yaa, dulu tuh gue sama dia udah kaya negara Korea Selatan sama Korea Utara. Gapernah baikan. Jadi ya males gue nyeritain tentang dia" ujar Xavier.

"Ohh.. Tadi gue nabrak dia. Terus pas dia mau nolongin gue, tangannya gue tepis. Gue kirain itu lo, makanya gue tolak bantuannya. Gue mikirnya, Xavier kesambet apaan sok baik banget. Gitu." Oliv menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga.

"Sialan lo" umpat Xavier. "Oiya, lo ngapain kesini? Nyari siapa?" tanya Xavier. Pertanyaan Xavier membuat Oliv teringat kepada teman-temannya, "Oiya. Eca dkk. Liat ga?" tanyanya dengan nada dinginnya lagi.

"Rooftop IPS" ujar Xavier lalu berdiri lalu menepuk kepala Oliv. "Gue ketemen gue dulu. Inget kata-kata gue yang tadi" ujarnya lalu pergi menghampiri teman-temannya.

Oliv pun akhirnya menyusul teman-temannya yang berada di rooftop gedung IPS. Dan ternyata benar, teman-temannya berada disana. Ia menghampiri teman-temannya dan tanpa izin ia langsung duduk di samping Nata.

"Kenapa lo, Liv?" tanya Elsa sambil menyenggol lengan Stella agar gadis itu tidak fokus kepada hpnya. "Eiya lo kenapa?" tanya Stella yang baru saja memasukan hpnya ke kantong roknya.

"Gapapa" ujar Oliv dengan wajah yang super duper datar. Satu kata yang dilontarkan Oliv membuat teman-temannya memutar bola mata mereka.

"Gue disuruh ikut olimpiade mtk sama pak doraemon" ujar Oliv seraya menyenderkan kepalanya di bahu Nata. "Lah? Lo ikut? Tumbenan mau, Liv" cibir Elsa.

Oliv menggidikan bahunya, "Gue ditutorin sama Javier" jelasnya. Nata menyernyit, "Javier?" Oliv mengangguk, "Kembarannya Xavier" ujarnya sambil memainkan hpnya.

"Xavier punya kembaran?" tanya Cindy bingung. "Gue baru tau" Oliv berujar seraya berdiri, "Gue cabut" ujarnya lalu melangkah keluar pintu rooftop, meninggalkan teman-temannya yang kebingungan.

"Gue suka bingung sama Oliv. Dia kadang baik, kadang jutek. Yaa, walaupun lebih dominan juteknya ya. Dari 100% yaa baiknya 2% lahh" celetuk Ales.

"Ganyangka aja gue, Galih berefek besar buat dia. Coba lo bayangin, Oliv kita yang dulunya lumayan ceria. Sekarang jadi dingin bat dingin anju. Udah kaya kulkasnya Bu Herni aja" ujar Stella sambil tertawa kecil.

"KITA HARUS BALIKIN OLIV KAYA DULU!!!" Cindy berteriak sambil mengelilingi rooftop. Jangan lupakan bahwa dia juga loncat-loncat dan tertawa.

"Dasar, idiot"

T B C

BLS (2)-JALIVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang