Chapter 2: Departure

1.2K 83 44
                                    

Tujuh tahun kemudian...

.

.

.

Pagi ini, Cecilia bangun dengan penuh semangat. Ia membuka jendela kamarnya dan menghirup udara pagi dalam-dalam, seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi. Dari jendela tersebut, tampak kereta kuda dan orang-orang yang sedang menawar barang di kios-kios kecil yang dibuka di tepi jalan. Walaupun hari masih pagi, namun kegiatan di luar sudah sibuk.

Meskipun setiap pagi Cecilia selalu bersemangat, namun semangatnya hari ini melebihi semangatnya di hari-hari sebelumnya. Ia pergi membasuh wajahnya di kamar mandi sambil mendendangkan sebuah lagu. Setelah itu, ia mengambil celemeknya dan mengikatnya di sekitar pinggangnya. Tak lupa ia mengikat rambut emasnya yang panjang dan indah.

Cecilia menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin sambil tersenyum manis.

"Sempurna."

Setelah berputar-putar di depan cermin, ia keluar dari kamarnya dan berderap menuruni tangga.

Hmm, aku sudah bisa mencium aroma roti yang baru saja selesai dipanggang dari sini.

"Selamat pagi, semuanya!"

Seorang wanita berumur sekitar lima puluh tahunan yang sedang membawa sebuah nampan menoleh ke arah Cecilia. Begitu melihat Cecillia, ia langsung meletakkan nampannya dan memeluk Cecilia.

"Selamat pagi dan selamat ulang tahun, Cecil!" Kata wanita tersebut sambil memeluk Cecilia erat-erat. Cecilia balas memeluk wanita tersebut dengan hangat.

"Terima kasih, Bi,"

Seorang pria bertubuh besar dan berambut pirang mendekati Cecilia dan wanita yang sedang berpelukan itu.

"Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga, ya."

"Paman William!" Cecilia menoleh. Cepat-cepat ia menghambur ke pelukan William.

William tertawa. "Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas, Cecilia."

"Terima kasih!" Cecilia menatap William dan istrinya, Violet, dengan penuh kegembiraan. "Aku benar-benar bersyukur bisa mengenal kalian berdua dan mempunyai kalian dalam hidupku. Terima kasih sudah mau mengurusku selama tujuh tahun ini...."

"Jangan begitu, Cecil. Bibi jadi sedih, nih," Violet mengusap matanya dengan penuh haru. "Justru kamilah yang merasa bahagia dengan keberadaanmu dalam rumah ini. Keluarga kecil kami yang tadinya terasa sepi setelah kepergian Clarence jadi hangat kembali ketika kau datang. Kau cepat sekali bertumbuh dewasa, gadis cantik."

Setiap kali nama Clarence disebut, Cecilia masih belum bisa menghilangkan kilasan peristiwa kelam tersebut secara total dari dalam otaknya. Namun, tentu sekarang ia sudah menerima kenyataan bahwa Clarence dan ayahnya sudah tidak ada dan melanjutkan hidupnya dengan penuh semangat. Masa lalu memang tidak bisa diubah. Namun, lain halnya dengan masa depan. Dengan kemauan yang kuat dan kerja keras, Cecilia yakin, pasti dia bisa mengubah masa depan.

Ia benar-benar harus melakukan sesuatu untuk mengubahnya.

"Kita akan merayakan ulang tahunmu nanti malam, karena walaupun ini hari ulang tahunmu, tetap tidak mengubah kenyataan kalau toko roti kita harus tetap dibuka," kata William setengah bercanda. "Lagipula, kalau dilihat dari wajahmu yang berseri-seri itu, sepertinya ada yang lebih penting daripada perayaan ulang tahun, ya?"

The Fallen KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang