Siang ini di bawah terik mentari aku berkisah pada rerumputan
Disekujur taman Mesjid Raya Sumatera Barat Nan Elok
/
Hai rumput, hendak ku kisahkan bagaimana itu cintaku
Terhadap seonggok daging yang utuh, indah dan menawan
Dengan bermata puisi dan sepasang bakpao dipipinya
Indah bukan?
/
Dialah Gadis Surian, intan permata dalam indahnya semesta
Melesatkan pandang terhadapnya;
Sejuk dalam hati, bahagia dalam angan-angan
Rindu menyesak-nyesak, mengoyak-ngoyak gumpalan-gumpalan harapan
Seperti itulah perwujudan si Gadis Surian
/
Berawal kisah awal november di tahun yang silam
Ketika langit malam yang begitu kelam
Deraian rahmat dari langit bercucuran dengan derasnya
Gigil rasuki tulang belulang, menyayat lapisan kulit di tubuhku
/
Niat ku pasang utuh tanpa setitik pun keluh dalam lembaran baru yang telah berjudul namamu
Dengan untaian asa dalam sekujur tubuh yang begitu lusuh
Ku genapkan tekad bahwa engkau sebagai titik terakhir paragraf kisah romansa ku
Walau gemuruh sekalipun menyambar sedahsyat mungkin dengan petirnya
/
Dalam keheningan malam;
Selalu ku ayunkan jemariku menuliskan sajak-sajak kerinduan
Bersama bongkahan-bongkahan do'a yang aku munajatkan terhadap Tuhan
Demi satu pintaku, berlunak lah hatimu terhadap hatiku
/
Hari ke hari selalu aku belajar menemukan jalan dalam belukarnya hatimu untukku
Diterkam duri, disandung batu dalam gertakan rimbanya hati
Ingin rasanya ku siangi segala semak dan bebatuan yang menghalangi
Namun dayaku tak cukup kuat saat ini untuk hal itu
/
Setiap ku angkat langkah,setiap itu pula duri dan bebatuan hatimu menghalangiku
Seolah menyuruhku agar kembali saja keluar sana, sebab tak ada tempat disini untukku
/
Setelah terungkap ketiadaan tempat dalam sebuah teriakan
Aku meraung-raung kesakitan dalam diam
Tercabik-cabik bak terkaman penguasa rimba
Semakin tertatih langkahku dalam belukar itu
Berlumuran harapan dan melangkah perlahan menuju sudut pandang terjauh bola matamu
/
Dan ditempat itu lah aku menyendiri saat ini
Menuai-nuai asa dalam sepi
Mencari sesuap rindu dalam tumpukan sesampah harapan
Sembari menanti teduh senja di pelupuk matamu
//
Besrian Salisa Jambak Al-Minangkabawi
Padang, 01 Mei 2017, 10.10 Wib
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlunaklah Hatimu Terhadap Hatiku
PoetryHatiku sesederhana diksi dalam puisiku