Gue udah baca semua comments kalian, makasi ya.
Makasi juga untuk votenya❤👽👽👽
"Dari mana aja lo?"
Itu Shawn. Ekspresi wajahnya tidak dapat diartikan lagi, apa dia benar-benar marah kepadaku?
"Sekolah"Jawabku pelan
Dia mengamati diriku, "Udah tau hujan bukannya bilang gue jemput, malah minta orang lain anterin"
Dia benar-benar marah kepadaku, "Gue ngga minta di anterin, Shawn. Dia yang maksa buat anterin gue"
"Oh, dipaksa ya. Terus kalo tadi lo dibawa pergi jauh dari rumah, gimana?"
"Dave bukan orang jahat, Shawn"
"Dibayar berapa lo buat ngebela ketua OSIS itu?"Shawn berbicara seperti meremehkanku
"Jaga ucapan lo!"
Shawn tersenyum licik, "Lain kali kalo mau dipake mahalin dikit harganya, tan. Sekarang masuk!"
Brengsek.
Ucapannya seperti ujung pisau yang menusuk dalam buah apel, dan terkadang aku suka dibuat menangis oleh ucapannya itu.
Tapi melalui ucapannya itu aku mengetahui satu hal, dia peduli kepada ku.
👽👽👽
"Shawn"
Febri mengoyang-goyangkan tubuh laki-laki yang sedang tertidur di kasur bawah.
"Shawn, temenin gue cari makanan"
"Jam?"
"12 malem"
Shawn terbangun dan melihat jam dinding yang tergantung sempurna di tembok kamar Febri.
"Ajak ketua OSIS aja"
Febri memukul perut Shawn, Shawn selalu saja mengejeknya seperti itu
"Gue serius, Shawn. Gue laper"
"Karung beras"Ucap Shawn kembali tertidur
"Shawn, gue l-a-p-e-r"Kata Febri mengulang sambil tiduran dan menaruh kepalanya di atas perut Shawn
"Masak indomie aja si"
Febri memainkan jari tangan milik Shawn, "Ngga mau. Rasanya itu-itu terus, gue bosen"
"Yaudah goreng telor"
"Ngga mau juga. Bentuknya itu-itu terus, ngga kreatif induk ayamnya"
"Garing. Emang mau beli apa?"Tanya Shawn yang sudah membuka matanya dengan sempurna
"Nasi goreng"
"Yaudah. Lo yang beli, gue yang tidur"Kata Shawn kembali tertidur lagi
"Ah, Shawn gitu. Ebi marah nih"
Shawn langsung bangkit dari tempat tidur tanpa memperdulikan Febri yang menatapnya bingung. Sedangkan Febri langsung berlari mengejar Shawn.
"Mau kemana lo?"Tanya Febri yang berhasil menarik tangan sahabatnya itu
"Mobil. Lo buruan ganti baju"Shawn memberi sebuah perintah kepada Febri yang harus segera dilaksanakan
Febri menolak perintah Shawn, "Ngga mau, ah. Enakan pake ini"
Shawn menatap Febri, "Lo beneran mau pake tanktop sama celana pendek kurang bahan itu?"
"Lah memang kenapa, gue sering kok kayak gini. Ngga ada masalahnya"
"Iya, ngga ada. Tapi itu yang warna merah keliatan jelas sama gue"
Febri menatap pakaian yang dia gunakan, dan dia benar-benar sangat malu sekarang. Kenapa momennya sangat tidak tepat sekali?
Shawn masih terus menatap Febri, "Mau diganti atau mau gue liatin terus?"
Buru-buru Febri berlari kearah kamarnya untuk menggantikan pakaiannya.
"Gue tunggu di mobil"
👽👽👽
"Seafood atau sosis, ya?"
"Sosis aja, Feb"
"Kenapa emang?"
"Panjang. Rasanya enak loh"
Febri menggeleng, "Gue ngga suka sosis"
"Cobain aja dulu, siapa tau lo suka"Ucap Shawn tersenyum mesum kearah Febri
"Dasar om"Kesal Febri sambil memukul kepala Shawn menggunakan buku daftar menu
"Aduh. Sakit, Feb. Kasar banget sih. Pelan-pelan dong kayak lagu Despacito"
"Brengsek. Mending otak lo cuci dulu deh, Shawn"Kesal Febri melihat tingkah sahabatnya ini
"Cuciin"Kata Shawn dengan manja
"Najis"
"Yaudah nasi goreng seafood aja"Ucap Shawn kembali bersikap normal lagi
Febri mengangguk, "Mas, nasi goreng seafoodnya satu ya, dibungkus"Teriak Febri dari tempat duduknya
"Shawn"Panggil Febri
"Hm"
Febri menatap Shawn dalam, "Bikin perjanjian, yuk?"
Shawn menatap Febri bingung, "Perjanjian apaan?Jangan bawa-bawa PKN, ya"Shawn mengingat bahwa dulu semasa SMA pelajaran PKN adalah pelajaran yang paling ia tidak sukai, karena selama jam pelajaran itu berlangsung Shawn selalu mengantuk, ntah apa penyebabnya
"Iya. Tapi lo harus setuju juga, biar sepakat"Kata Febri meminta jawaban 'ya' dari Shawn
Shawn mengangguk,
Febri tersenyum, "Siapapun diantara kita ada yang suka sama orang lain duluan, wajib untuk traktir makanan"Kata Febri
Shawn menoleh kearah Febri, ntah kenapa kata-kata Febri tadi sudah menohok hatinya. Apa kehadiran Shawn memang sangat tidak diinginkan oleh hatinya Febri? Apa Shawn memang tidak ditakdirkan bersama Febri?
Febri menampar pelan pipi kanan Shawn, "Ngelamun terus. Setuju ngga, nih?"
Lebih baik ia menyetujui daripada harus membuat Febri kecewa kepadanya. Terkadang cinta butuh perjuangan.
Shawn mengangguk, "Iya, setuju"
Febri memeluk Shawn erat, "Yey. Tapi pas udah jadian, jangan sombong-sombong, ya"Kata Febri sambil melepas pelukan dari tubuh Shawn
Shawn mengangguk sambil tersenyum, "Iya, kalo yang itu gue bakalan janji sama lo"
"Thank you, Mendes"
👽👽👽
Hai.
Maaf ngga bisa update cepat, karena gue lagi fokus ke sekolah.
××Fangirl××
KAMU SEDANG MEMBACA
Kid In Love | shawn mendes
Fanfiction"Maafin gue, Feb. Gue sudah terlanjur sayang banget sama lo"-Shawn Peter Raul Mendes. ° °° ° Bagaimana perasaan kalian jika memiliki sahabat kecil seperti Shawn Mendes? Ya, artis hollywood yang selalu di kagumi oleh ratusan jutaan wanita diluar sana...