MIRACLE IN DECEMBER

99 13 1
                                    

Musim itu pasti berganti, tapi tidak dengan cinta ku
Salju yang beku itu pasti akan mencair, jika matahari kembali kemari
Sama seperti hatiku, jika kau kembali singgah disisi ku

MIRACLE IN DECEMBER
KOOKMIN
-
-
-
Romance Story

Wajah tampan itu terpaku menatap guguran salju diawal desember ini dari balik kaca gedung setinggi 20 lantai tempat dimana dia dan ratusan karyawannya mengumpulkan pundi - pundi uang. Mata bulatnya memandang datar jalanan yang dipenuhi warna putih, entah apa yang dipikirkan sosok tampan dengan tinggi 180 cm itu hingga tak menyadari ada sosok tampan lain yang menatap punggung itu sendu.

" Ehm ~ " Jungkook - nama pemuda tampan itu - memalingkan tubuhnya menatap seseorang itu, sambil menaikkan salah satu sudut alisnya seolah bertanya ' ada apa' pada sosok tampan lainnya yang kini mulai berjalan mendekati mejanya, kemudian menempatkan tubuhnya disalah satu kursi yang disediakan.

" Kau tidak pulang sajangnim ~ ini sudah waktunya kembali kerumah dan bergelung dengan selimut hangat, dan karena dirimu masih berada disini aku menahan hasratku untuk melakukan itu semua" sosok tampan dengan senyum kotak itu terus bergumam tanpa memperdulikan raut bossnya yang semakin datar.

" Kau bisa pulang duluan jika kau mau hyoeng, tidak perlu menungguku" masih datar, tanpa menatap lawan bicaranya Jungkook mendudukkan tubuhnya kemudian mulai membaca sebuah dokumen tang dari tadi belum tersentuh olehnya.

Taehyung memandang raut datar Jungkook kemudian mengalihkan netra hitamnya pada dinding kaca dibelakang Jungkook, kemudian mendengus kasar.

" Kau tau Jungkook, ini sudah lebih dari 2 tahun berlalu, tidak kah kau mencoba move on ?"

Kali ini Jungkook yang mendengus kasar atas perkataan asisten pribadi sekaligus sahabatnya itu. Menyadarkan punggung lelahnya sedetik kemudian netra coklatnya yang menyiratkan keputusasaan itu menatap tepat pada netra Taehyung.

" Kau juga tau hyoeng, aku tidak bisa " menghembuskan nafas lelahnya.

" Kau tidak bisa membesarkan Jungmin seorang diri Kook, dia butuh ibu" lagi - Taehyung mencoba lagi, hampir 2 tahun ini dia berusaha membujuk atasan sekaligus sahabatnya ini untuk mencari ibu bagi anak semata wayangnya yang berumur 2 tahun itu.

" Aku bisa hyoeng, berhentilah berdebat dengan Ku untuk masalah yang satu ini. Aku hanya ingin Jimin sebagai ibu Jungmin, bukan yang lain." - final - Jungkook bangkit berdiri, membenahi meja kerjanya kemudian menyambar tas dan jas kerjanya lalu melangkah keluar.
Namun sebelum tangannya meraih kenop pintu Taehyung berucap,

" Jimin sudah pergi Kook ~ Mengertilah" senyum hambar tergambar diwajah tampan nan tegas Jungkook.

" Dia tidak pernah pergi hyoeng, dia selalu ada disini"

~ Aku berjuang untuk menemukan Mu yang tidak dapat kulihat
Aku berjuang menemukanmu yang tidak dapat ku dengar ~

# Vancouver, Canada

Namja mungil - Jimin - , dengan balutan sweater abu menatap lembut tiap pengunjung yang singgah di cafe tempatnya bekerja. Netra biru kecilnya selalu membentuk garis setiap membalas senyum para pengunjung dan tak henti bibir tebal itu mengucapkan terima kasih disertai senyuman manis.

" Jim, kau bisa istirahat, sementara Cellin yang akan menggantikanmu " seseorang nama manis - Seokjin- yang juga merupakan pemilik cafe tempatnya bekerja itu menyodorkan segelas cappuccino yang mengepul ke hadapannya, yang disambut anggukan dan senyum manis dari Jimin.

" Terima kasih bos "
Jimin berjalan menuju ruang khusus yang digunakan untuk para karyawan, namun tanpa ia sadari Seokjin mengikutinya hingga ~

" Oh .... Gabjagi~~"

" Kau mengejutkanku bos " Jimin mendudukkan tubuhnya pada sebuah kursi kayu yang berada disamping jendela diikuti Seokjin yang mengambil tempat di hadapannya.

" Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri Jim, panggil saja Hyoeng" jawab Seokjin sambil terkekeh lembut melihat bibir Jimin yang membentuk pout lucu saat meniup uap panas cappuccinonya.

" Terima kasih Hyoeng" mata kecil itu tersenyum.

Hening~ Jimin tampak begitu menikmati kopinya sementara Seokjin menatap jalanan yang tak pernah berhenti disiram butiran putih yang lembut.
Diam - diam Seokjin menatap wajah lembut penuh beban milik Jimin, kemudian mendesah lelah dan menyandarkan punggung lebarnya.

" Jimin, minggu depan aku dan Namjoon - suaminya - akan pulang ke korea, kau yakin tidak mau ikut?" mata coklat Jin memandang lembut Jimin, dan perkataannya itu dibalas dengan gelengan dari pria mungil itu.

" Tidak hyoeng, aku belum punya cukup uang untuk membeli tiket" mata biru Jimin balik menatap Seokjin.

" Aku bisa membelikanmu ~ "

" Tidak hyoeng , tidak perlu"

" Jimin - " Jin belum sempat melanjutkan perkataannya, Jimin sudah bangkit dari duduknya.

" Kau tidak perlu melakukan apapun lagi untukku Hyoeng, kau sudah menampung dan merewatku selama ini aku sudah sangat berterima kasih " Jimin berlalu meninggalkan Seokjin bersama senyuman lembut dari bibirnya.

You such a beautiful angel, Jimin

~ Stopping the time, I go back to you
I open this book of memories and I open your page
And in the book I'm in there, in there with you ~

* maaf buat  typo Dan segalanya , terima kasih *

TBC

< KOOKMIN > MIRACLE IN DECEMBER *Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang