Prolog

12 3 10
                                    

Satu yang ia ketahui.

Tak ada yang bisa mengalahkan ku

Daun yang berada diatas telah jatuh dan terhembus angin. Kekuatan yang ia banggakan selama ini.

-Tak ada gunanya sama sekali-

Tangisannya terus membanjiri laki-laki yang melihat langit, dalam hati laki-laki itu berkata:

ini adalah akhir dari segalanya

Harapan yang mereka ketahui selama ini hanya khayalan semata.

Apa itu benar ?

Apa tangisan ini perlu dilakukan ?

Apa perjuangan selama ini hanyalah sia-sia?

Apa?.... Apa?.... Apa?......

"Aku tak akan menyerah, meskipun kenyataan akan membunuh ku."

Laki-laki itu mengatakannya, mata yang menahan air hujan turun ke tenah, bahwa ia yakin hati nya masih terbakar dan belum ingin menyerah.

Ini bukanlah ujian sihir yang dilakukan setiap bulan, atau pun ulangan harian yang seriang dilakukan. Ujian yang sangat besar seperti sihir meteor yang jatuh dari langit, dan tak bisa menggunakan pelindung yang sepadan karena belum mampu melakukannya. Perempuan itu berhenti menangis dan pandangannya sekarang tertuju pada laki-laki itu.

"Apa yang kau katakan.... Ini adalah akhirnya kau tau... apa kau tak melihat api yang membakar desa... tak ada lagi harapan.... bagi seoarng penyihir seperti kita dan pada akihirnya..."

"Kita akan mati." laki-laki itu menjawab.

"ya, itulah akhir untuk..." memmotong perkataanya, laki-laki itu berkata "aku tak terima hal itu, kita akan terus hidup sebagai seorang penyihir hingga janji semua warga desa terwujud."

Berfikir dan berfikir bahwa tak ada yang harus dipikirkan saat ini, mereka hanya perlu terus menjani hidup ini, dan melupakan yang telah mereka lihat. Seperti...

-Angin yang berlalu-

Mundur bebera langkah dari pelukan laki-laki itu, wajah masih sedih tapi tidak ada lagi air mata yang mengalir. Pikiran bingung karena tidak tau harus apa yang ia lakukan selanjutnya atau mengatakan sesuatu kepada laki-laki itu. Rasa malu menyelimuti pipinya yang merah. Wajah yang cantik disinari matahari senja, laki-laki itu tersenyum kecil, bahwa ia masih berterimakasih kepada sang pencipta karena perempuan itu masih hidup.

"Terus apa yang harus kita selanjutnya?"

Perempuan itu bertanya, kedua tangannya yang menggenggam satu sama lain di dadanya. Melihat laki-laki itu dengan harapan yang tinggi, bukan berarti ia akan tinggal bersama dengan laki-laki itu selanjutnya. Hukum di desa melarang seorang laki-laki yang tidak memiliki hubungan saudara untuk tinggal satu atap. Hukum ini gunakan karena bagi ketua desa hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum terikat janji pernikahan sama saja dengan binatang yang kita makan. Oleh karna itu, mereka yang melakukan hal itu akan dibakar hidup-hidup sebagai penghapusan dosa yang telah mereka perbuat.

Jika laki-laki itu mengajaknya untuk tinggal bersama, dengan tangisan yang ia pendam dalam-dalam perempuan itu harus berkata, "maaf, aku tidak bisa". Meskipun ia mempunyai perasan terhadap laki-laki itu. Hukum tetaplah hukum, akan selalu ada meskipun desa telah tiada, itulah yang dikatakan ibunya kepadanya.

Wajah gelisah ditunjukkan laki-laki itu, terlihat saat wajahnya melihat ke kiri dan ke kanan seperti ada sesuatu yang luarbiasa akan terjadi. Jantungnya berdetak semakin kencang, tak kunjung berhenti hingga laki-laki itu berkata:

Wizard X DragonsWhere stories live. Discover now