Alfan dan Rania menghabiakan waktu bersama di pantai itu. Mereka berbicara banyak tentang suka duka yang mereka rasakan. 'Tak terasa hari mulai larut. Tepatnya jam tangan Alfan menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah cukup untuk hari ini.
"Ran, udah malem. Pulang yuk!" ajak Alfan. Ia bangkit dari duduknya dan mendapat anggukkan dari Rania.
Rania bangkit, betapa terkejutnya ia mendapati sebuah buket bunga yang berada tepat di depan wajahnya.
Perlahan ia meraih buket bunga itu dan dengan mulus sampai di tangannya. Alfan hanya tersenyum tipis, begitu pun dengan Rania. Hal kecil seperti ini selalu dapat menjadi penghibur hatinya, walau Alfan tidak berkata-kata. Ia tahu bahwa Alfan menyalurkan kata-kata hatinya melalui apa yang ia berikan, seperti bunga ini.
"Terimakasih." gumam Rania dengan senyumannya.
Alfan menyatukan tangannya dengan tangan Rania. Ia melangkah menghampiri motornya, berniat untuk pulang.
Dari belakang, Alfan tahu bahwa kekasihnya ini hatinya sedang berbunga-bunga seperti bunga cantik yang tadi ia berikan. Rania menempelkan kepalanya di punggung Alfan.
Udara malam ini sangat dingin. Lebih dingin karena Rania tidak memakai jaket. Ia hanya memakai celana jeans dan kaos berwarna pink pastel dengan rambut yang diikat seperti ekor kuda.
Tangan Rania kini merangkul tubuh Alfan. Sunghuh ia sangat kedinginan saat ini. Udara ini bukan hanya masuk ke dalam pori-pori kulitnya saja tapi malah seperti yang masuk ke dalam tulangnya juga.
Alfan tersadar rangkulan Rania sangat erat di perutnya. Alfan bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa 'tak biasnya Rania seperti ini? Alhasil Alfan menghentikan laju motornya.
"Ran, kamu kenapa?" Alfan menyentuh tangan Rania yang melingkar di perutnya. Tangan Rania sangat dingin. Hampir-hampir seperti dinginnya orang mati.
Rania yang sadar tangannya di gosok-gosok terkejut bukan main. "Apa yang kau lakukan, Alfan?" tanya Rania yang kemudian menarik tangnnya.
"Kau kedinginan?" Raut wajah Alfan kini terlihat sangat khawatir bukan main.
"Udara malam ini seperti menembus tulangku," gumam Rania. Suaranya agak serak, tanganya juga memeluk tubuhnya sendiri sekarang. Rania benar-benar tidak tahan dengan udara seperti ini.
Alfan yang mendengar itu terkejut bukan main. Buru-buru ia membuka jaketnya. "Kamu pakai ini, jaket ini agak tebal dan setidaknya bisa menghangatkan tubuhmu."
Setelah memasangkan jaket pada tubuh Rania, 'tak diduga-duga Alfan memeluk kekasihnya itu sayang. Rania hanya diam, ia sangat nyaman dalam dekapan Alfan yang terasa hangat.
"Ayo kita terusin jalannya. Takutnya keburu malem." Rania hanya mengangguk lugu.
***
Pagar besar itu dibuka oleh seorang penjaga rumah. Rumah besar nan mewah itu pun terlihat. Dengan hati mantap dan tanpa keraguan, Alfan mengantarkan Rania sampai ke depan teras rumahnya.
"Masuk dulu yuk," ajak Rania.
Pintu besar rumah itu terbuka dan mengeluarkan seorang peria yang sudah paruhbaya. Ubannya pun hampir menyelimuti seluruh kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
Fanfiction#2nd Story Setinggi-tingginya gunung, akan ku daki. Luas nan dalam lautan, akan ku selami. Gurun Pasir dan badainya pun akan ku lalui. Semua itu demi dirimu. Kau yang nan jauh di sana. Wanita yang sangat bisa menggetarkan jantung dan hati...