"Gue nggak nyangka lo kaya gitu, ternyata lo main cowok dibelakang gue, Alison." ucap seorang cowok kepada Alison, cewek mungil yang punya seribu satu alasan agar dia bisa terus aman.
"Bukan gitu Di, aku sama dia tu cuma temen. Sori aku nggak bilang kalo aku punya temen cowok. Tapi beneran, aku sayang sama kamu. Nggak mungkin aku ngelakuin hal jahat kaya gitu ke kamu. Kamu mau maafin aku kan,Di?" ucap Alison dengan mata berkaca yang dibuat-buat.
"Gue butuh waktu sendiri" jawab Dicaspian dengan wajah dingin dan berlalu pergi meninggalkan Alison.
Gue sayang sama dia. Dan gue tau dia juga sayang sama gue. Jadi, nggak mungkin dia main dibelakang. Harusnya gue langsung maafin dia. Batin Dicaspian setelah meninggalkan Alison.
Well, Dicaspian Faith memang orang yang mudah luluh dan emosional diwaktu sama. Berpikir jika semua orang didunia ini tulus. Padahal, kau tau sendiri lah.
Alison merutuki dirinya sendiri. Kenapa Dicaspian bisa tau? Padahal dia dan Smith sudah berminggu-minggu menjalin hubungan dibelakang Dicaspian. Menjalankan mobilnya, Alison mengirim pesan kepada Smith.
"Happy cafe, 1 jam lagi."
Belum sampai 3 menit, ponsel Alison berbunyi menunjukkan notifikasi chat dari Smith. Dia tersenyum memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.
"Ada apa tiba-tiba lo ngajak gue kesini?" tanya Smith sambil mengaduk greentea nya. "Dicaspian udah tau semuanya. Dan gue mau putus dari lo karna emang hubungan ini buat ngetes dia aja. Ternyata dia cemburu dan itu artinya, dia udah bener-bener jatuh dipelukan gue". Smith terdiam sejenak kemudian tersenyum, senyum meremehkan. "Lo ngebuang gue gitu aja demi dia? Lo nyia-nyiain gue. Dan lo juga nantinya bakal ninggalin dia? Kita liat kedepannya, gue percaya lo bakal ada diposisi gue. Disia-siain." Smith pergi dari Happy Cafe meninggalkan greentea nya yang masih setengah.
gue percaya lo bakal ada diposisi gue. Disia-siain.
gue percaya lo bakal ada diposisi gue. Disia-siain.
gue percaya lo bakal ada diposisi gue. Disia-siain.
Alison mengingat perkataan Smith sampai dia tidak bisa tidur. Bagaimana mungkin Smith mengatakan hal itu seolah dia tau apa yang akan terjadi. Lalu, bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi. Dia tidak pernah memikirkan hal yang tidak seharusnya dipikirkan. Tapi kali ini, Alison benar-benar tidak bisa tidak-memikirkan-perkataan-Smith. Saat mata Alison mulai terpejam, ponsel yang ada di nakas samping tempat tidurnya berbunyi.
"Maaf tadi aku marah-marah sama kami. Besok aku jemput ya."
Alison tersenyum meremehkan membaca pesan dari Dicaspian. Bagaimana mungkin cowok itu selalu percaya kepadanya? Ini benar-benar hebat. Alison tak menyangka Dicaspian sangat percaya padanya, dan sekarang dia berencana untuk membuat Dicaspian tersakiti.
Dicaspian merasa sangat bahagia sekarang. Dia memaafkan Alison dengan mudah dan melupakan tentang apa yang Alison lakukan padanya. Dia percaya Alison adalah orang yang tepat. Dia percaya Alison adalah sumber kebahagiaannya. Dan dia selalu percaya Alison adalah orang yang paling tulus kepadanya.
Dicaspian membunyikan klakson didepan rumah Alison tepat pukul 06.30 pagi. Dan tak lama, senyumnya mengembang karna melihat Alison yang keluar dari rumahnya. "Pagi, Alison." sapa Dic kepada Alison yang dibalas senyum polos Alison yang sebenarnya tidak polos.
"Dic, nanti kamu jemput aku ditempat les ya. Jam 3 dan nggak boleh telat." ucap Alison kepada Dic yang sedang sibuk menyetir. Dic hanya tersenyum dan mengangkuk kecil. Mereka bersekolah di Order High School. Sekolah elite yang dihuni anak-anak orang kaya.
Dic mencari tempat parkir untuk mobilnya yang astaga, tempat parkir ini sangat luas seperti lapangan sepakbola. Diisi dengan mobil mewah dari siswa siswi OHS yang semuanya sangat kinclong. Yeah, sangat memukau.
Alison keluar dari mobil Dic sesaat setelah memeluknya. Dic sangat menyayangi Alison. Hingga dia tertipu oleh sikap Alison yang sangat manis kepadanya. Dic keluar dari mobil tepat saat bel sudah berbunyi. Dia berjalan di koridor yang agak sempit sambil memasang earphone dan menyetel lagu dengan saat keras dan tidak memedulikan sekitar. "Misi,gue mau lewat" ucap seorang gadis yang sedang membawa buku sangat banyak hingga dia kesulitan berjalan. "Misi woy gue mau lewat nih" katanya lagi yang sedang berada dibelakang Dicaspian yang tentu saja tidak mendengarnya karena terlalu asik mendengarkan lagu. Gadis itu nekat menerobos Dic yang lebih tinggi darinya dan bruukkk....!!! buku-buku dan dirinya jatuh didepan Dic yang cepat-cepat mencopot earphone nya.
"Eh maaf gue udah ganggu lo dengerin musik. Gue nggak sengaja sumpah. Tadi gue udah ijin ke elo tapi lo nggak denger. Gue minta maaf" kata gadis itu sambil mengambil buku-bukunya yang jatuh. Gadis itu berdiri dihadapan Dic yang masih diam. "Lo marah ya? Gue minta maaf, gue tau gue salah. Lo maafin gue kan?" ucap gadis itu lagi sambil menunduk. Dic masih diam saja, dalam hati dia tertawa. Dia tau dia yang salah karena tidak peka dengan keadaan sekitar, tapi kenapa malah cewek ini yang minta maaf? Dan kenapa ini terasa, manis?.
"Woy kok lo malah senyum-senyum sendiri sih? Jawab dong" Dic kembali turun kebumi saat sadar sebuah tangan mungil sedang melambai-lambai didepan wajahnya. "Eh eh iya nggak papa. Gue juga minta maaf tadi nggak denger lo mau lewat" jawab Dic dengan senyum manisnya. "Oh oke, kalo gitu gue pergi ya" jawab gadis itu kemudian kembali berjalan dikoridor yang sudah sepi.
Gloryta Annalize. Gumam Dic yang sekilas membaca bed nama gadis yang baru menabraknya.
AN:
Maaf ceritanya masih abal. Tapi gue usahain yang terbaik deh. Maaf juga dichap awal2 kalian udah ditampar sama konflik pemeran. Jangan lupa voment. Thank u :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Reprisal
Teen FictionNiat untuk membuat orang lain jatuh, justru akan membuatmu jatuh dilubang yang lebih dalam. Niat untuk balas dendam, justru akan membuat orang disekitarmu menjadi korban. Niat untuk pergi dari masalah, justru akan membuatmu terus terkurung didalamny...