Pedang Asmara jilid II

4.2K 15 0
                                    

semakin merah padam. Hatinya terasa panas sekali karena ucapan gadis, itu sungguh merupakan tantangan baginya. Dia marah sekali kepada Nam Tok dan andaikata datuk besar itu berada di depannya, tentu akan langsung diterjangnya dan diajaknya mengadu kepandaian. Akan tetapi, yang berada di situ hanyalah puterinya, seorang gadis yang masih muda sekali maka tentu saja dia merasa malu sekali kalau harus melayani seorang gadis yang belum dewasa benar, baru berusia delapan belas tahun. Tantangan Nam Tok yang disampaikan puterinya itu diucapkan di depan para tamunya, yaitu para tokoh kang-ouw. Mereka semua menjadi pendengar dan kalau dia tidak menerima tantangan itu, tentu dia akan ditertawakan dan dijadikan bahan percakapan orang-orang kang-ouw bahwa dia telah kalah oleh Nam Tok.

Akan tetapi kalau dia menerima tantangan untuk menyembuhkan korban pukulan beracun Nam Tok yang dia tahu merupakan pekerjaan yang amat sukar, berarti dia seperti dipermainkan oleh Nam Tok. Menjadi serba salah memang! Akan tetapi untuk menolak, lebih salah lagi! Tiba-tiba dia tertawa, suara ketawanya menggetarkan jantung semua orang dan diam-diam San Hong dan Siang Bwee terkejut. Suara ketawa itu mengandung tenaga khikang yang amat kuat dan kalau suara yang mengandung tenaga kuat itu dipusatkan untuk menyerang lawan, tentu akan dapat membuat lawan itu roboh tanpa dipukul!

"Ha-ha-ha, Nam Tok yang terkenal di dunia selatan itu ternyata hanya seorang yang licik sekali! Menantang aku akan tetapi menyuruh puterinya, tidak berani muncul sendiri! Akan tetapi, aku sudah ditantang dan tidak akan mundur selangkahpun. Hei, Ang Siang Bwee, engkau puteri dan anak tunggal, juga utusan Nam Tok, dengarlah baik-baik. Aku Tung-hai Kiam-ong Cu Sek Lam bukan seorang pengecut, bukan seorang penakut dan selama hidup aku tidak pernah menghindarkan diri dari tantangan siapapun juga. Karena itu, sekarang pun kuterima tantangan Nam Tok itu. Akan kusembuhkan orang ini! Akan tetapi dengan syarat, tanpa syarat itu aku tidak sudi!" Dia sengaja berhenti untuk menanti jawaban Siang Bwee.

"Kenapa mesti ada syarat-syarat segala, Lo-cian-pwe?" Siang Bwee maklum bahwa di depan banyak tokoh kang-ouw ia harus berani menggertak dan menying gung kehormatan kakek ini agar si datuk besar ini tidak akan menarik kembal segala yang telah diucapkan karena na itu tentu akan membuat nama besarny tercemar.

"Kalau ayahmu sendiri yang datang ke sini, tentu aku tidak akan mengajukan syarat, melainkan langsung saja menantangnya mengadu ilmu. Akan tetapi karena dia licik dan mengutus kamu, maka harus disetujui syaratku, kalau tidak, aku pun tidak sudi memenuhi permintaannya begitu saja."

"Nah, kalau begitu sebutkan apa syaratnya, Lo-cianpwe."

"Kalau aku tidak mampu menyembuhkan luka yang diderita orang ini akibat pukulan ayahmu, sudahlah tidak perlu banyak cakap lagi, tentu para saudara yang hadir ini menjadi saksi akan ketidakmampuanku. Akan tetapi kalau aku berhasil, engkau harus mau menjadi mantuku!" Siang Bwee terkejut bukan main. Tak disangkanya akan seperti itu syaratnya yang diajukan oleh tuan rumah ini. San Hong juga terkejut dan kini dia terpaksa membuka mulut karena dia merasa tidak enak sekali kepada gadis itu.

"Sudahlah, tidak perlu engkau mengorbankan diri terlalu banyak, Bwee-moi. Biarkan aku pergi mencari sendiri pengobatan lukaku."

"Engkau diamlah saja, Hong-ko." Lalu disambungnya lebih keras. "Engkau tidak berhak menentukan karena engkau hanya korban pukulan ayah yang dijadikan bahan untuk mengadu ilmu. Lo-cian-pwe, engkau sendiri pun tahu bahwa setiap orang gadis itu tentu sepenuhnya milik orang tuanya. Aku pun demikian. Yang berhak memutuskan tentang pernikahanku hanyalah ayahku. Oleh karena itu, kalau Lo-cian-pwe ingin mengambil mantu padaku, harap Lo-cian-pwe suka minta kepada ayahku!"

"Ha-ha-ha, engkau anak yang licik seperti ayahmu! Kalau kelak ayahmu setuju dan engkau menolak, bukankah engkau berarti hanya akan mengakali aku saja? Ha-ha-ha, Tung Kiam tidaklah begitu bodoh! Harus engkau yang lebih dulu menyetujui, soal ayahmu kelak, tentu aku akan menemuinya untuk membicarakan tentang perjodohan itu! Nah, syaratku demikian, yaitu kalau aku berhasil menyembuhkan pemuda ini, engkau harus mau menjadi mantuku. Bagaimana?"

KPH-Pedang AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang