Bagian 1 Si Pelanggan

326 32 4
                                    

Aku baru saja teringat jika ini hari pertamaku bekerja setelah sekian lama aku menunggu izin ibuku untuk pergi ke dunia luar. Di umurku yang segera menginjak usia delapan belas tahun dimana anak-anak telah berubah sepenuhnya menjadi orang dewasa, barulah aku bisa menggeluti dunia yang penuh hiruk pikuk. Aku memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh aku dan ibuku sendiri-entah mereka menyebutnya penyakit atau sebuah anugerah. Namaku Julian dan aku memiliki kelainan aneh pada darahku yang membuatku tak boleh terluka.

Aku tidak merasakan udara lembab lagi di tepian ranjangku. Jemariku terulur mencari kehangatan selimutku yang sudah menepi jauh membiarkan kedua kakiku telanjang kedinginan. Aku bertumpu pada siku dan kini aku bisa melihat seberkas cahaya matahari yang melewati celah pada dinding. Aku mengayunkan turun kakiku dan segera pergi mandi. Selepas itu aku mengepang rambut dan menggulungnya ke belakang. Ketika aroma pemanggang dari dapur berhasil melewati kamarku, aku segera berlari kecil menuruni tangga. Duduk di atas kursi roda pada muka pintu belakang, adalah Mrs. Eve dengan wajah sepucat bunga pertama musim semi setelah mencairnya salju musim dingin.

Sebuah kecelakaan pada minggu lalu membuat sepasang kakinya lumpuh dan itulah alasan mengapa aku harus bekerja untuk menghidupi kami berdua. Kalian pasti bertanya bagaimana dengan ayahku, tetapi aku sungguh tak pernah melihat wajahnya atau hanya mendengar suaranya. Mereka bercerai pada saat usiaku masih dua minggu.

Ibuku menggerakkan kursi rodanya ke barisan meja keramik di dapur dan berusaha meraih nampan dengan beberapa piring berisi kentang tumbuk dan sup jagung.

"Biarkan aku saja." Kataku seraya meraih nampan itu menuju meja makan berbentuk bundar. Kami duduk saling berhadapan tetapi kulihat ibuku belum juga mengambil beberapa makanan di depannya.

"Gugup?" Tanyanya.

"Tidak pernah merasa sebaik ini sebelumnya, kurasa," Balasku, kemudian aku memasukkan sesuap kentang ke mulutku. Aku merasakan wanita itu terus memandangku tanpa mengunyah makanan dan ia hanya terdiam walau sebenarnya kutahu jika ia ingin melontarkan beberapa kalimat. "Jadi, tidak apa bukan jika aku pergi untuk dua belas jam ke depan?"

"Julian," Sahutnya. "Cobalah untuk tidak melebihi dari jam itu, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di luar sana nanti."

"Aku akan pulang sebelum pukul sebelas." Jawabku untuk menenangkannya.

Sampai aku menyelesaikan suapan terakhir, ia belum juga mengisi perutnya dengan sarapan. Kami berpelukan untuk beberapa menit dan bisa kucium parfumnya yang berasal dari panggangan itu sendiri. Segera kupakai sepatu flat yang dulunya sering dipakai ibuku dan menyambar mantel kulit cokelat yang tergantung di kap depan.

Ketika aku sampai di trotoar, kulihat asap menguar dari cerobong asap di rumahku, merayap menuju udara bebas dan tertiup angin menuju arah timur. Tidak banyak anak-anak di sekitar rumahku sebab kini mereka mungkin telah tumbuh dewasa sebaya dengan diriku. Sekitar lima puluh meter dari tempat aku berdiri terdapat rambu untuk bus berhenti dan tepat belum lama aku berdiri di sana sebuah bus datang. Tidak ada tempat kosong yang membuatku harus berdiri di dekat seorang wanita paruh baya dengan sweater krem dan syal kuning yang melingkar di lehernya. Canggung? Tentu saja, aku tak pernah bertemu orang-orang ini sebelumnya. Sampai saat ini hanya dua orang yang pernah kutemui yang tak lain dan tak bukan adalah ibu dan seorang wanita yang mungkin bisa disebut sebagai guru home schooling untukku.

Penyakit anehku inilah yang membuat aku terkurung dari dunia luar dalam kurun waktu yang lama. Sebuah keanehan langka dimana ibu berpesan dan mengharuskan agar aku tidak terluka-sebab darah yang memancar dari luka itu nanti bisa dikatakan berbahaya dan aneh. Benda apapun itu pasti akan meleleh sebelum darahku benar-benar kering atau menguap tanpa meninggalkan bekas. Keanehan selanjutnya adalah bagaimana cara semua anggota tubuhku ini bisa bertahan dengan kelangkaan semacam itu. Aku menduga ayahku pasti meninggalkan kami karena keadaanku yang abnormal tidak seperti anak-anak lainnya yang bisa mendapatkan kebahagiaan bersama keluarga mereka. Ibu tak pernah memeriksakan keadaanku pada seorang dokter-tidak, kalian tak perlu berburuk sangka, dia bukan seorang yang jahat dan tak ingin melakukan suatu tindakan. Jika keadaan langka ini diketahui oleh orang umum bahkan jika sampai ke orang-orang terpelajar, kemungkinan besarnya mereka akan membawaku untuk sebuah penelitian yang menguras pikiran dan tenaga. Ibu tak mau aku menjadi objek para peneliti yang haus akan ilmu pengetahuan dan membiarkan aku seolah seperti tikus percobaan. Ia hanya memiliki aku dan aku hanya memiliki ibuku.

Outside from the EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang