Masa SMA dimulai (1)

2.4K 72 9
                                    

Saya lulus dengan nilai yang sangat mengecewakan dan akhirnya saya sekolah di SMAN 11 Depok. Benar-benar kecewa! Bayangkan saja, biasanya saya juara kelas dan nilai-nilai saya pun sangatlah bagus. Saya juga mengenal banyak orang dan dekat dengan sahabat-sahabat yang begitu pengertian dan menghibur. Hampir setahun saya di sini dan rasanya kekecewaan kemarin sudah terhapuskan.

Hari pertama saya MPLS dan menginjak kelas 10. Saya duduk di samping ya panggil saja tema saya, July. Awalnya saya memberanikan diri untuk menanyakan apakah bangku di sebelahnya masih kosong atau tidak. Dia membalas "Iya". Tanpa disadari, saya mulai terbuka dengannya. Pulang sekolah kita naik angkutan umum bersama dan sempat mampir di hari pra MPLS ke sebuah toko ya jelasnya untuk mempersiapkan MPLS besok hari.

Esok harinya, kami ke rumah teman dan membuat atribut-atribut yang disuruh untuk membuatnya. Saya mulai tertarik dengan laki-laki tinggi, beralis dan berbibir tebal, hidung mancung, kulit tidak terlalu hitam dan tidak terlalu putih, menggunakan tas oranye-hitam, dan berjalan di samping saya. Ya tepat di samping saya. Kami janjian untuk berangkat bersama, dikarenakan saya yang tidak tahu di mana rumah teman saya berada dan kalau dipikir-pikir itu adalah 'modal dusta' pertama saya. Sampai di rumah teman, saya diledeki beberapa teman yang lain. Dan selesai membuat atribut, banyak modus-modus yang saya lakukan. Seperti ingin baris di dekatnya, ngobrol langsung dengannya, menyanyi bareng, dan modus lainnya yang rasanya tidak pernah kalian bayangkan. Lalu dari situ, saya semakin dekat dengan July dan Akmal, orang yang saya taksir. Saya dengan Akmal makin hari makin keliatan romantisnya, disukain orang-orang karena katanya kita pasangan yang sama-sama cakep. Sekian lama berjalan, dengan saya yang sudah sekali dapat kado Al-Qur'an dari dia, iya bukan bunga. Dan saya belum sama sekali mengasih sesuatu ke dia, hingga sekarang saya sedang terbaring santai sambil mengetik cerita novel ini.

Sebelumnya ada kakak kelas yang menyukai saya. Sebutlah namanya Edgar. Dia kakak komdis saat MPLS. Katanya dia sudah suka sama saya dari pertama kali dia melihat saya. Saat itu, di kelas, harusnya para peserta MPLS membawa bekal 4 sehat 5 sempurna. Tapi saya tidak membawanya karena saya sama sekali tidak ahli membuat bekal pada saat itu. Lalu kak Edgar mendatangi meja saya, dan menegur seperti "Bekalnya mana? Tidak ada? Minta makan sama yang lain sana". Saya mengiyakan dan mencari teman yang butuh bantuan menghabiskan bekalnya. Assyaffaa memanggilku. Teman saya yang cantik, berkaca mata, mancung dan cadel itu menyuruh saya untuk membantunya. Selesai kejadian itu, saya lebih sering melihat dia. Seperti saat classmeeting, dia adalah anak futsal yang sangatlah jago. Menggocek bola ke sana ke mari dan menggiringnya bolak-balik. Tanpa sadar aku melontarkan kalimat yang bahkan dia dapat mendengarnya. "Kak Edgar jago banget sih". BOOM saya sangat yakin dia mendengarnya. Ketika saya mengucapkan kalimat itu, dia benar-benar ada di depan saya. Dekat sekali. Sedang menggiring bola yang sudah seperti peliharaan jinak baginya.

Setelah classmeet berakhir, ada pembagian rapot. Pagi-pagi saya cek handphone saya dan terdapat line dari kak Edgar? Saya buka dan baca. Di sana tertulis "addback ya La". Hahaha lucu sekali. Berhubung saya sudah add line dia duluan, saya balas saja "Sudah diadd duluan ya kak". Sepertinya dia malu. Dia memang pernah bilang kalau saat itu dia merasa dipojokkan dan amat malu. Akhirnya dia mengarahkan pembicaraan ke pengambilan rapot, dan percakapan itu terus berlangsung hingga mungkin malam? Saya tidak begitu ingat. Setelah percakapan kami selesai, saya merasa dia orang yang asik sekali untuk diajak bicara. Tidak kaku juga.

Dan akhirnya tiba di tepat sehari sebelum hari ulang tahun saya. Teman-teman saya berusaha untuk mendapatkan foto saya dengan kak Edgar, entah maksudnya apa. Sampai-sampai teman saya rela membayar teman saya yang lain hanya untuk mendapatkan beberapa foto kami berdua. Setelah dia futsal di lapangan depan kelas, akhirnya kami dapat berdiri di depan kamera handphone teman saya. Saya sangat ingat, ketika itu kami ditontoni 2 angkatan. Karena lokasi fotonya di depan kelas saya, di depan jendela kelas, siapa murid yang tidak bisa melihat? Dia sengaja ingin foto di situ, mungkin supaya digodain sama teman-teman mereka. Saya pun juga sempat-sempatnya dirangkul kakak kelas saya yang ganteng tapi bandel itu. Alamak! Beruntung sekali saya hari itu. Lalu setelah foto, saya pulang dan menyampaikan terima kasih sudah mau berfoto ya seperti itu lebih kurang.

Time flies so fastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang