Chapter 8: Arrival Of A Corrupted Knight

1.1K 67 70
                                    

"Kau... benar-benar serius?"

Ethelbert menatap William dengan sungguh-sungguh, ekspresi sedih dengan jelas terpancar dari wajahnya. Hal itu membuat William makin merasa tidak enak hati. Namun, keputusannya sudah bulat. Ia tidak akan menarik kata-katanya lagi.

"Ya, Yang Mulia. Ini merupakan permohonanku yang pertama dan yang terakhir," kata William seraya membungkukkan tubuhnya. "Lagipula, aku sudah terlalu tua dan tidak bisa menjadi pelindung Yang Mulia seperti dulu lagi. Dan juga... aku sudah meninggalkan istriku terlalu lama."

Mengingat istrinya yang selama kurang lebih dua puluh tahun selalu tinggal di rumah sendirian dan hanya bertemu dengannya setiap kali liburan membuat hati William pedih. Sebentar lagi mereka berdua akan semakin menua dan mati. Kapan lagi ia bisa menyenangkan hati istrinya kalau bukan sekarang?

Ethelbert terdiam. Dirinya masih tidak rela menerima permohonan William yang ingin undur diri dari jabatannya sebagai jenderal itu. Bagaimana tidak, selain sangat bijak dan setia, selama ini pasukan Kerajaan Valmoor selalu mengalami kemenangan saat dipimpin oleh William yang otaknya cemerlang dan selalu mempunyai taktik-taktik yang brilian. William sudah dianggapnya seperti kakak sendiri.

"...Menurutku, kondisimu masih lebih dari cukup untuk tetap menjadi jenderal... dan soal istrimu, bagaimana kalau dia tinggal di istana ini saja? Aku janji, akan kusediakan kamar yang paling indah dan nyaman untuk istrimu."

"Aku tidak merasa demikian, Yang Mulia. Tubuhku sudah tidak seperti saat masih muda lagi. Dan istriku, dia sudah cukup nyaman tinggal di Aldcourt. Maaf sekali, Yang Mulia..."

Ethelbert menghela napas panjang. Sudah berapa banyak orang-orang berharga seperti William yang telah pergi darinya, dan sekarang, apakah ia harus kehilangan William juga?

"Tapi, tentu saja... seperti yang telah kubilang tadi," William melanjutkan perkataannya. "Sebagai permohonan maaf yang sebesar-besarnya, aku ingin menyerahkan putraku untuk mengabdi pada Baginda Raja. Tentu saja hanya kalau Raja berkenan."

Ethelbert masih terlihat tidak yakin. Namun, ia tidak bisa juga memaksakan kehendaknya sendiri. Bila ia berada dalam situasi yang sama dengan William, bisa jadi ia juga meminta hal yang sama dengan William. Ia harus mencoba memikirkan perasaan orang lain juga, tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Apalagi, William sampai rela menyerahkan putranya sendiri untuknya.

"Baiklah..." kata Ethelbert akhirnya. "Aku kabulkan permintaanmu itu."

William langsung berlutut pada Ethelbert setelah mendengar perkataannya tersebut. "Terima kasih yang sedalam-dalamnya, Yang Mulia."

"Sekarang, dapatkah aku bertemu dengan putramu itu?" Tanya Ethelbert, disambut dengan anggukan William.

"Tentu saja. Dia sudah menunggu di luar," ujar William. "Mohon tunggu sebentar, Yang Mulia."

William kemudian melangkah ke arah pintu keluar dan membuka pintunya. Di balik pintu itu, seorang anak laki-laki yang bermata hijau jernih dan berambut pirang tampak sedang menunggu dengan antusias. Wajah William melembut melihat anak itu.

"Clarence, ayo masuk ke dalam. Raja ingin bertemu denganmu," bisiknya pelan. Ingat dengan apa yang Ayah katakan barusan? Jaga sikapmu di hadapan Raja, jadilah laki-laki yang baik."

"Ya, Ayah." Jawab anak itu, Clarence, dengan patuh. Walaupun usianya baru sembilan tahun, ia anak yang pintar dan sopan, hasil didikan Ibunya yang sabar selama bertahun-tahun. William memang sudah mempersiapkan putranya untuk hal ini sejak dulu.

William pun kembali menghadap Raja yang sedang duduk di singgasananya diikuti oleh Clarence di belakang. Ethelbert tersenyum lembut pada Clarence.

"Jadi... siapa namamu, Nak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Fallen KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang