Arwind berjalan menyusuri jalan setapak yang dia sendiri tidak tahu mengarah ke mana, semua perbekalan dalam tasnya tertinggal, hanya pisau army di kakinya yang tersisa.
Sudah cukup lama Arwind berjalan, perutnya mulai merasakan lapar. Dia melihat dua orang pria jauh di depannya, berjalan berlawanan arah dengannya.
Semakin dekat dan jelas, salah seorang dari mereka gundul dengan tubuh kekar dan seorang lagi memiliki kumis tebal.
"Hei, anak muda. Kau baru ya disini?"
Tak disangka pria gundul itu menyapa Arwind terlebih dahulu."Ya pak. Apakah ada yang tahu di mana aku bisa menemukan pria yang bernama Edward?"
Mereka tertawa, hal ini membuat Arwind bingung.
"Anak muda, serahkan semua barang berhargamu!" tiba-tiba si Gundul mengeluarkan belati dari balik pinggangnya.
"Sial, apa aku harus menghadapi yang seperti ini lagi," pikir Arwind.
"Maaf, pak. Saya sudah tidak memiliki apa-apa. Lihat, tak ada apapun yang saya bawa."
Kedua orang itu saling menatap dan memperhatikan Arwind dari ujung kepala sampai kaki.
"Kalau begitu serahkan semua yang kau pakai di badanmu saat ini!" perintah si kumis tebal.
"Sungguh sial, jangan-jangan mereka pasangan lelaki yang mau melecehkanku." kejadian aneh yang berturut-turut dan perut kelaparan membuat pikiran Arwind jadi tak karuan.
Arwind memasang kuda-kuda, dan mengeluarkan pisau Army dari kaki nya.
"Pisau sekecil itu apa gunanya!" sambil tertawa kedua pria itu menyerang, si Gundul maju terlebih dahulu menebas kearah leher Arwind. Arwind tak kalah cepat menghindar dan mengeluarkan tendangan tepat menusuk ke perut si Gundul hingga terdorong kebelakang.
Melihat temannya tak mampu menyentuh Arwind, si Kumis pun ikut menyerang mengeluarkan tendangan berputar dan pukulan yang tepat dan cepat, Arwind mulai kewalahan, ditambah si Gundul ikut menyerang dengan belatinya. Beberapa kali Arwind harus kena tendang si Kumis karena menghindari belati si Gundul. Arwind beberapa kali berhasil menancapkan pisaunya ke kaki si Kumis, namun tetap tak banyak berpengaruh terhadap serangan mereka berdua.Sebuah tusukan telak mengenai pundak Arwind hingga dia menjerit kesakitan. Si Kumis mencengkeram dan mendorongnya ke pohon. Kini Arwind tak bisa berkutik lagi, belati si Gundul masih menancap di pundaknya.
"Rasakan kau bocah tengik! inilah jadinya jika kau melawan!" dan ditekannya pisau itu lebih dalam, Arwind menjerit sejadi-jadinya. Kedua orang itu tertawa menikmati moment penyiksaan Arwind.
Tak kuat lagi menahan sakit, perlahan kesadaran Arwind menurun, dan saat itu juga dia merasakan cahaya yang terang, dan yang dia dengar hanyalah teriakan kedua penjahat itu.
"Aaah, sial dia dari golongan penyihir ... AAARRGHH!" kata-kata terakhir yang Arwind dengar dari si Kumis dan teriakan keduanya menghilang secepat hilangnya kesadaran Arwind.
***
Claire dan kelompok Anthony menyambut matahari pagi saat keluar gua, sungguh Claire tak menyangka dengan apa yang ia lihat, sejauh mata memandang, hamparan hutan dan bukit-bukit dengan air terjun menjadi pemandangan yang indah. Cerahnya langit masih menampakkan dua bulan yang telat tenggelam, "Dua bulan?" pikirnya.
"Kita harus cepat ke kuil bulan untuk menyerahkan gadis ini." ujar Anthony.
Mereka menuruni bukit berbatu, sebuah jalan setapak di pinggir tebing tanpa pagar pembatas atau pengaman apapun. Claire menatap ke bawah, "Jika salah langkah dan terjatuh, pastilah ajal siap menjemput," pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artemisia Saga : Arwind
FantasyMereka dipilih, hidup mereka dipertaruhkan ... Shrine dunia yang terpisah dimensi dengan bumi, akankah Arwind dapat kembali, setelah meninggalkan bumi ke dunia dan dimensi berbeda untuk sebuah misteri yang harus dipecahkan? Apakah kekuatan batu Shri...