Taehyung menyerahkan kotak kado berwarna merah muda kepada Jisoo. Gadis itu menerima uluran tersebut dengan kening berkerut.
"Apaan nih?" Tanyanya Jisoo.
"Liat aja sendiri." Jawab Taehyung ringan. Tangan gadis itu bergerak membuka kotak itu seperti intruksi Taehyung.
"Wah." Ucap gadis itu takjub begitu melihat isi kotak. Sebuah kotak musik berwarna hitam dan gold. Jisoo membuka kotak musik itu, membuat sebuah musik mengalun dan sepasang patung kecil didalamnya menari.
"Thanks, Tae." Ucap Jisoo. Taehyung tersenyum hangat.
"Lo... gak mau meluk gue gitu?"
"Modus mulu. Udah ah, gue masuk dulu." Jisoo hendak masuk rumah, namun Taehyung menahannya. Cowok itu membalikkan tubuh Jisoo lalu menariknya ke dalam pelukannya. Jisoo yang terkejut hanya bisa membulatkan matanya, tidak percaya jika cowok yang kini memeluknya bisa senekad itu.
"Tae..." Desis Jisoo.
"Biarin seperti ini dulu... gue ingin ngasih lo kehangatan dan kenyamanan yang beda, kenyamanan yang akan membuat lo berpaling ke gue dan membuka hati lo buat gue." Ujar Taehyung yang membuat Jisoo bungkam dan membiarkan Taehyung memeluknya semakin erat.
"Masa Jungkook boleh meluk lo sementara gue enggak?" Mendengar itu, Jisoo langsung mencubit perut Taehyung hingga cowok itu melepaskan pelukannya.
Benar! Saat menyelesaikan masalah bersama Jungkook, Jisoo menagis dan Jungkook memberikan pelukan hangat yang sejujurnya Jisoo sangat rindukan. Dan tanpa sengaja Taehyung melihat mereka.
"Gue itu cemburu, Jisoo." Ujar Taehyung sambil mengusap perutnya yang dicubit Jisoo.
"Tapi... gue yakin akan satu hal; Kehangatan yang gue ciptakan akan mencairkan hati lo yang beku." Taehyung mengucapkan hal itu dengan menatap mata Jisoo.
Jisoo mengalihkan pandangannya, enggan menatap mata Taehyung yang tanpa sadar semakin meneduhkannya dan memberikannya kenyamanan.
"Gue masuk dulu, Tae." Ujarnya lalu benar-benar meninggalkan Taehyung dan masuk rumah.
Deru suara motor terdengar begitu Jisoo menutup pintu rumahnya. Gadis itu berjalan gontai menuju kamarnya. Nayeon sudah pulang terlebih dahulu bersama Jennie, Seokjin, Jimin dan Yoongi sehingga menyuruhnya pulang bersama Taehyung dengan alasan; Mobil Seokjin sudah tidak muat karena yang membawa mobil hanya Seokjin sementara yang lainnya hanya numpang.
"Kamu dari mana?" Suara bariton itu menghentikan langkah Jisoo. Jeongdae melipat koran yang sedari tadi dibacanya, lalu berdiri.
"Bolos sekolah, pergi tanpa izin, pulang malam. Apalagi yang mau kamu lakukan setelah ini? Kenakalan seperti apa lagi, Jisoo?"
"Kenapa anda peduli? Biasanya juga gak pernah." Cibir Jisoo.
"Jaga bicara kamu! Daddy selalu peduli dengan kamu." Ujar Jeongdae.
"Tadi Daddy sama Mommy dari tempat Irene. Kami kira kamu juga kesana, tapi nyatanya tidak. Kamu kemana saja seharian ini?"
"Anda dari dulu sama, selalu mengutamakan Irene. Anda tidak pernah peduli dengan perkembangan saya..."
Plak!
Sebuah tamparan meluncur bebas menyapu pipi Jisoo. Padahal sakit bekas tamparan semalam belum hilang, tapi tamparan baru kembali Jisoo rasakan.
"Anda memang tidak pernah peduli dengan saya. Saya pergi merayakan ulang tahun saya bersama teman-teman, apa itu salah?" Tanya Jisoo lalu melengos.
"Bahkan anda juga tidak ingat kalau hari ini saya ulang tahun." Lirih Jisoo. Setelah itu Jisoo berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK ROSE
Romance"Apa gue harus tetap tersenyum di saat badai luka mulai tertawa? Apa gue harus tetap tersenyum saat nggak ada hal yang bisa gue jadikan alasan untuk tersenyum?" - ORIANA VERONICA JISOO "Bullshit! Gue sangat tau elo, Jisoo. Gue kangen Jisoo. Gue mint...