Chapter 0: Prologue

2.8K 160 38
                                    

Dalam kegelapan yang pekat, terdengar bunyi langkah seseorang yang konstan.

Sesekali, terdengar pula suara tetesan air yang jatuh dari langit-langit.

Selain kedua suara tersebut, tidak terdengar suara apapun lagi. Hanya terdapat kesunyian yang mencekam.

Walaupun dalam keadaan demikian, orang itu tetap melangkah dengan mantap. Tidak terlihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya.

Langkahnya makin cepat ketika matanya yang tajam melihat sesuatu di depan sana.

Dalam hitungan detik, ia pun sampai di depan "sesuatu" yang ia lihat dari kejauhan tadi.

Seketika, senyumannya mengembang lebar ketika ia mengenali benda yang ada di depannya tersebut.

Sebuah guci sederhana berwarna cokelat.

Kalau hanya dilihat sekilas, sepertinya tidak ada yang aneh dari guci itu.

Namun, perlahan-lahan, suatu hawa mengerikan yang sepertinya berasal dari guci itu akan terasa.

Itu adalah hawa kematian.

Senyuman orang itu makin lebar, hingga menyerupai sebuah seringai.

"Memang hebat. Sudah jadi begini pun masih bisa terasa sampai di luar."

Ia membelai guci berwarna cokelat itu dengan amat hati-hati, seolah-olah guci tersebut bisa pecah sekali disentuh. Setelah membersihkan debu yang menempel di guci itu, perlahan tangannya mulai bergerak ke bagian atas guci.

Orang itu memegang tutup guci yang menyumbat guci tersebut. Bibirnya bergerak untuk merapalkan beberapa kata.

"Deflectello echentus imbicus. Firolus immoruro. Mufflate. Petriferous. Eviorgio. Honorendio."

Perlahan-lahan, cahaya berwarna merah mulai muncul dari guci dan tangan orang tersebut. Orang itu menarik nafas, kemudian mengucapkan kata terakhirnya.

"Restoreus."

Plop!

Tepat setelah orang itu menyelesaikan kata-katanya, tutup guci tersebut berhasil terlepas.

Secepat kilat, sesuatu yang berwarna hitam keluar dari dalam guci. Sesuatu itu mengeluarkan kekuatan yang sangat besar, hingga orang yang tadi membuka guci tersebut harus mundur beberapa langkah.

Setelah sesuatu itu keluar dengan sepenuhnya, perlahan-lahan bentuknya menyerupai sesosok makhluk agung yang mempunyai sisik dan bermata merah.

Seekor naga.

Naga bersisik merah itu meraung sekeras-kerasnya, membuat dinding dan tanah tempat itu bergetar. Raungan tersebut bisa membuat siapapun yang mendengarnya menggigil dalam kegentaran.

Anehnya, melihat hal tersebut, orang itu malah menyeringai puas. Naga tersebut menatapnya dengan kedua manik merahnya yang mengintimidasi. Namun, nampaknya naga tersebut mengenali orang yang berdiri di depannya.

"Apakah... kau... yang melepaskanku?" Tanyanya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. Mendengar pertanyaan tersebut, orang itu langsung berlutut dan memberi hormat pada naga tersebut.

"Benar, saya-lah yang melepaskan anda," ujar orang tersebut dengan penuh rasa hormat. "Selamat datang kembali... Yang Mulia."

***

Hai!!

Kembali lagi bersama Kuri di cerita baru ini. xD

Yap, sebelumnya aku mau minta maaf dulu. My Werewolf Bodyguard aku unpublish....... Dikarenakan waktu itu buatnya terlalu cepet dan gak dipikirin mateng-mateng dulu, jadinya ujung-ujungnya bingung deh tuh cerita mau dibawa kemana. Gomennasai (T▽T)

Tapiiii, sebagai gantinya, aku bikin cerita ini! *jengjengjeng*

Jadi, sebenernya cerita ini idenya diambil dari Eternal Fantasy, karya fantasy paling pertama yang kubuat. (Udah ku unpublish juga :")) kalo ada yang pernah baca, nah ceritaku yang kali ini bagian awalnya mirip-mirip sama Eternal Fantasy. Aku juga masukin beberapa ide yang tadinya mau kumasukin ke dalem My Werewolf Bodyguard. Jadi deh cerita ini!! ∑d(°∀°d)

Kali ini, aku janji ga bakal unpublish cerita ini, kok :) semoga bisa lancar sampai tamat, ya.

Baiklah, selamat membaca awal dari petualangan Cecilia yang mendebarkan!

-Kuri-

Sabtu, 6 Mei 2017.

The Fallen KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang