"Sial!" Umpatnya ketika sebatang rokok yang dihisapnya berulang kali untuk melepas kepenatannya kian memendek.
Pria yang kesehariannya berkutat dengan stetoskop dan puluhan pasien itu nampak lelah dari garis guratan wajah tampannya. Pekerjaannya sebagai dokter dan kepala rumah sakit terbesar di Jakarta memang sangat menguras waktu, pikiran, juga energinya. Berulang kali ia merutuki pekerjaan itu dan nasibnya yang sangat tidak beruntung menurutnya.
Putung rokok yang sudah terbakar habis dibuangnya. Pria yang biasa disapa Sid itu memeriksa arloji yang melingkar di lengan kirinya. Pukul satu malam, mobil audi putih yang dikemudikannya melesat membelah jalan raya. Hanya satu tujuannya sekarang, pulang kerumah dan menemui Talia, wanita cantik yang mampu membuatnya jatuh cinta, bahkan walaupun wanita itu sudah menyandang status sebagai ibu tirinya, hal itu tidak menyurutkan rasa cinta yang tumbuh dihatinya.
Pria itu tersenyum disela-sela ia sedang menyetir membayangkan wajah cantik ibu tirinya. Hanya wanita itu yang bisa mengobati lelahnya, hanya wanita itu candunya dan hanya wanita itu yang dicintainya.
"Oh shit, i miss you, my stepmother" ejeknya pada dirinya sendiri sembari tertawa, mengapa bisa ia mencintai ibu tirinya dan mengapa pula ibu tirinya itu selalu berhasil menggodanya, ini gila pikirnya.
Hingga ketika ia sedang fokus menyetir dari arah kirinya tiba-tiba saja seorang wanita dengan gaun pengantin berwarna putih berlari kearah tengah jalan raya. Dengan cepat pria itu menginjak pedal rem menghentikan laju mobilnya. Dilihatnya wanita itu terdiam memeluk tubuhnya sendiri dihadapan mobil audi putihnya yang terhenti. Sid pun lantas keluar menghampiri wanita tersebut.
"Hey! Hati-hati, kau hampir saja mati tertabrak!" Umpatnya pada wanita yang sedang menangis itu
"Axel!" Seru wanita itu membalikkan tubuhnya menatap Sid yang sudah berkerut kening.
"Axel?" Tanya Sid bingung.
"Ka..kau bukan Axel!" Kilahnya ketika melihat wajah pria tampan dihadapannya.
"Memang aku bukan Axel" Jawab Sid santai memperhatikan penampilan berantakan wanita itu.
"Dimana Axelku!" Bentak wanita itu pada Sid dengan kilatan kemaran keluar dari sorot matanya.
"Hey, mana aku tahu, apa dia itu semacam anjing peliharaanmu? kurasa tidak ada tanda-tanda kehadiran manusia lain selain aku dan dirimu" Jawab Sid menengok kearah kiri dan kanannya yang sangat sepi itu.
"Dia tunanganku!"
"Tunangan?" Tanya Sid sekali lagi tidak percaya, lalu melanjutkan perkataannya.
"kupikir mungkin tunanganmu lebih cocok disebut pria brengsek nona"
"Kau tahu apa tentang dia! Dia tunanganku! Jaga bicaramu!" Kilah wanita itu yang matanya sembab sehabis menangis
Sid tersenyum sinis, melipat kedua tangan didadanya
"Tunangan macam apa yang meninggalkan wanitanya dengan gaun pengantin dijalanan tengah malam, seperti ini?""Di... dia tidak brengsek! dia bukan pria brengsek! Kau yang brengsek!" Decak wanita itu kesal karena Sid selalu saja menghina tunangannya itu.
"Terserah kau saja, sekarang dimana alamat rumahmu, biar kuantar kau pulang" Tanya Sid pada wanita itu, entah apa yang membuatnya berkata seperti itu yang jelas ia hanya mengikuti nalurinya sebagai seorang pria.
"Aku tidak butuh diantar pria brengsek sepertimu! aku akan pulang dengan Axel!" Tolak wanita itu dengan cepat.
Sid menghembuskan napas lalu merogoh saku celana mengambil smartphonenya
"Baiklah, berikan kontak pria brengsek Axel itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMONIAC
RomanceApa aku juga harus berpura-pura gila? atau aku memang sudah gila dalam permainan cintamu? Apa ini yang disebut Cinta gila? atau gila karena Cinta? Sid Artha Wiraatmaja Mengapa kau pergi? mengapa kau kembali setelah membuatku hampir gila? Mengapa...