Universitas Cambridge – Inggris, 1997 …
Tidak seperti layaknya calon mahasiswa dan mahasiswi lain yang tiba dengan diantar orangtua, keluarga atau kerabat mereka. Jonathan Travoltra dengan penuh percaya diri menapakkan kakinya turun dari bis yang ditumpanginya di tanah Britania Raya. Pria itu terlihat begitu mandiri, seolah memang segala sesuatu selalu ia kerjakan sendiri sedari kecil, dan memang begitulah adanya.
John begitu ia lebih suka dipanggil, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tubuh tingginya memudahkan ia melihat ke tempat yang paling jauh sekalipun tanpa kesulitan terhadang oleh sesuatu apapun. Namun tatapannya terhenti pada sebuah pemandangan yang membuatnya cukup iri, tatkala seorang pria yang ia yakin merupakan calon mahasiswa Cambridge juga, datang dengan diantar oleh kedua orangtuanya. Bahkan sebelum mereka mengucapkan salam perpisahan, si wanita tua yang pastilah ibu dari pria itu terlihat begitu berkaca-kaca memeluk dan menciumi wajah si pria tadi. Begitu pula dengan si pria tua yang pasti ayah dari pria itu juga.
“Sie mich das Zentrum der Aufmerksamkeit zu machen (kalian membuatku jadi pusat perhatian)” ucap si pria itu dalam bahasa Jerman, namun tetap membalas pelukan kedua orangtuanya dengan hangat dan tak lama orangtuanya pun pamit.
Si pria menoleh ke kanan dan ke kiri, angin yang berhembus membuat rambutnya berantakan, dan sepertinya matanya kelilipan. Maka ia pun melepas kacamatanya dan membersihkan matanya yang kemasukan debu. Saat itulah ia terjatuh karena beberapa rombongan pria-pria yang lewat dan tak sengaja menyenggolnya.
“ hey kau tidak apa-apa?” seru John mengulurkan tangan membantu pria itu berdiri.
“ sure. Thanks.. “ ucapnya singkat meraih uluran tangan John, saat mereka sama-sama berdiri. John melihat warna mata pria itu yang ternyata berwarna biru yang begitu bening.
“ John , Jonathan Travoltra dari Indonesia” sapanya.
“ Michael Lewandowski dari Jerman. Kau boleh memanggilku Mike” serunya datar.
Mereka berdua pun berjalan menuju aula utama, tempat dimana seluruh calon mahasiswa dan calon mahasiswi tahun ajaran baru berkumpul untuk memperoleh workshop singkat mengenai Cambridge. Sambil berjalan John terlihat berusaha menggali pembicaraan pada sosok Mike, tapi pria itu pelit sekali berbicara, paling setiap pertanyaan Mike hanya di jawab iya, tidak ataupun dengan suara berdehem.
Sesampainya di aula, Mike memilih kursi paling depan. Sementara John yang tubuhnya lebih tinggi, sadar diri dan mengambil kursi beberapa baris di belakang Mike. Dalam waktu tidak sampai lima belas menit, aula tersebut sudah penuh. Dan acara pun dimulai dari Kepala Rektor yang akan memberikan sepatah dua patah kata sambutan. John menyerinyit merasa terganggu, saat pria di sebelahnya asik membaca buku sambil sesekali tertawa cekikikan sendirian. John mengamati pria itu lekat-lekat, dan dari yang bisa John amati, pria di sebelahnya ini pasti dari Asia karena kulitnya yang begitu putih dan matanya yang sangat sipit.
Merasa dirinya sedang diamati, pria itu menoleh kepada John sambil tersenyum lebar, amat lebar malah ..
“ Alexander Agatha dari Indonesia” katanya menyapa John.
“ kau dari Indonesia? Aku juga. Kufikir kau dari China. Namaku John, Jonathan Travoltra” seru John senang karena akhirnya menemukan teman yang satu daerah dengannya. Dan yang pasti pria di sebelahnya ini lebih hangat jika di bandingkan dengan pria kaku bernama Mike yang dikenalnya sebelumnya.
“ aku hanya numpang lahir di Jepang, tapi setelah itu menetap di Jakarta, aku bukan China tapi keturunan Jepang” katanya lagi.
“ kalo aku asli dari Indonesia” jelas John. Dan berusaha memperhatikan apa yang sedang dibaca oleh Alex. Tanpa rasa segan Alex pun memberikan buku yang sedang dibacanya kepada John. Sedangkan Alex mengambil buku lain dari tasnya dan kembali asik membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Senator and I
RomanceDALAM PROSES PENERBITAN 🙏 - Bayangan menikah dengan salah seorang anggota parlemen yang rata-rata sudah berkepala empat itu mendadak membuat Tathiana Rahadiningrat bergidik ngeri. Namun permintaan kedua orangtuanya yang selalu mendesaknya segera me...