Page 7

6.2K 722 39
                                    

"Chae, aku kebelet pipis." kata Jaehyun saat gadis itu hendak memulai permainannya lagi. "Enggak apa-apa, kan, kalau kau main sendiri?"

"Oh, oke, deh... Jangan lama-lama, ya?" Chaeyeon mengizinkannya dengan enteng. Buru-buru Jaehyun beranjak dari tempat bermain. Bagaimana pun caranya, kedua gadis yang baru saja ia lihat itu tak boleh bertatap muka dengannya. Kalau sampai itu terjadi, bisa mampus dia.


Dua gadis yang berhasil membuat Jaehyun bagai tersengat listrik itu adalah Yerim—sang mantan kekasih—dan Saeron—gadis centil yang dulunya merupakan mak comblang keduanya hingga bisa sampai berpacaran.


Pemuda Jung itu bersembunyi di balik perosotan khusus anak usia 5 tahun. Tempat yang tak akan mungkin terjangkau oleh dua gadis itu, namun memungkinkan Jaehyun untuk menerawang segala situasi yang tengah terjadi.


Ia terus mengamati pergerakan mereka tanpa berhenti berharap agar dua gadis itu terus melangkah lurus dan turun ke lantai bawah saja.


Jaehyun langsung terlongo saat tiba-tiba Saeron menghentikan laju tungkainya dan menatap ke arah permainan Dance Revolution dengan tatapan intens.


Gadis berkulit mulus itu kemudian mengambil langkah seribu menuju permainan itu. Yerim pun nampak bingung mengapa Saeron berjalan ke arah sana. Namun belum sempat bertanya, ia pun memutuskan untuk mengikuti sahabatnya itu.


Fokus Jaehyun beralih pada Chaeyeon yang masih asyik menginjak-injak lantai yang menyala dan mengikuti irama musik. Namun pandangan teduh milik Jaehyun tak berlangsung lama setelah ia melihat Saeron yang sekonyong-konyong menjambak surai panjang Chaeyeon. Ia ingin berlari dan menghentikannya—tentu saja, mana tega Jaehyun membiarkan teman sekamarnya (yang lucu) itu diperlakukan secara kasar.


Namun Jaehyun tak bisa berbuat apa-apa mengingat tujuannya meninggalkan Chaeyeon pun untuk menghindari Saeron dan Yerim. Gadis yang tengah dijambak rambutnya itu mengaduh kesakitan, ia berusaha melepaskan tangan Saeron dari rambutnya, namun nampaknya tangannya kalah kuat. Wajah Yerim pun berubah panik—hanya panik, tanpa melakukan sebuah pergerakan yang berarti.


Tangan Saeron lantas terlepas dengan sendirinya. Sesaat itu memberikan kelegaan di hati Jaehyun. Namun tidak lagi setelah tamparan keras mendarat dengan cepat di pipi bulat Chaeyeon. Jaehyun kembali dibuat terkejut. Kakinya sudah gatal ingin berlari menghampiri gadis-gadis yang sedang bertengkar itu. Namun ia tak bisa, sungguh. Cemooh saja dia sebagai lelaki pengecut. Tak apa, Jaehyun merasa pantas disebut demikian.


Untungnya Yerim langsung menarik paksa Saeron untuk menjauh dari Chaeyeon. Meski tak tahu apa juntrungan Saeron bertindak demikian, namun Yerim tahu kalau berbuat kasar kepada orang itu tidak baik.


Jaehyun mengutuk suara keras dari lagu yang tengah berkumandang melalui speaker. Gara-gara itu dia jadi tak bisa mendengar segala kalimat sarkasme yang Saeron lontarkan dari kerongkongannya. 


Bukannya sok tahu, meski tak pandai membaca gerak bibir, namun sorot tajam Saeron serta wajah merah padamnya sudah cukup menjelaskan bahwa Saeron tengah dibakar emosi kali ini.


Tak sepintas pun ide yang terbesit di otaknya mengenai penyebab Saeron berbuat seperti itu. Semuanya masih menjadi teka-teki.

My Lesbian Roommate [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang