Dua*

146 4 0
                                    

    Di sebuah kafe yang menyediakan berbagai minuman berbahan dasar kopi, tampak Romi duduk bermesraan dengan cewek-cewek. Ia tampak bahagia dengan cewek-cewek yang mengelilinginya. Romi tidak sendiri. Ada beberapa teman sekelas Romi yang jyga tampak ikut nongkrong disana.

    Di meja yang lain, Dirga menahan sesak melihat Romi berbuat seperti ini. Ia teringat dengan Yisha dan perasaannya jika tahu kelakuan Romi seperti ini. Apalagi yang Yisha banggakan hanyalah fiksi. Ingin sekali Dirga menyeret Yisha kemari dan menyaksikan kelakuan cowok yang selalu Yisha banggakan.

    Dirga teringat pertemuannya dengan Yisha beberapa hati yang lalu.

    Disebuah bangku kosonh di taman kampus, Dirga mengajak Yisha untuk duduk duduk bersama. Tapi, Yisha menolaknya. Tidak biasanya Yisha menolak seperti ini. Ada sesuatu yang menyikut hati Dirga ketika tahu Yisha menolak tawarannya.

    "Aku sudah jadian sama Romi, Dir". Kata Yisha sembari memperlihatkan deretan giginya yang putih. Lesung pipinya tampak menambah manis wajah Yisha.

    Dirha merasa seluruh rahangnya kaku, membeku tak berkata-kata lagi setelah mendengar kalimat yang terucap dari lulut Yisha barusan. Ia menundukkan kepala sekilas dan kembali menatap Yisha dengan senyum. Padahal, ia ingin hari ini Yisha duduk di sampingnya seperti biasa dan menemaninya berbagi cerita. Tapi, hari ini setelah Yisha mengatakan bahwa ia jadian dengan Romi, Dirga merasa kehilangan Yisha tiba-tiba. Yisha yang saat ini berada di depannya seperti bukan Yisha yang ia kenal.

    "Romi melarangmu bergaul denganku ?" tanya Dirga penasaran. Ia berbicara dengan nada hati-hati. Takut pertanyaannya menyinggung Yisha.

    Yisha mengangguk kecil. Pertanda bahwa Romi memang menyuruhnya untuk tidak bergaul dengan Dirga.

    "Kenapa, Yis. Bukankah kita hanya sebatas teman ?"

    "Aku mencintainya, Dir. Aku tak ingin mengecewakannya." Kata Yisha yang membuat perut Dirga tiba-tiba mual luar biasa.

    Dirga tersenyum kaku, ingin sekali ia menyadarkan Yisha bahwa cinta bukan tentang pengekangan.

    "Kamu terlalu penurut, Yis. Dia bukan orang tuamu kan ?" Sindir Dirga putus asa.

    "Memang. Aku ingin bersamanya,aku ingin ia juga bahagia dan bangga terhadapku. Dia bangga terhadapku ketika aku menuruti apapun mau nya".

    Tiba tiba saja Dirha merasa bahwa Yisha adala cewek terbodoh yang pernah ia temui. Sedemikian jauhnya cinta membutakan Yisha. "Cinta bukan seperti itu, Yis !!" Kalimat itu inginsekali Dirga teriakkan tepat di gendang telinga Yisha. Tapi, Dirga terlanjur tak tega dan ia pergi begitu saja meninggalkan Yisha yang masih terpaku di depannya. Dirga menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia sudah menyerah. Ia benar benar tidak tahu, sihir apa yang merasuki diri Yisha hingga membuat Yisha sedemikian patuhnya kepada si brengs*k Romi.

    Dan disini, beberapa meter di depannya, Dirga bisa menyaksikan kebrengs*kkan Romi. Ingin rasanya Dirga menghampiri Romi dan meninju hidung pria itu. Tapi, Dirga merasa ia tidak perlu ikut campur. Ia lebih ingin menggunakam cara halus untuk membuat hati Yisha pelan pelan dari cengkraman Romi.

    Lihat saja, dari jarak sedekat ini saja, Dirga hampir lepas kendali ketia ia melihat Romi semakin bertambah mesra dengan cewek cewek itu. Oh, Tuhan, jaga hati Yisha! Batin Dirga meradang. Dirga benar benar tidak kuat menahan diri untuk tetap berada di sana. Ia segera mengangkat tubuhnya dan pergi dari tempat itu secepat mungkin.

    Dirga memacu motornya, membelah malam. Melewati jalanan Kota Surabaya dan menghentikan motornya tepat di sebuah rumah di komplek perumahan tengah Surabaya. Ia terduduk di atas motornya dan menyalakan rokoknya. Matanya tak henti hentinya melihat ke sebuah jendela yang setengah terbuka di lantai dua. Angin malam menyapa tengkuknya. Tapi Dirga tak terlalu menghiraukannya. Sasapan rokok pertamanya sanggup membuat sesaknya lenyap sedikit demi sedikit.

    Sementara, di dalam kamar yang jendelanya seengah terbuka itu, seorang gadis tampak panik dan risau. Sedari tadi ia menggenggam hapenya dan mencoba menghubungi seseorang. Tapi tetap tak berhasil.

    Yisha berkali kali mengacak acak rambutnya. Ia khawatir, panik, gelisah. Telponnya tidak ada yang diangkat sekalipun oleh Romi. Jangan jangan Romi kenapa kenapa ? Tebak Yisha dalam hati. Apa mungkin Romi selingkuh ? Oh, tidak tidak. Hati Yisha berkecamuk sendiri. Ia benar benar tak tahu harus menghubungi siapa lagi. Rasa rindunya menggebu seelah tidak bertemu Romi tiga hari ini.

    Ini adalah sesak pertama yang di rasakan Yisha setelah jadian dengan Romi. Sebelumnya ia tak pernah merasakan sesak yang aneh di dadanya seperyi ini. Dan rindu, mengenalkannya pada sesak ini. Sesak yang sanggup mengganggu tidur nyenyaknya semalaman.

    Sementara, di bawah jendela yang setengah terbuka itu Dirga masih terdiam memandangi jendela itu. Rokoknya sisa setengah. Dirga bisa menebak perasaan Yisha. Yisha pasti kesepian jelas saja, Dirga sudah melihat sendiri Romi yang berkali kali seolah me-reject telepon sewaktu mereka di kafe yang sama tadi. Pasti itu telepon dari Yisha yang tentunya Romi tidak ingin di ganggu. DadaDirga kembali sesak. Inginsekali ia menelpon Yisha dan menyuruh Yisha turun. Ingin sekali Dirga membahagiakan Yisha saat ini, agar Yisha tak lagi gelisah memikirkan Romi. Tapi, di sudut hati Dirga yang lain melarangnya untuk melakukan itu.

    Dirga mengenakan helmnya dan mematikan puntung rokoknya dengan injakan kaki. Lalu memacu motornya. Menerobos angin malam. Meninggalkan kamar dengan jendela yang setengah terbuka, menunggalkan Yisha yang kesepian. Membiarkan hatinya bertambah sakit dengan membiarkan Yisha, seseorang yang ia damba. Mebiarkan Yisha bertanya tanya tentang keberadaan orang yang ia puja. Membiarkan Yisha tahu sendiri siapa Romi sebenarnya.

                             ****

    "Selamat pagi, sayang". Sapa Romi ketika menemukan Yisha sedang duduk di sebuah bangku taman di kampus. Yisha memasang wajah cemberut. Sebal.

    "Aku ngambek nih". Kata Yisha dengan jengkel. "Kamu kemana aja sih tadi malam ?"

    "Maaf sayang, aku ketiduran. Maaf ya, maaf." Rayu Romi yang akhirnya membuat Yisha meleleh. Mereka berdua tampak mesra kembali

AUTHOR POV
Mauan aja lu dikibulin sama si Romi 😂😈

    Sementara, sekitar lima belas meter dari tempat mereka berdua, tampak seorang pria berdiri mendengarkan obrolan mereka. Hati pria itu kembali sakit seperti di tusuk. Dirga meninjukan kepalan tangannya ke sebuah tiang lampu di depannya. Ia benci menemukan pemandangan yang menyesakkan ini. Entah sampai kapan ia harus menahan perasaannya dan membiarkan orang yang ia cintai berada di ujung jurang penuh duri.

AUTHOR POV
Mending sama gue sini Dirga yang udah pasti sayangnya. Wkwk :v 😂

    Yisha dan Romi tampak mesra meninggalkan bangku taman itu. Mereka berjalan menuju koridor kampus dengan tawa yang menggema di antara mereka. Sesaat, mereka memang tampak seperti pasangan yang sempurna. Yang saling mencintai. Tapi, di mata Dirga, semuanya berbeda.  Ia melihat begitu banyak luka yang menganga di sekitar Yisha. Ia melihat luka luka itu siap menerkam Yisha kapan saja.

AUTHOR MESSAGE
Maaf yah teman teman, baru di lanjutin lagi ceritanya. Tadi nya aku udah pasrah karna takut ceritaku jelek. Tapi waktu aku download lagi wattpad nya dan aku liat ternyata ada banyak yang baca. Sekali lagi aku mohon maaf yah. Semoga cerita lanjutannya memuaskan kalian. Support terus yah untuk ceritanya. Maaf kalau ada yang kurang ngena di ceritanya. 😄😁😀

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang