Bagian 1 -part 1-

7 1 0
                                    

Farfalla Cammeo, itulah nama anak perempuan yang ceria. Setiap pagi dia selalu meminta telur dadar sebagai sarapan, karena telur adalah kesukaanya. Mata biru seperti batu saphire dan semangatnya yang selalu membara tiap harinya, hari ini cammeo harus berfikir apa yang harus dilakukannya hari ini.

"Mama aku mau pergi ke hutan dulu."

"ya, ingat jangan hancurkan pohon lagi comella."

"ya..."

Pipinya yang mengembang terlihat sangat mengemaskan untuk anak perempuan berumur 7 tahun. Sedikit kesal, tapi itu sering terjadi. Meskipun di peringatkan. Kecelakaan mana ada yang tau.

Cammeo bukanlah gadis biasa pada umumnya yang bermain dengan anak yang seumuran. Ibunya melarang hal itu. Cammeo tak pernah tau alasannya apa, karena ia tak berani untuk menanyakannya.. Wajahnya yang sering tersenyum adalah sebuah cara untuk menutupi kesedihanya.

Memang cammeo tidak memiliki teman manusia seorang pun, tapi di hutan ia memiliki banyak teman seperti monyet, seorang peri dan gadis lamia. Mereka bertiga yang telah menjaga cammeo dari kesedihan dan menjadi teman yang selalu bersenang-senang dengannya.

"Cammeo hari ini kita main apa ya?"

Tanya gadis lamia yang berbaring di tanah. Sisiknya yang berwarna merah agak tua. Itulah Sassya.

"ehhh.... apa yahhhhh."

Mengetuk beberapa kali kepalanya dengan jari telunjuk, meskipun begitu tak ada satu pun ide yang bisa dipikirkan cammeo.

"uuuaaauuuaaauuuauuuauuuaaauuuaaa, uuuaaa[Gimana kalau kita main petak umpet, cammeo]."

Monyet itu memukul dadanya beberapa kali, lalu mendeketi cammeo. Mungkin sedikit aneh, tapi hanya cammeo saja yang mengerti apa yang dikatakan monyet itu.

"Bosan edo."

Cammeo menggelengkan kepala, karena sudah 3 hari ini mereka selalu bermain petak umpat. Edward Son, itulah nama monyet itu yang dilengkapi oleh armor besi yang melekat ditubuhnya.

"Apa yang dikatakan edo cammeo?" tanya sassya, melihat cammeo.

"edo bilang kalau kita main petak umpat lagi."

"apa-apaan kau edo, terakhir kali kita main petak umpet unjung-unjungnya kau makan pisang di dahan pohon yang tinggi."

Tatapan kesal dan aura pembunuh terlihat dibelakang sassya. Edo bersiul dan mamalingkan muka.

"oh yah, dimana lacia?"

Lacia adalah nama peri buru yang sering bermain dengan mereka.

"kata dia di desa lagi banyak-banyak tugas, karena itulah dia gak punya waktu bermain"

Wajar saja bagi seorang peri memiliki banyak tugas, terutama dia peri air yang akan sibuk akhir-akhir ini karena musim dingin akan tiba beberapa hari lagi.

"Cammeo....cammeo.....cammeo....."

Terlihat sesosok makhluk kecil yang memanggil nama cammeo dan mulai mendekat dengan cepat, ternyata itu adalah lacia.

"lacia bukannya kamu lagi banyak tugas." tanya sassya.

"aku tau sassya, tapi di pantai ada seorang anak laki-laki yang terdampar dengan banyak buku yang berserakan disana."

"anak laki-laki." mulutnya terbuka dan matanya terlihat bersinar-sinar, cammeo sangat senang mendengar hal itu. Tanpa berfikir panjang cammeo berkata "ayo kita ke pantai." dengan cerianya cammeo berjalan seperti seorang pasukan militer yang di tugaskan untuk menyelesaikan sebuah misi, mulutnya mulai berubah seperti mulut kucing.

Wizard X DragonsWhere stories live. Discover now