Part 5

13.9K 140 27
                                    

Jacob Walker yang tidak pernah mempercayai dunia supernatural masih terasa terguncang akibat kejadian semalam saat Jessica menunjukkannya dansa pada zaman Victoria. Jacob memandangi tangan kanannya yang menembus kaca lalu membaliknya, tangan ini adalah tangan yang pernah menembus kaca menuju zaman Victoria. Raina, gadis yang duduk disisi Jacob mengamatinya. “Ada apa, Jacob?” Raina dengan berani menaruh tangannya di telapak tangan Jacob yang terbuka. Peter yang duduk dihadapannya bersama Annabel—manajer Raina—mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi sedangkan Annabel hanya membenarkan kacamatanya dan mengambil majalah serta membuka halamannya secara acak. Raina meremas tangan Jacob dan tertawa renyah. “Ada apa? Kamu gugup?” Jacob tersenyum lalu menggeleng. “Tidak. Hanya sedang memikirkan sesuatu.”

“Kalau begitu kamu harus fokus karena sebentar lagi kita sampai,” kata Raina menunjuk pemandangan diluar dengan dagunya yang lancip. Jacob mengikuti arah tunjukan Raina dan mengangguk setuju karena ia dapat melihat lapangan dengan poster dirinya, Raina dan para aktor lainnya di atas sebuah panggung berwarna merah marun, dan di depan panggung tersebut terdapat banyak orang yang membawa poster atau mengenakan pakaian seperti yang dikenakan para aktor.Sebuah karpet merah serta pagar pembatas menjalar dari trotoar jalan hingga ke panggung.Mobil yang dinaiki Jacob dan Rainapun berhenti. Peter membuka pintu mobil dan mengacungkan jempol sedangkan Annabel merapikan rambut Raina yang digerai menyentuh bahu dan memiliki ikal. “Sukses kalian berdua!” ucap Peter dan Annabel bersamaan lalu keduanya berpandangan.

Jacob turun terlebih dahulu kemudian ia mengulurkan tangan untuk membantu Raina turun yang sontak mendapat teriakan serta jeritan dari orang-orang yang menanti kedatangannya dan Raina. Setelah mobil yang dinaikinya dan Raina pergi, mobil lain datang dan berhenti menurunkan Samuel serta Zoe. Berempat mereka menghampiri bangku yang tersedia dan duduk disana. Mereka membiarkan pembawa acara—seorang pemuda yang memiliki kumis melengkung diujungnya—memberi salam dan memperkenalkan mereka satu persatu. Jacob mengangkat sebelah tangannya dan tersenyum dengan memperlihatkan giginya yang langsung mendapat teriakan dari para gadis yang berada di barisan depan. Ia senang melihat betapa antusiasnya mereka melihat dirinya, itu membuat kerja kerasnya serta usahanya dalam film Wild Army terasa tidak sia-sia

Jessica tersenyum kecil, ia menarik tangannya dari kaca membiarkan riak-riak kembali muncul dan pemandangan kini berganti menjadi kota yang sudah dipandanginya selama berhari-hari. Ia merasa puas dengan dirinya sendiri karena tidak membuat Jacob berlari menjauhinya setelah ia menunjukkan kemampuannya—beberapa orang yang ia bahagiakan sebelum Jacob akan berlari jika ia menunjukkan kemampuannya. Jacob memang masih canggung padanya, pemuda itu tidak berani memandang wajahnya namun setidaknya ia sedang mempertimbangkan dirinya yang artinya dalam waktu dekat pemuda itu akan kembali terbiasa padanya. Jessica hendak melihat Jacob kembali namun sebelum ia menyentuhkan tangannya ke kaca untuk memandangi Jacob, riak sudah muncul dengan sendirinya. Angin dingin menusuk Jessica membuat bulu di tengkuk serta lengannya berdiri. Ia sangat mengenali angin dingin ini, ia sudah sangat familier dengannya. Jessica mengangkat tangan kanannya dan mengelus simbol delapan miring yang muncul sambil terus memandangi kaca. Kemudian Gabriel muncul dengan kacamata hitamnya.

Gabriel masih seperti dulu seperti Jessica, tidak ada yang berubah dari diri Gabirel. Ia tinggi dan memancarkan aura yang membuat takut sekaligus kagum, ingin mendekat sekaligus menjauh. Jessica memandang Gabirel yang tersenyum. “Kamar yang bagus,dibandingkan kamar tahun lalu,” ucap Gabriel membersihkan debu yang tidak ada dari pundaknya yang terbalut jas. “Aku juga berpikir begitu.” Jessica membalikkan badannya dan memandangi interior kamar yang terkesan minimalis dengan aroma Jacob dimana-mana. Gabriel menaruh sebelah tangannya pada pundak Jessica membuat gadis itu terkesiap dan menenangkan jantungnya yang kembali berdetak, ia bisa merasakan darah yang berada dalam pembuluh darahnya kembali mengalir menghangatkan tubuhnya terutama pipinya. Gabriel menelusuri lengan hingga jari-jari Jessica yang hangat lalu naik kembali hingga menyentuh tulang selangka dan menuju rahangnya. Tangan Gabriel terentang, ia berbisik, “Aku lebih menyukai sosokmu sebagai manusia, penuh dengan api kehidupan.” Jessica merasakan napasnya tercekat namun ia tidak bergerak menjauh, ia membiarkan Gabriel mengelus pipinya sejenak sebelum memalingkan wajahnya hingga ia memandang kacamata hitam Gabriel yang memantulkan sepasang mata coklatnya, mata manusianya. Gabriel mengangkat sudut bibirnya dengan puas saat memandang ekspresi yang tergambar dalam wajah Jessica, ekspresi terkejut, sekaligus rindu yang tidak berdasar. Gabriel menyentuh bibir Jessica dengan jarinya. “Waktunya kamu makan, Jessie,” ucap Gabriel sambil menunduk dan mencium Jessica yang telah memejamkan kedua matanya. Gabriel menarik bibir bawah Jessica dengan jarinya membuat bibir Jessica terbuka. Jessica memutar badannya dan mengangkat kedua tangannya ke bahu Gabriel membiarkan pemuda itu menopang tubuh Jessica.

Dangerous LoveWhere stories live. Discover now