Bagian 2 Penjemputan

148 21 0
                                    

Awan mendung bergulung-gulung tertiup angin pelan dan aku melihatnya dari dalam bus melewati jendela sisi sebelah kiri. Lima belas menit lagi baru akan berhenti di halte depan cafe. Mungkin hari ini banyak orang-orang yang lupa membawa jas hujan dan payung akan memesan kopi espresso lalu tangan Jonathan segera sangat sibuk mengaduk adonan.

Seorang wanita di sebelahku, wanita paruh baya yang sama dengan sweater krem dan syal kuning yang sama pula ketika kemarin aku berangkat. Aku tidak tahu apa pekerjaannya, tetapi ia terlihat capek. Lalu rintik air hujan mulai membasahi seluruh jalanan di Pittsburgh yang sangat sibuk ini. Pekerja kantoran menggunakan tas hitam kotak mereka sebagai payung untuk menjaga kepala mereka tetap kering; tetapi bagian belakang jas mereka tetap basah. Wanita-wanita yang berdandan modis dengan gaun ringan berwarna cerah mereka, terpaksa melepas sepatu tingginya dan berlari ke teras-teras toko yang luas. Payung warna-warni dibentangkan dan jika dilihat dari atas gedung, mungkin terlihat seperti bertubrukan indah. Banyak anak-anak yang berhamburan keluar dari rumah mereka dan menari bersama hujan, lalu orang tua yang mengejar akhirnya menyerah dan hanya berdiri di teras.

Ketika aku turun di halte depan cafe, aku berdiri sejenak dan memperhatikan sekitar, dan berharap Jonathan ataupun Joinee melihatku untuk membawakan payung. Tapi dari luar, Joinee sedang sibuk menata makanan di rak kaca. Lalu aku berlari dan menerobos pintu depan.

"Hujan di bulan Juni, ya?" Kata Joinee, kemudian ia melemparkan sebongkah roti dengan lemparan melengkung yang cukup tinggi ke arahku.

"Terima kasih," Kataku, dan aku bisa merasakan otot wajahku mulai santai ketika aku bertemu Jonathan yang sedang mengecek kelengkapan bahan tepung di dapur. "Halo, Donat."

"Halo, cupcake." Balasnya.

Hujan bulan Juni adalah hujan yang selalu datang tiba-tiba. Sebagaimana kau melihat hari yang cerah, lalu tiba-tiba awan hitam bergulung-gulung seperti laksana ombak. Aku segera mengenakan celemek kerjaku dan meminta Joinee untuk membantuku membenahi rambutku lagi. Sesaat aku menyambar buku catatan dan pena hitam di sudut meja Joinee, bel pintu kudengar berbunyi. Lalu aku menoleh.

Si keparat datang, pikirku.

Orang aneh itu datang kembali dan ia mengenakan jaket gelap yang sama seperti kemarin. Dia sama sekali tak berbeda dengan poninya yang sengaja dibiarkan acak-acak ke segala arah untuk menutupi mata biru laut miliknya yang kehijauan. Aku tak ingin mendekat dan melayani orang yang sangat tertutup itu lagi. Aku berusaha mencari kesibukan dengan menata beberapa kudapan kering di rak kaca, sehingga pelayan lain menghampirinya, dan aku merasa pelayan itu akan merasa benci sama seperti aku membenci si pelanggan aneh. Aku memperhatikan pesanannya yang tak lain adalah latte dan mulai gusar dengan perilakunya yang sangat tertutup. Kurasa Jonathan masih terus di dapur dan ia belum melihat meja yang sama, meja nomor 15.

Hingga malam semakin larut, pukul 22.35, kemudian hal inilah yang kutakutkan datang kembali. Aku masih di sana bersama Jonathan, namun bersama dengan Joinee pula-yang tertidur di kursi tinggi dapur. Si orang aneh sudah bisa kutebak, ia memiliki masalah pribadi yang membuatnya ingin sekali pergi dari rumah, orang semacam ini biasanya memiliki ego yang sangat kuat dan mereka keras kepala. Ia terus duduk sendirian di sana seolah sesuatu membuatnya dapat bertahan diam dan dingin. Kali ini, aku benar-benar muak untuk pertama kalinya dalam hidup dan bahkan tanpa dipinta oleh Jonathan, aku menghampiri orang itu. Pertama-tama, aku duduk di kursi depannya dan berusaha menegakkan bahuku.

"Selamat malam," Kataku ketus dan aku mendengar suaraku yang tiba-tiba garang. "Aku masih memiliki seorang ibu di rumah yang duduk di atas kursi roda, menungguku di depan pintu dan sekarang ini dia pasti sangat kebingungan," Aku mendengus kesal dengan sangat cepat dan aku tak peduli bagaimana orang aneh itu akan melihatku nanti. "Tempat ini sudah tutup, dan dengan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, kau telah melebihi jam buka, tuan."

Outside from the EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang