Fame
(n.) the condition of being known or talked about by many people, especially on account of notable achievements.
"Fame changes a lot of things." - Emily Peter
"I feel like fame is wasted on me." - Hayes Grier
« Hayes Grier F...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Emily POV
"Tunggu, maksud kalian, Emily akan menjadi Skylar?" tanya Hayes dengan mata berbinar. Cole dan Aiden mengangguk.
"Oh shit, this movie is gonna be epic!" ucap Hayes sambil melompat-lompat sedangkan aku duduk melamun memikirkan apa yang diucapkan Rowan tadi pagi.
"Kalau kau memang masih trauma dengan kejadian dulu, kau sebaiknya menjaga jarak agar dia tidak ingat dan kalian berdua tidak akan menjadi canggung."
"Earth to Emily," ucap Cole sambil menyentil keningku.
"Ouch," ucapku menggerutu. "Apa?"
"Kau ada masalah?" tanya Cole perhatian.
Aku menaikkan kedua ujung bibirku. "I don't want to talk about it."
"Well, jika itu maumu," ucapnya menaikkan kedua pundak. "lima menit lagi kita akan shoot untuk scene 50. Bersiaplah!" Ia menepuk punggungku.
Aku pun berdiri dan masuk kedalam ruang gantiku.
~~~
Aku tidak tau mengapa, tapi menurutku, Hayes sekarang berbeda dengan yang dulu.
Dulu ia stay cool, namun sekarang, kata-kata gombal selalu meluncur dari mulutnya. Apa ini karena aku adalah celebrity crushnya dia?
Seperti saat aku sedang menuju cafe beberapa jam yang lalu. Ia mengikutiku. Saat aku menanyakan kenapa, ia menjawab, "Karena ibuku bilang kalau aku harus mengejar mimpiku."
Saat aku masih belum menjadi artis, ia sangat berbeda dari ini. Dia lebih kalem.
Setidaknya ada hal yang tidak berubah, ia masih sama-sama bodoh.
Aku jadi teringat kelakuannya saat di DigiTour. (iMessage part 0.8). Aku tertawa kecil.
Tapi, kurasa sebaiknya aku menjauh.
Benar apa kata Rowan.
Jika Hayes tau, film Runaway akan menjadi gagal total jika salah satu dari kita tidak bisa bersikap profesional setelah mengetahui kebenarannya.
"Emily, you dropped something," ucap Hayes sambil berjongkok.
Aku mengerutkan dahiku. "Apa?"
"Your smile," ucapnya menengok keatas menatap mataku dengan cengiran lebar. Aku menatapnya datar.
Bukan, aku berusaha untuk menatapnya datar.
These pick up lines are killing me.
"Mau pulang bersama?" tanya Hayes yang sedang menarik seleting jaketnya. "Kita bisa makan malam dulu di restoran dekat sini."
Baru saja aku mau menerima tawarannya namun aku mengingat ucapan Rowan. Aku tersenyum dan menjawab, "tidak. Aku tidak lapar."
Namun perutku berkehendak lain. Tak lama dari aku menjawab ajakan Hayes, perutku berbunyi.
Keras.
Pipiku memerah dan Hayes terkekeh. "Kau benar-benar tidak mau ikut?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Kau yakin?" Ia tersenyum miring.
"I said no, Hayes," ucapku menyentak.
Hayes terdiam. Ia menghela napas panjang dan melihat kakinya dan balik ke mataku. "Okay, then. See you tomorrow." Ia menarik bibirnya membentuk garis lurus.
Aku mengangguk dan aku pun melihat punggungnya menghilang.
A/N
hehehe
lama ya?
maaf ya.
SMA sulit.
Pulang jam 3. Hari Jumat juga loh. :)
Sebelom gue cerita tentang kehidupan SMA gue yang bakal bikin kalian semua bosen, gue berenti disini deh. Hope you guys like it!