Dangerous Love

51.9K 327 4
                                    

Langit berwarna hitam dengan air hujan yang menetes tanpa mengetahui belas kasihan, jalanan-jalanan yang berbau sampah kini hanya tercium samar. Bangunan bata merah di kanan kiri memberikan cahaya kuning yang berasal dari jendela berbingkai persegi. Lampu-lampu jalanan bertiang tinggi memberikan pencahayaan yang pudar akibat hujan. Jessica Blackwill berlari dengan kedua tangannya menutupi kepalanya yang tidak tertutupi, rambut coklat kemerahannya menempel di kening, pelipis serta tengkuknya. Ia menginjak sebuah kubangan besar yang berada di bawah lampu jalanan dan lampu tersebut berkerlip sejenak sebelum padam dan saat Jessica sudah melewatinya, lampu tersebut kembali menyala.

Jessica mengabaikan fenomena aneh tersebut dan terus berlari menuju jalan buntu yang berada beberapa meter dihadapannya. Akhirnya ia tiba disana, di pagar bata merah yang tingginya tiga hingga empat meter membuat dirinya yang terbilang pendek semakin kecil—atau memang Jessica sendiri yang merasa dirinya pendek. Jessica memandang kanan dan kiri dengan liar, ia mencari-cari apa pun yang berada di jalan buntu ini selain dirinya, beberapa sampah yang menumpuk menebarkan bau menyengat yang tersamar hujan serta tikus-tikus yang berlindung di gorong-gorong yang berada di bawah kakinya. Bulu di tengkuk Jessica berdiri dan ia memandang ke sudut kanan yang gelap tanpa adanya cahaya yang menyinari. Perlahan, bayangan berbentuk sesosok manusia mulai terlihat kemudian bayangan itu melangkah membuat manusia itu terlihat jelas, seorang pemuda.

Pemuda itu memiliki rambut berwarna hitam malam yang pendek dengan belahan pinggir, secuil rambutnya yang lurus menutupi keningnya, wajahnya berbentuk panjang dengan tulang pipi yang terlihat dan dagu persegi yang ditutupi bekas cukuran hingga menutupi rahangnya, hidungnya mancung, alisnya sehitam rambutnya dan tebal, serta bibirnya tipis dan terlihat pucat. Pemuda itu mengenakan kemeja putih bergaris biru yang ditutupi jas berwarna hitam, dua kancing kemejanya tidak dipasang dan jasnya dibiarkan terbuka, ia mengenakan celana hitam panjang serta sepatu hitam yang terlihat mahal, kulitnya berwarna putih seperti porselen dan matanya tertutupi kacamata hitam.

“Sudah aku duga kamu akan mencariku lagi, Jessica Balckwill.” Jessica mendengus, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam mantel panjangnya yang tebal dan terasa berat karena menyerap hujan, air kini menetes membasahi wajahnya bagai air mata. “Kamu terpilih, Jessica, untuk menjadi sang pembawa kebahagiaan dan tentu saja kami akan mengabulkan keinginanmu.” Jessica memejamkan matanya, kedua tangannya yang berada di dalam saku mengepal hingga ia bisa merasakan jari-jarinya menusuk telapak tangannya. “Kamu benar-benar bisa mengabulkannya?” Pemuda itu tertawa dengan suara keras yang mampu menggetarkan tanah. “Kamu meragukanku?” Jessica menggeleng, kepalanya menunduk memilih memandangi sepasang sepatu hitam mengkilap yang dikenakan pemuda di hadapannya. Berbeda dengan Jessica yang tampak berantakan dan basah kuyup, pemuda di hadapannya terlihat sangat kering dan bergaya tanpa ada satu tetespun air hujan jatuh ke atas sepatunya. “Kami akan menjagamu dan kamu hanya perlu menjalankan tugasmu hingga waktunya habis.”

“Tugas ini,berapa lama?”

Pemuda itu memandangi Jessica yang menghindari pandangan matanya. “Selama yang dibutuhkan untuk menghilangkan fenomena yang ingin kamu hilangkan.” Jessica meneguk ludah, itu bisa berarti selamanya. Jessica memainkan cincin yang melingkari jari manis tangan kirinya, kedua matanya terpejam mengingat kenangan yang baru saja terjadi, mobil yang melaju, seorang pemuda yang terlempar lalu genangan darah dimana-mana. Jessica kemudian memandang pemuda dihadapannya. “Aku akan melakukan apa pun untuk menghilangkan pembawa sial ini.”

Pemuda itu menyeringai memperlihatkan barisan gigi putihnya yang rata dan rapi. “Kemarikan tangan kananmu, Jessica.” Jessica menarik keluar tangan kanannya dari saku mantel dan menaruhnya di atas tangan pemuda tersebut. Pemuda itu, dengan jari telunjuk tangan kanannya mengukir sebuah simbol yang seperti angka delapan miring di bawah telapak tangan  Jessica. Jessica mengernyit saat merasakan rasa sakit dan panas dalam waktu yang bersamaan. Akhirnya pemuda itu melepas tangan Jessica dan membiarkan gadis itu memandangi ukiran simbol yang berada di lengannya. “Selamat datang, Jessica Blackwill. Kamu adalah salah satu pembawa kebahagiaan yang akan dikirimkan untuk membawa kebahagiaan pada manusiayang terpilih. Perkenalkan namaku adalah Gabriel dan aku adalah pengawas sekaligus tuanmu.”

Dangerous LoveWhere stories live. Discover now