Prolog

343 6 2
                                    

Prolog

-Dara-

Jantungku berdebar kencang.

Aku melihatnya berdiri menungguku.

Tiba-tiba Rein menoleh kebelakang dan pandangan kami bertemu.

Damn it! Bahkan disaat-saat seperti ini pandangannya masih mampu menenggelamkanku di kedalaman mata hitamnya.

Menatap ke dalam mata Rein selalu mampu menenangkanku, tak terkecuali saat ini.

Pandanganku beralih pada setelan tuxedo yang membalut tubuh tegap dan otot-nya yang kekar. Bukan jenis kekar lebay macam Ade Ray dan cowok-cowok denan celana dalam yang seliweran di panggung mall-mall buat promosi L-Men, hanya kekar yang cukup meyakinkan bahwa ia mampu melindungiku serta membuat semua tampak baik-baik saja saat ia mendekapku dan membiarkanku bersandar diatas dadanya yang bidang.

Aku tersentak dan berusaha menghilangkan pikiran-pikiran nakal yang selalu muncul saat melihatnya.Even that tux still couldn't stop me thinking bout his hidden body inside! 

Rein, cowok tampan yang menjadi idola di SMA-ku. Sudah bertahun-tahun aku mengenalnya, dan aku masih tetap terkejut ketika menyadari kesempurnaannya.

Debaran Jantungku masih tak mau melambat. Aku berusaha menenangkan diri. Aku Merangkul lengan papa dan mulai melangkah perlahan, menyesuaikan dengan vera wang dress panjang berwarna peach dengan design khusus yang dibuat hanya untukku. Thanks to My Job at Fashion bussiness yang memungkinkanku mengenal baik banyak designer. 

"Apakah saat ini papa harus merelakan putri kecil papa untuk orang lain?" Bisik Papa berusaha bercanda, membuatku melihat binar di matanya yang berkaca-kaca menahan tetesan air mata yang mulai membasahi pipinnya. 

"bukan orang lain pa, pangeran tampan pilihan papa yang akan membuat putri kecil ini menjadi ratu-nya" 

Papa tersenyum mendengar bisikanku.

Di altar, senyuman hangatnya telah menunggu bersiap menyambutku.

" Aku disini mengungkapkan janji setia kepadamu, kamu adalah wanita paling cantik, cerdas, dan menawan yang pernah aku kenal. Aku berjanji akan selalu berada disisimu dan berusaha keras untuk membahagiakanmu. Aku menerimamu menjadi satu-satunya istri dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, dalam kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan di waktu sehat, untuk dikasihi dan diperhatikan serta dihargai sampai kematian memisahkan kita"

Ia mengucapkan sumpahnya dengan lantang tanpa keraguan sedikitpun.

Air mataku yang sejak semalam berusaha keras aku tahan mulai menetes.

Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum mengucapkan sumpahku.

-Rein-

Sampai detik ini, hanya dia wanita paling indah yang pernah aku kenal. Ia selalu tampak mempesona sejak pertama aku melihatnya di MOS SMA kami. Dan selama bertahun-tahun, aku masih terpana setiap melihat wajahnya dan menyadari keindahannya.

Namun hari ini, ia tampak jauh lebih sempurna. Gaun panjang berwarna peach yang membalut tubuh rampingnya menyapu lantai saat ia melangkah perlahan di samping ayahnya. Rambutnya hitam legamnya tergulung ke atas dengan indah, menampakkan punggungnya yang terbuka. 

Aku tersenyum, menahan debaran jantungku.

Dara, tak pernah berubah! Bahkan pada saat-saat seperti ini ia masih memilih potongan gaun yang mengekspos tubuh indahnya. Tidakkah ia sadar, semua mata laki-laki disini tak berkedip dibuatnya. Selalu saja tidak pernah menyadari pesona yang ia miliki, selalu beranggapan bahwa ia biasa-biasa saja. Nyatanya, tak terhitung berapa cowok yang mengejarnya sejak SMA.

Balutan baju apapun, tetap tak bisa menutupi keindahan tubuhnya yang menyihir semua lelaki normal yang melihat. Apalagi, dengan gaun backless yang ia kenakan saat ini!

Pandanganku beralih ke wajah Dara, membuatku teringat bahwa ia tidak pernah menyukai riasan tebal. Hari ini pun, Dara tetap menggunakan riasan wajah yang natural. Bahkan yang tampak hanya pulasan lipstik merah yang menghiasi bibir penuhnya.

Pikiranku mulai melayang, membayangkan mulutku melumat bibir ranum itu serta bermain dengan lidahnya, sambil mendekap tubuhnya dalam pelukanku. 

What the hell! Disaat seperti ini aku masih sempat memikirkan itu semua! Stop it!

Aku masih memperhatikannya sambil berusaha menghapus pikiran-pikiran itu dari benakku. Raut wajahnya tampak sangat tegang, ingin aku berlari memeluk dan menenangkannya.

Setelah berbagai prosesi dan tahapan, kini tiba saatnya Dara mengucapkan sumpahnya.

Dara terlihat menarik nafas dalam-dalam.

YOU ARE MINEWhere stories live. Discover now